tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Kamis, 29 November 2012

Go public

Go public adalah suatu istilah ketika suatu perusahaan menjual sahamnya di pasar. Go public bisa menandakan kalau suatu perusahaan sudah maju dan berkembang. Karena sebelum suatu perusahaan go public harus diperiksa terlebih dahulu oleh akuntan public untuk dinyatakan sehat keuangannya.

Dengan go public suatu perusahaan bisa mendapat dana segar dari hasil penjualan sahamnya. Efek lainnya adalah perusahaan tersebut menjadi lebih terkenal.

Di kalangan crossdresser di kenal juga istilah go public, walaupun umumnya lebih sering disebut sebagai  outing. Outing bisa dikatakan sebagai  tindakan crossdresser untuk pergi keluar rumah dengan sengaja tanpa sembunyi-sembunyi dengan pakaian dan dandanan wanita. Ini bisa menjadi semacam proses pengakuan dan penyingkapan identitas diri.

Dibutuhkan nyali dan keberanian besar untuk melakukan hal itu. Apalagi di sebuah negara yang masih kurang permisif terhadap gender yang ketiga.

Sama halnya dengan perusahaan yang sudah go public, maka crossdresser yang sudah outing pun bisa dikatakan sebagai sudah maju dan berkembang. Karena kalau perusahaan yang go public harus diperiksa oleh akuntan public, maka crossdresser yang outing pun juga langsung diperiksa dan dinilai oleh masyarakat yang melihatnya.

Efek lainnya juga sama dengan perusahaan yang go public, crossdresser yang outing pun namanya bisa menjadi lebih terkenal. Cuma kalau perusahaan yang go public bisa mendapat dana segar, maka crossdresser yang outing bisa mendapat ide dan suasana yang segar. Tapi sebetulnya crossdresser yang outing juga bisa mendapat dana segar dari ...

Bisa anda isi dan lanjutkan sendiri kalimat diatas sesuai dengan persepsi dan penafsiran anda masing-masing, karena cukup flexible dan banyak kemungkinannya.

Apalagi IPO suatu perusahaan yang go public pun bisa bermacam-macam kemungkinannya. IPO atau Inital Public Offering adalah penawaran perdana saham perusahaan kepada public. Kemungkinannya ada 2, sukses dan tidak atau kurang sukses. Demikian juga dengan crossdresser yang pertama kali outing, bisa sukses dan tidak atau kurang sukses.

Sukses dan tidak atau kurang sukses IPO itu sendiri dapat tergantung dari bermacam-macam faktor dan sulit diprediksi. Suatu perusahaan yang bonafid dan sehat keuangannya dapat kurang sukses IPOnya. Sebaliknya suatu perusahaan yang kurang sehat keuangannya dan sebelum IPO sudah diissuekan dengan hal-hal miring, dapat sukse IPOnya. Demikian juga dengan outing pertama seorang crossdresser, mungkin persiapan-persiapannya sudah matang dan rapi. Begitu juga dengan pakaian dan dandanannya sudah sempurna, tapi outing pertamanya malah tidak atau kurang sukses. Demikian juga sebaliknya.

Karena itulah bila ingin outing sebaiknya kita pikirkan secara mendalam dan matang segala sesuatunya. Sehingga sesudah outing, kita tidak menyesal dengan tindakan yang telah kita lakukan.


English

Go public is a term when a company sells its shares on the stock market. Go public could indicate that a company has developed and developing. Because before a company goes public should be examined first by the accountant to be stated  healthy in its financial.

By going public a company can get fresh funds from the sale of shares. Another effect is the company becomes more famous.

Among crossdresser community also well known  the term of go public, although generally more commonly referred to as an outing. Outing can be regarded as an act of a crossdresser to go out of the house with deliberately and without hidden  with women clothes and makeup. It could be some kind of recognition process and the disclosure of identity.

It takes guts and courage to do so. Especially in a country that is less permissive to the third gender.

Similarly, companies that have gone public, the crossdresser who is outing can be regarded as advanced and developing. Because if the company that goes public should be examined by a public accountant, a crossdresser who is outing was also directly examined and assessed by people who see it.

The other effect is also the same as companies that go public, crossdresser who is outing can become even more famous. Only if the company that goes public can get fresh funds, the  crossdresser who is outing can get fresh ideas and atmosphere. But actually crossdresser who is outing can also get fresh funds from ...

You can fill yourself and continue  the above sentence in accordance with the perception and interpretation of each of you, as it is quite flexible and too much possibilities.

Moreover, the IPO of a company that goes public can manifold possibilities. IPO or Inital public offering  is the initial shares offering  to the public. The chances  are 2, successful and not or less successful. Likewise, the crossdresser who is  outing for the first time, can be successful and  not or less  successful.

Successful and not or less  successful of an IPO itself may depend on a variety of factors and difficult to be predicted. A bonafide and healthy company can be less successful when doing  its  IPO. Vice versa,  a company that is less financially healthy and before the IPO was reported with oblique stuff, can be successful doing its IPO. Likewise, the first outing of a crossdresser, maybe the preparations are  mature and neat. Likewise with clothes and makeup are perfect, but  his first outing is  even not or less successful. And vice versa.

That's why if we want outing we should think deeply and maturely about everything. So after the outing, we did not regret the actions that we have done.

Selasa, 27 November 2012

KDRT


KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga  akhir-akhir ini semakin banyak disorot. Terutama kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Memang kalau dilihat, kekerasan dalam bentuk apapun selalu berkonotasi negatif.

Tapi ada juga KDRT dalam bentuk lain yaitu BDSM. Kepanjangannya adalah Bondage Domination Sadism Masochism. Kalau yang satu ini dilakukan oleh sepasang kekasih atas dasar suka sama suka.

Aku sendiri waktu sedang ngadi salira ngadi busono dengan kain kebaya kadang-kadang juga menerapkan prinsip-prinsip BDSM atau KDRT terhadap adikku sendiri. Terutama kalau adikku loyo dan sangat sukar untuk diajak semangat. Maksudku adalah supaya dia bergairah dan bersemangat lagi. Jadi tidak ada maksud-maksud lain terutama yang negatif.

Cara ku mengintimidasi si adik pun bermacam-macam :
  • Mulai dari memukul dengan telapak tanganku sendiri atau dengan tangan yang tergenggam dan biasanya sesudah itu adikku tegang dan bergairah.
  • Mencambuk adikku dengan gagang kemoceng. Reaksinya sama, adikku jadi tegang dan bergairah. Cuma pada waktu pertama kalinya aku selesai melakukan ini aku melihat adikku berbilur-bilur merah kehitaman. Baru  sesudah kali berikutnya aku melakukan ini si adik sudah tidak berbilur-bilur merah kehitaman lagi. Tapi adikku masih tetap bisa gairah.
  • Menyuntik adikku dengan jarum. Dan sesudah adikku bergairah dan menegang, jarum itu tetap ku tancapkan padanya. Rasanya sakit, nyeri-nyeri sengkring-sengkring tapi nikmat.
Semua cara diatas kulakukan dalam keadaan si adik terlindung oleh kain wiron yang kupakai dengan ketat. Tapi akhir-akhir ini aku sudah hampir tidak pernah melakukannya lagi, karena sepertinya aku dihinggapi  kebosanan dan kejenuhan.

Kalau dipikir-pikir  KDRT yang kulakukan bukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tapi bisa dibilang sebagai Kekerasan Dalam Ritual Transgender. Adikku sayang adikku malang, tapi aku betul-betul sayang kepadamu lho dik.

Senin, 26 November 2012

Kapok lombok

Itu adalah sebuah istilah dalam bahasa Jawa. Artinya kurang lebih begini, jera tapi kemudian mengulang lagi perbuatan yang sebelumnya sudah tidak mau dilakukan lagi. Mungkin bahkan dilakukan lebih ekstrim dari perbuatan yang pertama kali membuat jera.

Lombok adalah tumbuhan yang pedas. Bisa dimakan mentah atau dimasak terlebih dahulu. Orang Indonesia atau orang Asia pada umumnya lebih suka dengan makanan-makanan yang lebih pedas bila dibandingkan dengan orang-orang Eropa misalnya. Sehingga kita  mengenal yang namanya sambal. Sambal terasi,  sambal bawang, sambal matah dan sambal dabu-dabu adalah beberapa diantara macam sambal yang kita kenal berasal dari negara kita Indonesia.

Sedemikian popularnya lombok sehingga makan cemilan gorengan pun juga dilengkapi dengan lombok ataupun sambal. Belum lagi makanan utamanya yaitu nasi. Bahkan malah ada yang suka makan nasi hanya dengan lauk sambal terasi. Sebagai penutupnya ada pula yang namanya rujak buah yang juga ditemani dengan sambal. Ini menunjukkan sedemikian merakyatnya sambal dan lombok.

Bila kita sudah sedemikian fanatiknya dengan lombok atau sampai kecanduan, maka terjadilah apa yang disebut dengan kapok lombok. Makan dengan lombok pada pertama kalinya mungkin masih kurang terasa pedas. Kemudian ditambah dengan lombok, baru kemudian agak  terasa pedas. Tapi mungkin masih kurang puas, sehingga lombok pun ditambah lagi hingga kepedasan. Lain kali ketika waktu makan kemudian porsi lomboknya makin ditambah  karena sudah terbiasa dengan rasa pedas yang ada. Sehingga akhirnya terasa kebal.

Hal ini rupanya terjadi juga pada diriku dalam  kegiatanku ngadi salira ngadi busono dengan busana kain kebaya yang sudah mulai kulakukan sejak aku duduk di sekolah dasar. Waktu pertama kali aku bisa pakai kain kebaya rasamya senangnya  bukan main. Karena waktu itu aku harus curi-curi kesempatan dan aku juga harus mengambil kain batik sama kebaya punya mama atau kakak tanpa sepengetahuan mereka. Jadi ada unsur resiko yang harus ku tanggung.

Setiap kegiatan ngadi saliro ngadi busono selalu ku akhiri dengan masturbasi. Dan sesudah masturbasi itulah biasanya timbul semacam penyesalan, rasa bersalah, malu pada diri sendiri karena berpakaian wanita dan jijik atau entah apa kata yang tepat untuk itu. Serta biasanya aku berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi hal itu. Tapi apa yang terjadi berikutnya adalah seperti kapok lombok atau mungkin tua-tua keladi makin tua makin menjadi.

Perlengkapan ngadi salira ngadi busono ku pun semakin lama semakin lengkap. Adapun cerita selengkapnya dapat dibaca di sini yaitu di "gara-gara selimut", "dari selimut menjadi kain kebaya" dan "metamorfosa yang sempurna". Dimulai dari selembar selimut kemudian menjadi selembar kain batik hingga akhirnya lengkap seperti foto-fotoku yang terakhir. Tidak itu saja, aku bahkan kadang-kadang sengaja menampakkan diri waktu ngadi salira ngadi busono di depan rumah dengan harapan ada orang lain yang tidak aku kenal yang lewat di depan rumah dan menengok ke arahku. Mengenai kegilaanku dapat dibaca di "the show must go on". Mungkin inilah yang namanya fase kecanduan seperti halnya kecanduan makan lombok.

Anehnya lagi setelah aku bisa mengakses internet dan mulai mengetahui kalau ternyata tidak aku saja yang punya hobby ngadi salira ngadi busono dengan pakaian kain kebaya, maka perasaan-perasaan penyesalan, rasa bersalah, malu pada diri sendiri karena berpakaian wanita dan jijik setelah aku masturbasi lambat laun hilang. Mengenai perasaanku setelah ngadi saliro ngadi busono dan diakhiri dengan masturbasi dapat dibaca selengkapnya di "Afterglow". Mungkin inilah yang namanya fase sudah kebal.

Sekarang kadang-kadang aku berpikir kalau aku sudah bosan akan kegiatanku ngadi salira ngabi busono dan bermaksud untuk menghentikannya. Tapi pada kenyataanya aku tidak mampu untuk menghentikannya. Terkadang juga timbul rasa malas dan tidak bernafsu lagi untuk melakukannya. Tapi pada kenyataanya aku tetap melakukan itu.

Hal aneh lainnya adalah kemudian timbul perasaan kalau aku lebih senang dan gairah waktu melihat orang lain yang parasnya cantik dan bodynya sexy  memakai kain kebaya atau membaca artikel-artikel seputar itu daripada waktu diriku sendiri ngadi saliro ngadi busono. Keadaan ini jadi seperti keadaan pada awalnya ketika aku masih kecil dan belum bisa memakai kain kebaya seperti sekarang ini. Memang pada waktu aku ngadi saliro ngadi busono, aku pun juga masih merasa senang dan bahagia serta bergairah. Mungkin inilah yang namanya fase bosan dan jenuh, tapi seperti sudah mencapai point of no return.

Mungkin memang susah untuk menyembuhkan kecanduanku ini seperti halnya dengan sulit menghentikan orang yang gemar pedas untuk makan cabai. Meskipun ia terkena diare akibat kebanyakan makan cabai, tapi begitu sembuh mungkin ia akan kembali lagi makan cabai.

Terus bagaimana dengan nasibku selanjutnya ? Sekali lagi jika ada pembaca yang berbaik hati dan ingin berbagi pendapatnya atau punya ide dan usul terhadap pemecahan masalah ini silahkan tinggalkan di kotak komentar dibawah ini .  Terimakasih

Jumat, 23 November 2012

Posisi-posisi basah

Dalam bidang karir, pekerjaan atau jabatan dikenal istilah tersebut. Itu adalah posisi-posisi yang menguntungkan dari segi financial. Tak heran bila poisisi inilah yang paling diidam-idamkan oleh semua orang yang normal dan bahkan banyak orang yang rela mengorbankan sesuatu demi mendapatkan posisi tersebut. Tidak itu saja, beberapa orang malah tega menghalalkan segala cara demi mendapatkan posisi tersbut.

Ketika sedang ngadi salira ngadi busono  dengan pakaian kain kebaya pun aku juga mempunyai posisi-posisi basah yang betul-betul bisa membuat si adik basah. Walaupun sesudah ku lakukan berulang kali sampai tak terhitung, akhirnya bisa juga bosan. Dan setelah tercapai keadaan bosan itu biasanya aku mencari variasi posisi yang lain yang baru dan belum pernah kulakukan.

Posisi-posisi basah itu adalah :
  1. Posisi duduk di kursi dengan kaki yang rapat. Ini adalah salah satu posisi yang paling basic dan sudah lama kutemukan. Kaki kursi harus cukup tingginya hingga membuat kaki kita tidak harus menekuk miring. Tapi jika tinggi kursi agak rendah dapat diakali dengan cara menyelonjorkan kaki kita. Dengan posisi ini, maka si adik akan terjepit diantara 2 paha kita. Akan lebih baik lagi jika si adik bisa terbaring diatas  2 paha kita dan tertekan oleh kain wiron yang kita pakai dengan ketat. Variasi lain dari posisi ini adalah duduk di sadel sepeda motor dengan posisi kaki menggantung atau diletakkan di footstep. Kedua tangan kita bisa memegang dan menekan-nekan kain wiron kita seperti layaknya wanita yang memakai kain kebaya jika duduk dengan santun. Tapi sebetulnya dengan keadaan ini kedua tangan kita memberi stimulus rangsangan kepada adik kita.
  2. Posisi duduk bersimpuh seperti sinden. Posisi ini relatif sama dengan posisi duduk di kursi. Kedua tangan kita juga memegang tengah kain wiron kita. Apabila keadaan ini masih kurang optimal, maka bisa diganjal dengan bantal atau guling persis seperti layaknya seorang sinden. Tapi ada kelebihannya yaitu bila si adik meronta-ronta, maka kita bisa mengangkat tubuh kita naik ke atas sebatas lutut. Sementara lutut kebawah masih tetap dalam keadaan bersimpuh. Dalam keadaan ini dengan kedua tangan ngapurancang atau memegang pantat kita akan menambah rangsangan untuk si adik hingga bisa semakin meronta-ronta. Keadaan ini bisa jadi akan semakin ekstrim bila badan kita gerakkan maju ke depan dan turun menyentuh dasar lantai tempat kita bersimpuh seperti gerakan  menyembah.
  3. Berjalan pelan-pelan ketika si adik meronta-ronta sambil ngapurancang dan sesekali membungkuk ke depan seperti memberi hormat.
  4. Tidur tengkurap dan kemudian badan kita angkat seperti gerakan push up. Karena pada keadaan tengkurap si adik terjepit di antara lantai atau ranjang dan paha kita. Atau sebaliknya  tidur tengkurap dan kemudian kaki mulai lutut ke bawah kita gerakkan keatas.
  5. Selonjor dengan kedua kaki yang merapat. Jika masih kurang optimal, paha bisa diganjal dengan bantal atau guling. Posisi ini hampir sama dengan bersimpuh. Kedua tangan kita juga bisa ditaruh diatas paha kita untuk menstimulus si adik. Tapi kita tidak bisa bangkit jika si adik meronta-ronta, paling hanya bisa beranjak sedikit untuk memberi tambahan rangsangan.
  6. Mandi dengan kain dan kebaya yang masih melekat di tubuh. Posisi waktu mandi adalah duduk di closet dan tubuh diguyur dengan air dari gayung. Begitu basah kuyup cobalah berjalan.
Demikianlah beberapa posisi basah yang sudah pernah ku coba berulang-ulang hingga bosan. Sedangkan yang belum ku coba adalah naik tangga dengan catatan kain wiron yang kita pakai harus betul-betul masih rapi, singset dan menyempit ke bawah. Dulu pernah satu kali ku coba, tapi sudah lama sekali dan waktu itu kainnya juga belum bisa serapi dan sesingset sekarang serta masih belum pakai stagen dan sandal jinjit. Hasilnya begitu sampai diatas kainnya kedodoran dan hampir lepas.

Mungkin anda mempunyai posisi-posisi basah versi anda sendiri yang berbeda dengan versi yang saya punya. Bahkan mungkin lebih dahsyat dan cetar membahana daripada versi saya. Dan anda ingin berbagi dengan saya atau pembaca-pembaca yang lain. Silahkan tinggalkan di kotak komentar di bawah ini. Terima kasih.

Selasa, 13 November 2012

Kecil-kecil sudah pingin jadi ibu


Dulu waktu kecil aku pernah punya angan-angan bagaimana jika aku mengandung,  melahirkan dan menyusui. Padahal waktu itu aku belum suka akan pakaian kain kebaya.

Waktu kecil aku sering main-main dengan kakak perempuanku. Kami seolah-olah sepasang suami isteri. Kadang-kadang kami bermain seolah-olah jadi pengantin. Pada awalnya memang ia yang jadi isteri dan pura-pura menyusui boneka yang diumpamakan sebagai anak kami. Tapi suatu ketika, ia yang meminta aku jadi si isteri dan menyusui anak kami. Pada waktu itu ada suatu perasaan yang aneh. Waktu itu aku tidak tahu perasaan apa yang kurasakan, mungkin saja perasaan feminim dan lembut. Mungkin dari keadaan inilah aku kemudian mulai membayangkan bagaimana bila aku hami, melahirkan dan menyusui.

Sejak itu jika aku melihat di tv ada satu pemandangan di rumah sakit bersalin dengan seorang ibu yang sedang berbaring di ranjang untuk melahirkan atau sesudah persalinan, aku jadi membayangkan bagaimana jika aku menjadi ibu itu.  Kadang-kadang aku suka berbaring sambil membayangkan kalau aku seorang ibu yang sedang melahirkan di rumah sakit. Tidak itu saja, kadang-kadang aku pernah omong pada kakakku kalau aku sedang berpura-pura jadi ibu yang melahirkan di rumah sakit. Tapi kakakku menjawab begini, "apa dikira enak jadi ibu melahirkan, sakit tau".

Tapi angan-angan ini tidak bertahan lama, kemudian menghilang dan berganti dengan hobbyku yan lain yaitu kain kebaya.

Minggu, 11 November 2012

Moyok mondok


Ini adalah posting yang sebetulnya harus dipublish sebelum postingku yang berjudul "gara-gara selimut".

Kata orang tua jaman dulu jangan suka moyok  nanti mondok. Dalam bahasa Indonesia artinya jangan mengejek nanti  malah jadi ikutan sendiri. Tapi dasar masih anak kecil, aku tidak menggubris perkataan itu. Dulu kalau lihat wanita pakai kain kebaya, sebelum aku menyenangi pakaian itu, aku sering mengejek dengan kata-kata seperti ini  "ndeso, kampungan, mlakuné kserimpet-srimpet". Kami adalah 3 bersaudara. Aku dan salah satu kakakku paling sering mengejek dengan kata-kata itu. Tapi ternyata setelah dewasa, aku dan kakakku itu yang suka pakaian kain kebaya.

Almarhum ibu waktu itu juga tahu soal aku dan terutama kakakku kalau kami  suka mengejek pakaian kain kebaya, hingga menyindir dan mengancam begini. Kalau kakakku tidak menurut perintah ibu, ibu sendiri akan memakai kain sama kebaya waktu pergi dengan kakakku. Untuk diketahui, ibu tidak pernah memakai kain dan kebaya. Kalau sudah seperti itu, maka kakakku akan meminta-minta supaya ibu jangan pakai kain kebaya. Kadang-kadang ibu juga suka mengejek kakakku dengan mengatakan kakakku akan diberi  pakaian tradisional Jawa kalau ada acara di sekolah.

Tapi entah siapa yang memulainya dahulu, aku atau kakakku. Siapa yang lebih dulu menyenangi pakaian kain kebaya, aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu bagaimana alur pikiranku sehingga akhirnya aku jadi malah fanatik sama kain kebaya. Cerita awalnya mengenai aku mulai menyenangi pakaian kain kebaya bisa dibaca di posting "gara-gara selimut".

Aku masih ingat waktu itu kakakku yang lain yang tidak suka ikut mengejek pakaian kain kebaya pernah berkata begini, "ojo moyok engko mondok". ( "jangan mengejek, nanti malah jadi ikutan sendiri"). Mungkin ini betul-betul yang namanya moyok mondok.

Setelah aku dan kakakku menyenangi pakaian kain kebaya, pada awalnya kami seolah-olah menutup-nutupi kalau kami senang akan pakaian itu. Aku berusaha menyembunyikan kesenanganku akan pakaian kain kebaya di hadapan kakakku dan semua keluarga. Demikian juga dengan kakakku.

Kemudian kakakku mulai sering  menggodaku jika aku mulai memandang orang atau gambar orang pakai kain kebaya. Kebetulan waktu itu dikampung sering juga diselenggarakan pernikahan dengan adat Jawa.  Dia pernah berkata begini, "gawat, gawat".

Tapi setelah itu, kakakku mulai memperlihatkan dengan terus terang dihadapan ibuku waktu ia memakai kain sama kebaya. Dan biasanya ibu akan berkata "njeléhi, koyo mbok-mbok" artinya menyebalkan seperti ibu-ibu. Tapi selebihnya ibu akan diam saja.

Sedang aku sampai sekarang masih berusaha menutupi dan menyangkal di hadapan keluargaku kalau aku suka pakaian kain kebaya. Tentu saja alasan utamanya kalau kupikir adalah malu dan takut.

Tapi sampai sekarang aku sebenarnya ragu apakah keluargaku sudah mengetahui hobbyku ini atau tidak. Dalam hati kecilku aku berkata mereka mungkin sudah mengetahui, tapi mereka tidak mau membicarakannya dan membiarkannya. Ada beberapa kejadian yang mengarah ke hal itu.

Waktu itu aku ke pasar tradisional bersama ibu. Dikios pakaian wanita yang menjual kain batik sama kebaya, aku pernah ditawari apakah mau pakaian itu ? Aku setengah kaget dan ( pura-pura ) berkata "untuk apa ?". Ibu pun menjawab, "ya untuk dipakai toh".

Selain peristiwa diatas, masih ditambah  lagi dengan kain batik dan kebaya yang setelah kupakai secara sembunyi-sembunyi langsung ku kembalikan ketempatnya tanpa dicuci. Terutama kain batik yang ku wiru dan setelah selesai kupakai wirunya kubuka lagi, tapi masih terlihat bekas lipatannya.

Dari kejadian diatas aku jadi  bertanya-tanya pada diriku sendiri bagaimana  jika waktu itu aku mengiyakan tawaran ibu dan ia betul-betul membelikan aku kain batik sama kebaya ? Baru saja ketika menulis artikel ini, aku punya pikiran jangan-jangan ibu akan mengerjai aku atau akan menghukum aku dengan menyuruh atau memaksa aku memakai kain kebaya dihadapan orang banyak. Atau lebih ekstrimnya ia akan mengikat tangan dan kakiku setelah aku memakai kain dan kebaya, hingga aku tidak bisa melepaskan  pakaian kain kebaya itu. Supaya aku malu dan kapok. Atau ibu betul-betul seorang yang lugu dalam hal psikologi dan sexual serta membiarkan anaknya memiliki kelakuan menyimpang. Ibuku memang pendidikannya rendah seperti umumnya ibu-ibu jaman dahulu yang tidak kaya.

Selasa, 06 November 2012

Pendekar konde


Dulu waktu kecil aku punya hobby menggambar pakai kapur tulis. Menggambarnya biasanya di lantai ubin atau di lantai plesteran. Tapi kadang-kadang juga di meja kayu. Aku senangnya menggambar orang. Biasanya orang silat Cina dan kami, aku dan ibu  menyebutnya sebagai pendekar konde. Sebetulnya sebutan itu tidak tepat. Karena rambut mereka tidak di konde, melainkan di kuncir. Waktu itu pernah ada tamu dari orang tuaku yang datang ke rumah dan melihat gambar-gambarku di lantai. Sang tamu itu kemudian memuji gambarku. Aku senangnya bukan main.

Tapi setelah dewasa, aku sekarang hampir tidak pernah menggambar lagi. Dulu sebelum berhenti menggambar, hobbyku menggambar orang pakai kain kebaya. Sekarang sudah tidak pernah lagi menggambar.

Kalau dipikir-pikir dulu waktu kecil aku suka menggambar pendekar konde, sekarang malah sering pakai konde sendiri. Ini ceritaku, apa ceritamu ?