tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Sabtu, 23 November 2013

Trio

Ini adalah lanjutan dari kisah Domina dan Sumi. Setelah  Domina berhasil mengerjai dan membalaskan  perbuatan yang ditermanya dari Mini kepada adiknya serta berakhir dengan Domina menyemprot adiknya dengan air hingga basah kuyup di kamar mandi.

Sumi kemudian membuka seluruh pakaiannya setelah ikatan tangan dan kakinya dibuka oleh Domina serta mengelap seluruh tubuhnya yang basah kuyup dengan handuk. Tapi pada saat ia masih mengelap tubuhnya dengan handuk, kakaknya masuk kembali ke kamar mandi dan berkata, "Maafkan kakak, ya dik. Tapi itulah yang kakak terima dari Mini sesudah kakak jadi model tata rias. Itu semua gara-gara kamu juga, dik". Kemudian dipeluk dan diciuminya adiknya. Keduanya kemudian menangis sesenggrukan.

Beberapa waktu kemudian, ibu mereka kembali ada acara demo tata rias tradisional dan kembali sang ibu mengajak kedua anaknya untuk ikut membantu acara itu. Peran kedua anak itu masih sama dengan yang sebelumnya, Domina jadi model dan Sumi membantu ibunya memperagakan cara memakai kain wiron. Tapi kali ini sang ibu juga meminta bantuan dari Mini untuk ikut menjadi model dan Mini tidak bisa menolak permintaan dari ibu Domina karena ia pernah berhutang budi dirias oleh ibu Domina pada waktu wisuda. Sementara bagi Domina hal ini seperti  mengulang kembali peristiwa yang  masih membuatnya trauma.

Beberapa hari sebelumnya karena Domina mengetahui kalau Mini juga akan ikut menjadi model, maka ia membuat siasat untuk menjebak Mini dan mengajak adiknya untuk bersekongkol dengannya.

Tibalah hari H nya. Setelah acara peragaan tata rias selesai, Domina, Sumi dan Mini dengan masih berpakaian kain kebaya buru-buru pamit pada ibu Domina untuk pergi bersama ke suatu tempat. Mini sama sekali tidak curiga terhadap Domina. Apalagi mereka berdua sama-sama ribetnya pakai kain kebaya. Ternyata Domina sudah memesan mobil untuk membawa Mini beserta adiknya ke suatu rumah. Di rumah itulah Domina bermaksud untuk membalas dendam kepada Mini.

Sesampai di rumah itu, Mini dipersilahkan berjalan duluan dimuka. Mini masih tidak curiga sama sekali, karena mereka hanya bertiga. Rumah itu seperti villa dan Mini memang betul-betul menikmati suasana rumah itu. Tapi begitu sampai ke dalam ruangan yang tertutup, maka Domina dan Sumi segera beraksi menyergap Mini dari belakang dan mengikat tangan Mini di belakang punggungnya. Mini jadi kaget dan berkata, "Rupanya kamu masih dendam sama aku, Ina".  Tapi Mini tidak melawan. Mini didudukkan di kursi, Domina kemudian berkata, "Kedudukan kita masih belum imbang, Mini. Masih 1 - 2 untuk kemenangan kamu. Makanya mau aku samakan biar jadi imbang 2 - 2". Mini  menjawab, "Memangnya kita baru main sepakbola. Ya terserah kamu saja, dah". Mini berkata dengan pasrahnya.

Sesudah itu  kedua kakak beradik itu beranjak pergi dari ruang itu, karena bermaksud untuk berganti pakaian. Tapi tiba-tiba datang beberapa teman cewek mereka yang ternyata telah dihubungi Mini lewat ponselnya selama dalam perjalanan. Mini bermaksud meminta bantuan mereka untuk menangkap dan mengikat kedua kakak beradik itu jika keadaan tidak menguntungkan bagi Mini seperti saat ini. Domina sendiri memang tidak mengunci pintu rumahnya, karena tidak mengira kalau Mini ternyata sudah mengkontak teman-temannya selama dalam perjalanan.

Salah seorang dari mereka yang dianggap sebagai ketuanya bernama Leslie Arimbi. Tapi karena Leslie Arimbi tidak pernah mempunyai cowok, maka teman-temannya menyindirnya dengan memanggilnya Lesbi yang sebetulnya juga merupakan  singkatan dari nama  LESlie arimBI sendiri. Memang penampilan Lesbi sendiri juga macho dan selalu memakai celana serta tidak pernah memakai rok. Lesbi segera mengkomando anak buahnya, "Tangkap Domina sama adiknya. Ikat mereka kencang-kencang". Maka teman-teman Lesbi pun segera menangkap Domina dan Sumi serta mengikat tangan dan kaki mereka.

Setelah Domina dan Sumi selesai diikat dan didudukkan di kursi, Mini berkata, "Ina, inilah rencana cadanganku dan pasukanku. Apa kamu juga punya rencana cadangan dan pasukan cadangan ? Aku kira kamu tidak punya, betul kan ? Sekarang aku mau ganti pakaian dulu, sementara kamu berdua tetap  pakai pakaian kamu itu ya. Jangan ganti pakaian. Kain kebaya cocok untuk kamu berdua. Lesbi, sekarang lepaskan ikatan tanganku".

Lesbi pun mendekati Mini, memegang-megang  ikatan tali di tangan Mini  dan  mulai membukanya. Tapi kemudian ia menghentikannya dan tali itu masih mengikat tangan Mini serta berkata, "Dibuka apa enggak ya enaknya ? Enaknya kita lempar pertanyaan ini ke floor. Bagaimana teman-teman ? Di buka apa dikencengi lagi talinya ?". Teman-teman mereka menjawab, "Jangan dibuka". "Dikencangi lagi saja". Dan sebagainya. Tapi tidak ada yang menjawab "Dibuka". Lesbi kemudian berkata, "Mini, kamu dengar sendiri kan jawaban dari teman-teman kita. Negara kita kan negara demokrasi. Sekarang aku harus kembali mengencangkan ikatan tanganmu". Dan ia pun mengencangkan kembali ikatan tangan Mini. Lalu berkata, "Bagi kami lebih menyenangkan untuk punya 3 submissive daripada hanya punya 2 submissive. Ya kan teman-teman ?. Sekarang kami mau inspeksi dulu keadaan rumah ini. Kamu bertiga disini saja". Tapi karena Mini hanya diikat tangannya, maka Lesbi kemudian mengikat kaki Mini juga. Mereka kemudian meninggalkan Mini, Domina dan Sumi duduk di ruang itu.

Begitu ditinggal Lesbi dan teman-temannya, Domina mulai berusaha membuka ikatan tangan adiknya. Mereka duduk berdekatan, sedangkan Mini duduk agak jauh. Tapi ternyata sulit untuk membuka ikatan tangan adiknya. Kemudian ganti Sumi yang mencoba membuka ikatan tangan kakaknya. Hasilnya sama saja. Mini lalu berkata, "Gimana ? Bisa nggak ? Coba aku bantu". Mini kemudian menggeser duduknya hingga mendekati Domina dan Sumi serta mencoba membuka ikatan tangan mereka. Pertama mencoba membuka ikatan tangan Domina, kemudian ikatan tangan Sumi. Tapi tidak ada yang berhasil.

Domina kemudian mulai menyindir Mini, "Rencana cadangan dan pasukan cadangan ya ?". Sudut-sudut bibirnya ditariknya ke bawah  dan  mencibir Mini. Lalu disambungnya lagi, "Rencana cadangan sama pasukannya makan tuan sendiri ya ?". Mini jadi panas. Domina yang tadi posisinya sudah berhadap-hadapan dengannya sekarang ditantangnya. Wajah Mini didekatkannya ke wajah Domina dan bahu Mini disenggol-senggolkannya ke bahu Domina. Domina jadi terpancing dan menanggapi tantangan Mini. Keduanya kemudian beranjak dan berdiri dari tempat duduknya. Mini terlebih dulu mendorong Domina ke belakang dengan bahunya, tapi Domina membalas dengan lebih kuat sehingga Mini jatuh dan Domina menindihnya. Sumi yang melihat jadi takut. Tapi untungnya Lesbi dan kawan-kawan segera kembali ke ruangan dan melerai mereka serta mendudukkan mereka kembali ke kursi.

trio1

Dominamini1


Dominamini2

Lesbi kemudian berlagak seperti orang tua yang menasehati anaknya. "Kalian berdua ini bagaimana sih ? Masak malah berkelahi. Sudah pakai  kain kebaya sama sanggulan malah berkelahi. Kok nggak ada feminin-femininnya sama sekali. Mestinya kan merasa senasib sepenanggungan. Kan kalian sama-sama jadi tawanan. Ayo kalian yang rukun. Saling berciuman ! ". Mungkin kata-kata itu memang menyadarkan Domina dan Mini. Keduanya pun kemudian saling berciuman. Tapi kemudian Lesbi dan kawan-kawan  kembali meninggalkan mereka bertiga, karena tetnyata inspeksi mereka keliling rumah belum selesai dan terganggu oleh suara gaduh Domina dan Mini.

Mini kemudian berkata, "Sorry ya tadi aku emosi. Habis ternyata rencanaku tidak berhasil, malah menjadi senjata makan tuan. Persis seperti kata-katamu. Maafkan aku ya, Ina". Ina menjawab, "Gak apa-apa. Namanya manusia kadang Kadang bisa emosi. Aku juga minta maaf ya sudah mancing emosi kamu". Kemudian keduanya saling berciuman. Tiba-tiba adiknya berkata, "Toss dulu dong kalau gitu". Mini dan Domina jadi bingung, mau toss tapi tangannya terikat di belakang punggung. Kemudian keduanya saling membelakangi dan toss dengan tangan yang masih terikat di belakang punggung.

Sebentar kemudian Mini berkata, "Ina, apa kamu juga masih dendam sama aku soal aku ngerjain kamu ?  Pasti kamu masih tidak bisa melupakan peristiwa itu ya ? Aku minta maaf déh soal itu. Tapi kamu kan juga pernah ngerjain aku kan ? Yah, namanya permainan BDSM. Begitulah jadinya. Apalagi aku sama kamu kan sama-sama suka jadi dominant. Ya kan, Ina ?".

Pada waktu yang bersamaan ketika Domina dan Mini masih bercakap-cakap, datanglah Lesbi dan kawan-kawan. Lesbi langsung berkomentar, "Nah, gitu dong. Yang rukun, kan enak jadinya. Masak pakai kain kebaya kok berkelahi. Nggak feminin dong. Sekarang daripada cuma duduk ngejogrok di situ, kita adain lomba yuk ".

Lomba pertama tarik tambang. Karena pesertanya 3, maka Lesbi jadi bingung. Lalu didapatnya akal, tarik tambang  hanya diikuti oleh Mini dan Domina, karena sebelumnya Mini dan Domina sudah berselisih dan sempat berkelahi sebelumnya. Kata Lesbi, "Tarik tambang ini hanya untuk  kamu, Mini dan Domina. Karena sebelumnya kamu berdua sudah sempat berkelahi. Jadi ini sekalian untuk hukuman buat kalian". Mini dan Domina harus memegang tali dengan tangan yang terikat kebelakang dan mereka saling membelakangi. Kemudian mereka harus berjalan sambil kesrimpet-srimpet jarik dan  tali yang mengikat kaki mereka. Hasilnya Domina menang, maka Mini dihukum dengan dicekoki pisang.

Tariktambang
Lomba kedua, Domina, Sumi dan Mini, mereka suruh lari dalam keadaan tangan dan kaki terikat.  Bisa dibayangkan kesulitan yang mereka hadapi. Pertama mereka bersanggul dan memakai kain kebaya, kedua tangan dan kaki mereka terikat. Domina, Sumi dan Mini jadi geli sendiri. Tapi Lesbi berkata, "Kalian jangan tertawa dan bercanda. Ini serius. Yang kalah nanti harus minum jamu tanpa gula dan madu". Mereka pun berlari di dalam ruangan yang cukup luas. Ruangan yang panjangnya sebetulnya cukup cepat untuk dicapai dengan berlari jika dalam keadaan normal. Tapi jadi lama jika harus berlari dalam keadaan kaki terikat. Sumi, karena paling sering dan sudah agak terbiasa memakai kain kebaya, maka jadi pemenangnya. Disusul oleh Domina dan yang terakhir adalah Mini. Maka Mini harus minum jamu pahit. Tanpa ampun mereka mencekoki Mini hingga Mini muntah.

Lomba ketiga membawa kelereng dalam sendok dengan mulut. Ketiga-tiganya gagal, kelerengnya jatuh. Maka mereka bertiga dihukum. Dan hukumannya mereka di hogtied. Domina dan Mini  protes dan berkata, "Wah, Lesbi ini kan akal-akalan mu sendiri. Coba kamu yang dalam posisi kami. Pasti kamu  juga tidak bisa". Tapi Lesbi tetap cuek dan tidak menggubris protes mereka.

Sendokelereng

Lomba keempat, Lesbi kehilangan ide mau lomba apa lagi. Karena Domina, Sumi dan Mini sudah dihogtied. Maka mereka kembali disuruh balapan lari atau tepatnya ngesot atau merayap di lantai dalam keadaan dihogtied. Tempat yang dituju jaraknya cukup jauh. Maka mereka pun protes. Lesbi jadi tidak sabar dan berkata dengan setengah membentak, "Ayo jalan ! Ayo mulai !" sambil menabok pantat mereka satu demi satu. Sementara teman-teman yang menyaksikan hanya tertawa. Maka dengan terpaksa mulailah Domina, Sumi dan Mini mengesot di lantai. Meraka kemudian membalikkan badan menghadap keatas, supaya bisa bergerak dengan kaki dan tangan mereka di bawah.

Ngesot

Untung disaat mereka masih berjuang mengesot di lantai, ponsel Domina berbunyi. Ternyata kedua orang tua Domina sedang dalam perjalanan menuju rumah itu. Maka cepat-cepat Lesbi dan kawan-kawan melepaskan ikatan Domina, Sumi dan Mini. Mereka kemudian meringkasi dan mengemasi barang-barang mereka dan kabur dari rumah itu. Sementara Domina, Sumi dan Mini cepat-cepat berganti pakaian dan membuka sanggul mereka. Mereka kuatir kalau orang tua mereka memergoki mereka masih berkain kebaya dan kain kebaya mereka dalam keadaan lungset dan kotor. Selain itu Domina dan Mini sempat sepakat untuk bekerja sama membalas dendam kepada Lesbi.

Rabu, 13 November 2013

Pelajaran menulis

writinglessonSuatu ketika Domina dan Sumi kedatangan saudara mereka. Mereka adalah kakak sepupu mereka dan anaknya yang masih kecil yang masih duduk di Taman Kanak-kanak. Ibu Domina pada waktu itu sedang mewiru kain batik. Kebetulan keponakannya yang datang tertarik, maka si ibu dengan semangat segera menyuruh Sumi untuk memperagakan cara berbusana kain kebaya.Sumi pun segera menuruti kemauan ibunya.
Setelah saudara sepupu ibunya melihat dan memegang-megang Sumi serta bertanya-tanya seputar kain kebaya kepada ibu Sumi, saudara sepupu itu pergi dengan anaknya dan ibu mereka. Tapi mereka masih meninggalkan barang-barang mereka di rumah Sumi. Barang-barang itu antara lain benda-benda keponakan Sumi seperti buku tulis dan alat-alat tulis. Kebetulan, rupanya saudara sepupu Sumi barusan menjemput anaknya dari sekolah.
Domina segera memanfaatkan keadaan ini. Ia segera memaksa Sumi untuk menjadi submissive. Setelah Sumi diikat, maka Domina sibuk memotretnya. Karena keasyikan memotret dan mengatur posisi untuk mengambil gambar Sumi dalam keadaan yang paling baik serta dalam posisi membelakangi kursi dan meja, maka Domina tidak sadar kalau ia telah menabrak kusi dan meja serta menjatuhkan minuman keponakannya dan membasahi buku tulis halusnya. Setelah tahu ia segera mengambil buku itu dengan maksud untuk mengeringkannya.
Tapi terlambat buku itu terlanjur basah kuyup. Padahal di lembar yang basah itu sudah ada tulisannya. Untungnya tidak banyak. Dicarinya akal. Tapi kalau ia sendiri yang menulis, ia tidak bisa menikmati Sumi sebagai submissive.  Maka disuruhnya Sumi menulis sekalipun tangannya masih terikat dibelakang punggung. Apalagi tulisan keponakannya juga jelek, jadi akan hampir sama kalau ditulis Sumi dalam keadaan terikat di belakang.
Sumi tentu tidak mau, karena tidak bisa. Tapi kakaknya terus saja memaksanya dan menjewernya. Begitu juga  Sumi tetap tidak mau menuruti perintahnya. Karena ia sudah beberapa kali dijewer kakaknya. Sehingga sudah terbiasa merasakan  jeweran kakaknya. Kakaknya jadi semakin gregetan, diambilnya mistar dan diancamnya apabila ia masih tidak mau menulis maka ia akan menyabetnya. Kata Domina, "Masih enggak mau juga ? Awas ya nanti kakak sabet yang keras pakai mistar, biar kamu nangis sekalian". Sumi menjawab, "Kak, tangan Sumi kan diikat dibelakang. Nanti tulisannya jadi jelek". Jawab Domina, "Justru itulah biar jadi mirip. Tulisan keponakan kamu kan juga jelek". Barulah Sumi mulai menulis.

Selasa, 12 November 2013

Korban dan ujian

Kejadian 22:1-19 Kepercayaan Abraham diuji
Setelah semuanya itu Allah mencoba  Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Aku, Sumi Sylvia setelah membaca ayat Alkitab itu jadi ingat akan diriku sendiri dan kakakku yang selalu mengincar serta menginginkan aku menjadi korban submissivenya jika aku sedang berkain kebaya. Aku pun seperti Ishak tidak melawan saat tangan dan kakiku diikat oleh kakakku maupun oleh teman-teman kakak. Aku seperti  seekor domba yang dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya,
Bedanya kalau Abraham diuji imannya oleh Tuhan untuk mempersembahkan anaknya, Ishak sebagai korban bagi Tuhan. Maka kakak digoda oleh hawa nafsunya sendiri untuk mengorbankan adiknya sebagai submissive. Sementara bagi diriku sendiri, aku seperti diuji ketabahan hatiku dan kepatuhanku untuk mematuhi dan memenuhi permintaan kakakku serta menghormatinya sebagai orang yang lebih tua dariku. Terlebih dari itu aku diuji kerelaanku untuk berkorban bagi orang lain yang merupakan saudara yang lebih tua dariku.
Tapi jika aku terus menuruti kemauannya bukankah itu seperti meninabobokkannya dalam kebiasaan yang merupakan kelainan ? Bukankah bondage merupakan suatu kebiasaan yang juga merupakan suatu kelainan ? Biarpun  sebuah penelitian mengatakan orang yang suka akan BDSM akan lebih sehat kehidupan sexualnya.
Aku jadi bingung. Mau terus menuruti kemauannya atau menolak dan melaporkan hal ini kepada mama dan papa. Inilah yang merupakan ujian bagiku. Ujian untuk menentukan manakah keputusan yang lebih tepat yang harus ku ambil sehubungan dengan hal ini. Mungkin  para pembaca bersedia memberi aku saran ?

Senin, 11 November 2013

Hadiah

Ini adalah lanjutan dari kisah Domina dan Sumi. Setelah Domina selesai menjadi model tata rias tradisional dan dikerjai habis-habisan oleh Mini, beberapa hari kemudian Domina semakin bernafsu untuk membalaskan dendamnya kepada Sumi. Tapi tidak ada kesempatan, kebetulan Sumi beberapa hari terakhir tidak memakai kain kebaya lagi. Maka dicarinya akal supaya Sumi memakai kain kebaya.

Sumi mau dibujuk dan dipaksanya memakai kain batik serta kebaya ibunya, Domina jadi tidak enak sama ibunya. Lalu didapatnya ide ia akan membelikan adiknya kain kebaya baru dan waktu menyerahkan kepada adiknya, ia akan menyuruh adiknya untuk segera memakainya.

Keesokan harinya Domina pun membeli selembar kain batik dan kebaya baru. Adiknya tidak diajaknya ikut serta, karena kuatir kalau adiknya nanti malah merongrongya. Kain batiknya berwarna sogan dengan motif parang. Kebayanya brokat merah dengan pinggiran renda putih. Ia tersenyum sendiri dan puas setelah melaksanakan idenya.

Sesampainya dirumah, segera diberikannya apa yang dibelinya kepada adiknya. Adiknya senang bukan main dan mengucapkan terimakasih sambil bersimpuh dihadapannya. Domina pun berkata, "Gimana, dik ? Senang kan kakak belikan kamu kain batik sama kebaya baru ?". Adiknya mengangguk-angguk, memeluk dan menciumnya. Domina berkata lagi, "Kalau gitu langsung dipakai dong, dik. Kakak mau lihat". Tapi adiknya menjawab, "Yah, kak. Tapi kain batiknya kan harus diwiru dulu. Habis itu didiamkan semalaman biar wirunya membekas kuat dan tidak cepat hilang atau rusak". Domina menjawab "Ya sudah. Kakak tunggu besok ya, kamu dandan yang cantik".  Dan Domina pun harus menunggu sampai besok.

Esok harinya Domina menagih janji adiknya, "Dik, ayo sekarang dik. Kamu dandan yang cantik pakai kain kebaya yang kakak belikan kemarin". Adiknya segera berdandan. Pertama bermakeup, memakai sanggul dan terakhir memakai kain kebaya.

Setelah selesai ia pun pergi ke kamar kakaknya untuk memperlihatkan dirinya di depan kakaknya. Kakaknya memandangnya dari atas sampai ke bawah dan makin menggebulah nafsunya untuk mengerjai adiknya. Ia memotretnya beberapa kali supaya adiknya semakin senang. Tapi sebentar kemudian, adiknya sudah merengek meminta ijin kepada kakaknya, karena ada acara pergi ke luar rumah. Kakaknya jadi sewot. Pikirnya rencananya belum sampai selesai dan baru saja dimulai, adiknya sudah bertingkah. Domina pun berkata, "Kamu ini gimana sih, dik. Kakak belikan kain kebaya. Baru sebentar dipakai sudah mau dilepas. Sudah mau pergi. Batalkan saja acaramu itu, sekarang kamu di rumah saja sama kakak. Kita bersenang-senang". Tapi adiknya masih terus merengek, bahkan Sumi sudah mulai melepas kancing kebayanya. Kakaknya segera menahannya., "Dik, kamu itu kok bandel amat sih. Tahu nggak gara-gara kamu, kemarin kakak sampai jadi korban dikerjain sama Mini. Kakak sampai capai". Kemudian ia keluar dari kamar itu mengambil tali dan segera kembali lagi. Ternyata Sumi sudah melepas kebayanya dan sedang mulai membuka long torsonya, tapi stagen dan kain wironnya masih menempel di tubuhnya. Kakaknya segera menghardiknya, "Sumi, apa-apaan kamu ! Kebaya yang kakak belikan kamu buang begitu saja. Dasar tidak tahu berterimakasih, ayo pakai kembali !".

Sumi jadi mengkeret melihat kakaknya marah. Ia segera membatalkan membuka long torsonya dan memakai kembali kebayanya. Kakaknya kemudian menurunkan temperamennya dan mencium adiknya sambil berkata, "Nah gitu dong, adikku yang manis. Yang nurut sama kakak. Tapi kakak masih kuatir kalau kamu nanti membuka lagi pakaianmu. Ayo, naik ke ranjang", Sumi menuruti kakaknya dan Domina kemudian mengikat kakinya. Kemudian Sumi disuruhnya bersimpuh dan diikatnya tangan Sumi ke belakang punggung. Setelah itu Domina masih mengikatkan tali dari ikatan kaki ke ikatan tangan Sumi. Sumi tidak mengetahui hal ini, karena ia dalam posisi membelakangi kakaknya. Sumi hanya mengira kalau tangan dan kakinya diikat, tapi tidak tahu kalau kaki dan tangannya terhubung satu ke yang lain dengan seutas tali. Tapi karena Sumi pernah tidak tahan di hogtied dalam keadaan terlalu kencang hingga tangan dan kaki hampir bersentuhan, maka kakaknya mengalah dan mengikat Sumi dalam keadaan hogtied tapi tidak terlalu kencang dan tangan serta kakinya dihubungkan dengan tali yang cukup panjang.

Setelah selesai mengikat adiknya, Domina mencium adiknya di keningnya dan berkata dengan lembut, "Nah, beginilah dik waktu kakak dihukum papa dulu. Bersimpuh di lantai dan tangan kakak diikat kebelakang. Sekarang kamu bisa merasakan sendiri". Kemudian ia mengelus-elus rambut dan kepala Sumi dan berkata, "Makanya jadi adik yang nurut sama kakak. Jangan bandel kayak tadi" Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Domina berkata, "Sekarang kakak mau keluar sebentar. Kamu diam saja yang manis disitu ya". Diciumnya kening Sumi dan ia keluar kamar dengan meninggalkan Sumi dalam keadaan bersimpuh. Setelah mengetahui bahwa yang datang Mini, maka ia kembali ke kamar dan memberitahu Sumi bahwa yang datang adalah Mini.

Ternyata Mini datang untuk mengembalikan pakaian Domina, tapi Domina masih mengikat adiknya dan didalam hati Domina masih ada perasaan tidak rela membagi adiknya dengan Mini, karena ia habis dikerjai Mini setelah ia sebelumnya mengerjai Mini. Mulut Sumi juga tidak di lakban. Tapi Domina memberitahu kalau yang datang adalah Mini dan bila Sumi menjerit atau berteriak, maka Mini malah mengetahui kalau Sumi dalam keadaan terikat.

Sebentar kemudian terdengar suara ayahnya. Ternyata ayahnya juga mendadak pulang. Domina pun kembali ke kamar dan ia mengancam Sumi, "Awas, kamu dik kalau sampai manggil papa !". Dijewernya telinga Sumi, hingga Sumi meringis kesakitan sambil menggeleng-gelengkan kepala. Domina pun keluar kamar

Ditinggal sendirian dikamar, Sumi berusaha melepaskan diri dari ikatannya. Pertama ia berusaha untuk beranjak dari keadaan bersimpuh, karena ia tidak mengetahui kalau tangan dan kakinya yang terikat terhubung satu sama lain dengan tali. Ketika paha dan badannya sudah tegak berdiri, barulah ia tahu kalau ia diikat dalam keadaan hogtied. Maka ia tidak jadi bangun dari ranjang, tapi ia merebahkan diri di ranjang dan tetap berusaha melepaskan diri dari ikatan. Mulai dari posisi berbaring miring sampai berbaring tengkurap ia coba. Tapi tetap saja ia tidak bisa membuka ikatannya.

Tiba-tiba  terdengar suara ayahnya memanggil Sumi. Sumi pun jadi bingung, mau menjawab ayahnya  atau tidak. Karena jika ia menjawab ayahnya, maka perbuatan kakaknya akan ketahuan ayahnya dan ia tidak tega melihat kakaknya dihukum ayahnya serta takut terhadap ancaman kakaknya. Tapi bila tidak, maka ia harus berusaha sendiri untuk melepaskan diri dari ikatannya. Ketika Sumi masih bingung, Domina mendahuluinya dengan menjawab  kalau adiknya sedang pergi.

Sumi jadi termangu diam tapi bingung di ranjang dengan ikatan yang tidak bisa dibukanya. Pikirannya kacau, sebentar ingin berteriak memanggil ayahnya. Sebentar ia membatalkan niatnya untuk memanggil ayahnya, karena bisa berakibat kakaknya dihukum ayahnya. Tak lama kemudian terdengar suara mobil ayahnya menniggalkan rumah. Pada saat yang bersamaan Sumi merasa kecewa, karena ia tidak jadi memanggil ayahnya dan sekarang ayahnya sudah pergi. Musnahlah sudah harapan untuk segera lepas dari ikatan tangan dan kakinya.

Tak lama kemudian Mini juga pulang. Domina segera kembali ke kamar menengok adiknya. Didapatinya adiknya terbaring di ranjang dan ranjangnya sekarang menjadi acak-acakan, karena Sumi yang meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Maka marahlah Domina, "Adik tidak tahu di untung, sudah dibelikan kain kebaya baru malah ranjang kakak kamu  acak-acak". Sekali lagi dijewetnya telinga Sumi. Dan plak ! plak ! plak ! Tangan Domina melayang ke pantat Sumi. Sumi berteriak, "Ampun, kak ! Ampun !". Domina segera menghentikan tamparannya, karena kuatir adiknya menangis.

Domina jadi ada alasan untuk kembali menghukum adiknya, karena ranjangnya yang diacak-acak adiknya. Dibukanya tali yang menghubungkan kaki dan tangan Sumi, juga ikatan kakinya. Tapi ikatan tangannya tidak dibukanya. Disuruhnya Sumi turun dari ranjang. Domina memerintah, "Dik, sekarang kamu rapikan ranjang kakak yang kamu acak-acak". Sumi diam saja, karena tangannya masih terikat di belakang. Kakaknya berkata, "Ayo, tunggu apa lagi. Rapikan sekarang !".  Sumi menjawab, "Kak, tangan Sumi kan masih terikat". Domina menjawab, "Ah, kamu itu. Kerja sambil menoleh kebelakang kan bisa. Lagian ikatan tangan kamu kan sekarang sudah agak kendor". Sumi akhirnya menuruti perintah kakaknya. Ia merapikan ranjang kakaknya dengan tangan terikat ke belakang dan sambil terus menoleh ke belakang untuk memeriksa apakah sudah rapi atau belum. Kakaknya terus memandanginya dan mengambil foto berulang-ulang. Dalam hatinya ia puas.

Setelah selesai merapikan ranjang kakaknya, Sumi dipeluk dan diciumnya. Domina berkata, "Itulah hukumannya kalau bandel. Lihat sekarang sanggul sama kain kebaya kamu jadi awut-awutan ". Kemudian dirapikannya sanggul dan kain kebaya Sumi serta dikencangkannya ikatan tangan Sumi. Keduanya kemudian keluar kamar.

Tapi Domina masih bermaksud untuk melanjutkan pembalasannya kepada adiknya. Maka ia suruh adiknya ikut naik loteng. Sumi diam termenung, karena ia belum pernah naik tangga waktu memakai kain kebaya. Kakaknya jadi sewot dan berkata, "Ayo, naik !". Sumi menjawab, "Kak, Sumi nggak bisa. Sumi belum pernah naik tangga sambil  memakai kain kebaya". Domina menjawab, "Dik, tapi kan kamu sendiri yang ngajari kakak naik tangga waktu kakak pakai kain kebaya. Sekarang kamu kerjakan sendiri", Sumi balik menjawab, "Tapi tangan Sumi kan terikat di belakang". Domina jadi kegi dan menjawab, "Alasan, Tapi kaki kamu kan tidak kakak ikat. Jadi harus bisa. Jalannya miring, pelan-pelan. Matanya melihat anak tangga". Sumi tetap diam saja. Domina jadi makin gregetan, katanya, "Enggak mau ? Apa kamu perlu kakak jewer ?". Dijewernya telinga Sumi sementara Domina sudah ada di muka Sumi dan sudah mendahului beberapa langkah menaiki anak tangga. Sumi jadi terpaksa melangkah naik, karena Domina tidak melepaskan jewerannya. Baru setelah Sumi mulai melangkah naik, Domina melepaskan telinga Sumi.
Sumidijewernaiktangga
Di loteng itu terdapat treadmill dan Domina bermaksud membalaskan apa yang dialaminya kepada adiknya. Maka disuruhnya Sumi naik ke treadmill dan Domina melakukan persis apa yang dia alami ketika dikerjai Mini. Tapi karena ia tidak tega kalau sampai adiknya jatuh terpeleset, maka ia tidak sampai menyetel kecepatan treadmill ke tingkat yang tinggi. Meskipun demikian Sumi cukup dibuatnya terengah-engah berlari-lari sambil kesrimpet-srimpet kain jariknya. Puaslah Domina menyiksa adiknya.

Sumi jadi keringatan dan nafasnya tersengal-sengal, maka  dibiarkannya ia beristirahat.Tapi  Domina jadi dapat alasan untuk mengerjai adiknya dengan memandikannya. Maka dibawanya Sumi ke kamar mandi. Mengerti kalau ia akan diguyur air, maka Sumi meronta-ronta dan tidak mau berjalan mengikuti kakaknya.

Domina lalu mengalihkan perhatian adiknya. Didudukkannya adiknya, dielus-elus, dikeringkannya keringat Sumi  dan diberinya minum serta dipeluk dan diciuminya adiknya. Tapi kemudian setelah Sumi tenang,  kakinya diikatnya kencang-kencang. Lalu diseretnya adiknya yang meronta-ronta ke kamar mandi. Disemprotnya  dengan air seluruh tubuh adiknya mulai dari kepala sampai kaki. Sumi jadi berteriak-teriak. Tapi Domina tetap menyemprotnya dengan air hingga adiknya jatuh terduduk di lantai. Tak lama kemudian Domina berhenti menyemprotkan  air kepada adiknya. Adiknya menangis sesenggrukan. Domina malah berkata, "Inilah hadiah buat adik kalau nakal kayak kamu. Camkan ! Jangan sekali-kali berani ngerjai kakakmu". Lalu ditinggalnya Sumi sendirian tergeletak di lantai kamar mandi.
Sumidisemprot
Sebentar kemudian barulah dibukanya ikatan tangan dan kaki adiknya serta dibiarkannya Sumi membuka pakaiannya dan mengeringkan badan.