Domina jadi dapat ide untuk mengerjai Sumi. Ia mencari kesempatan supaya adiknya berkain kebaya terlebih dahulu. Setelah itu ia seperti biasanya akan mengikat tangan adiknya kebelakang dan baru mengajarinya bermain tenis.
Setelah menunggu beeberapa hari, tibalah saat yang tepat bagi Domina. Sumi pada hari itu berkain kebaya karena menjadi model tata rias ibunya. Pada saat itu pula Domina mengatur siasat dengan beberapa temannya untuk bermain tenis dan ia akan mengajak adiknya untuk ikut serta.
Dari rumah Domina sudah memberitahu Sumi kalau ia akan latihan tenis bersama teman-temannya. Tentu saja Sumi merengek meminta Domina memperbolehkan untuk ikut serta bermain tenis. Domina tentu saja memperbolehkan, karena memang itulah tujuannya ia memberitahu adiknya soal ia akan bermain tenis dan jamnya tentu saja oleh Domina sudah diatur agar kurang lebih bisa pas sesudah peragaan tata rias tradisional yang diikuti Sumi. Sumi segera mempersiapkan pakaian olah raga serta sepatu tenis.
Sesudah acara peragaan tata rias selesai, Sumi pergi meluncur bersama Domina ke tempat latihan tenis. Sumi masih memakai kain kebaya lengkap dan karena begitu senangnya, maka ia sama sekali tidak merasa was-was kalau kakaknya akan mengerjainya. Tapi begitu sampai ditempat latihan tenis barulah Sumi merasakan kejanggalan-kejanggalan. Pertama, waktu ia bilang pada kakaknya kalau ia akan berganti pakaian dari kain kebaya dengan pakaian olah raga. Kakaknya segera menghalanginya dan berkata, "Kamu jangan ganti pakaian dulu". Dan direbutnya tas adiknya yang berisi pakaian dan sepatu olah raga. Sesudah itu kakaknya segera mengeluarkan tali dari dalam tasnya. Maka tahulah Sumi kalau ia akan diikat.
Sumi menolak dan berkata, "Kak, jangan disini dong kak. Nanti dilihat orang. Sumi malu". Domina menjawab, " Kamu mau kakak ajarin main tenis apa nggak ?". Sumi menjawab, "Iya dong, kak". Domina menyahut, "Makanya yang nurut sama kakak kalau mau diajari main tenis". Mendengar itu Sumi jadi pasrah. Dibiarkannya tangannya diikat oleh kakaknya dibelakang punggungnya. Kakaknya membesarkan hati adiknya. Katanya, "Yang main disini teman-teman kakak semua kok. Kamu tidak usah malu". Tapi adiknya menerima hal ini dengan persepsi berbeda. Dalam hatinya ia berkata, "Wah, aku masuk perangkap. Dikerjai sama komplotannya kakak".
Setelah tangannya diikat ke belakang, Domina segera pergi untuk berganti pakaian. Sebentar kemudian ternyata Mini muncul. Ia segera menyapa Sumi sambil berkata, "Hai, cantik. Tanganmu sudah terikat rapi belum ?". Lalu diperiksanya ikatan tangan Sumi. Karena ikatan tangan Sumi cukup kencang, maka Mini berkata, "Kakakmu memang ahlinya. Ikatan tanganmu cukup kencang". Kemudian ia menjawil dagu Sumi dan mencium pipi kiri serta pipi kanan Sumi. Sumi hanya bisa tersenyum pasrah. Dalam hatinya ia berkata, "Memangnya aku paket, ditanya sudah terikat apa belum. Coba kalau aku tidak diikat, pasti kamu sudah aku pukul". Mini kemudian berlalu sambil berkata, "Sampai ketemu di lapangan ya cantik !" sambil dicubitnya Sumi.
Sumi masih menunggu kakaknya, ketika seorang teman Sumi tiba-tiba muncul. Teman itu adalah teman Sumi yang cukup akrab. Sumi biasa bermain ejek-ejekan dengannya. Maka begitu ia melihat Sumi memakai kain kebaya dan tangannya terikat, tidak tertahankanlah tawanya. Katanya, "Non, non. Kamu itu baru jadi ondel-ondel ya ? Ya betul itu ondel-ondelnya diikat yang kenceng biar nggak bisa lari". Sumi tidak tahan mendengar ejekan temannya, ia juga tidak bisa menahan tawanya. Ia segera berlari menghampiri temannya dengan maksud untuk memukulinya. Temannya tidak lari, karena ia tahu kalau tangan Sumi terikat ke belakang. Tapi ia hanya berjalan menjauh saja, maka Sumi setelah berlari sambil kesrimpet-srimpet dan terhuyung-huyung segera bisa mendapatkannya. Ia segera memutar tangannya yang terikat kebelakang ke sebelah kanannya supaya bisa maju sedikit ke depan dan meraih temannya. Ia bermaksud memukul temannya dengan tangan yang masih terikat. Tapi karena terikat dan posisinya sulit, maka Sumi tidak bisa memukul. Sumi sendiri jadi malah kesulitan serta merasakan sakit pada punggungnya akibat gerakan tangannya. Sebaliknya temannya malah mengejek dan mentertawakannya. Ia kemudian mencoba memutar tangannya ke sebelah kirinya dan mencoba memukul temannya. Hasilnya sama saja dan temannya semakin menjadi-jadi mengejek Sumi. Didekatkannya badannya sampai menempel ke badan Sumi sambil berkata, "Coba déh, non. Pukul aku kalau bisa". Kehabisan akal akhirnya Sumi kemudian mencubiti temannya dengan posisi tubuh yang membelakangi temannya. Temannya tentu saja jadi kesakitan dan melarikan diri sambil berkata, "Kok kamu jadi genit sih, non". Sumi kembali berlari mengejarnya dengan langkah yang kecil-kecil, karena terhambat oleh kain wiron yang dipakainya. Tentu saja ia tidak berhasil menangkap temannya. Bahkan temannya sudah menghilang.
Tiba-tiba disaat Sumi masih berlari, kakaknya datang dan sempat melihat kalau adiknya berlari-lari. Maka segera dikejarnya Sumi. Sebentar kemudian Sumi sudah berhasil ditangkap oleh kakaknya. Tapi Domina punya persepsi lain terhadap adiknya. Dikiranya adiknya mau minta tolong atau melapor atau melarikan diri. Maka dijewernya telinga Sumi sambil berkata, "Kamu mau melarikan diri ya ? Awas kamu, nanti kakak tidak mau ajari kamu main tenis". Sumi menggeleng. Sesudah itu Sumi méwék, hampir menangis melihat nasibnya sendiri di hari itu. Sudah ketiban sial mau dikerjai komplotan kakaknya. Masih diejek teman akrabnya sendiri. Sekarang masih dijewer dan dikira mau melarikan diri.
Melihat Sumi méwék, kakaknya menenangkannya. Diciuminya pipi kiri dan kanan adiknya sambil berkata, "Sudah tidak usah mikir yang macam-macam. Sekarang kamu latihan tenis sama kakak. Gimana senang kan ?". Sambil dipegangnya erat-erat lengan Sumi dan digoncang-goncangkannya bahu Sumi. Sumi diam saja. Ia berpikir berarti sebentar lagi ia akan dilepas ikatan tangannya dan sudah boleh ganti pakaian. Tapi kakaknya segera memberikannya raket tenis dan membimbingnya memasuki lapangan.
Di lapangan tenis Sumi jadi bengong sendiri. Karena ia masih memakai kain kebaya dan tangannya masih terikat dibelakang. Dihadapannya kakaknya menjadi lawan mainnya sudah siap dengan raket dan bola tenis. Ia mengomando adiknya, "Ayo, mulai dik !". Ia mulai serve dan bola memantul ke arah Sumi. Tapi Sumi diam saja. Ia melihat sekeliling lapangan, ternyata banyak teman-teman kakaknya yang sebagian sudah pernah ia lihat dan mereka banyak yang mengambil gambar atau video dirinya. Kakaknya mengomando lagi, "Ayo, diambil dong bolanya". Kembali Domina serve dan kembali lagi Sumi diam saja tidak bereaksi. Dan ini terjadi beberapa kali. Maka kakaknya mulai gusar, "Kamu mau kakak ajari main tenis apa nggak sih ? Kalau kamu diam saja, kakak gak mau ajari kamu main tenis. Usaha dong semaksimal mungkin, biar tangan kamu diikat kebelakang. Ini buat pemanasan. Habis ini kita latihan betulan".
Sesudah itu barulah Sumi bereaksi, beberapa variasi ia coba. Memukul bola dengan tangan yang menyamping disebelah belakang kiri. Memukul bola dengan tangan yang menyamping disebelah kanan sampai memukul bola dengan posisi membelakangi lawan. Tapi kemudian ia terpeleset sandal hak tingginya. Ia pun jatuh. Untung, jatuhnya tidak keras. Demi melihat ini kakaknya segera berlari menghampirinya. Dibukanya ikatan tangan adiknya dan dibantunya adiknya berdiri. Sesudah itu dibiarkannya adiknya duduk dan menenangkan diri sementara Domina menemaninya disebelahnya. Diciuminya adiknya sambil berkata, "Maafkan kakak ya, dik. Kamu tidak sakit kan ?". Diraba-rabanya Sumi dari kepala sampai ke kaki. Sumi diam saja. Kakaknya semakin cemas melihat adiknya yang diam saja. Ia berkata lagi, "Ayo, dik. Sekarang kamu ganti pakaian. Kakak ajari kamu main tenis". Tapi adiknya masih tetap diam seribu bahasa.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar