Ini adalah lanjutan dari kisah Domina dan Sumi. Setelah sebelumnya mereka dikerjai oleh Lesbi dan kawan-kawan,
Domina dan Mini sepakat untuk membalas dendam kepada Lesbi. Apalagi
Lesbi orangnya maskulin banget dan tidak pernah pakai rok, tapi selalu
memakai celana. Dalam pikiran mereka tentu sangat lucu dan menyenangkan
untuk bisa melihat dan mengerjai Lesbi dengan bersanggul dan memakai
kain kebaya. Maka Domina dan Mini mengatur siasat. Sumi, mereka ajak
juga. Karena mereka perlukan terutama untuk memakaikan kain wiron dan
stagennya ke tubuh Lesbi serta menyanggul rambutnya.
Mereka
mengatur waktu supaya pas di saat ibu Domina ada peragaan tata rias make
up tradisional dan Domina serta Sumi tidak kebagian tugas, Lesbi mereka
ikutkan dengan paksa. Skenarionya mereka atur supaya ibu Domina sudah
berangkat dulu dari rumah. Baru Lesbi datang ke rumah. Kemudian mereka
bertiga akan melucuti pakaian Lesbi dan menggantikannya dengan kain
kebaya serta menyanggul rambutnya. Rencana pun mereka susun dengan
matang dan teliti.
Tibalah hari H nya. Lesbi mereka undang ke
rumah Domina dan Mini juga sudah ada disana. Tapi begitu Lesbi datang,
pintu ruang tamu mereka kunci dan Lesbi mereka sergap dari belakang.
Tangan Lesbi dipegang oleh Domina dan Sumi. Mulut Lesbi mereka lakban.
Lalu mereka membawa Lesbi ke ruang dalam. Di ruang dalam Mini kebagian
membuka celana panjangnya. Lesbi biar pun meronta-ronta tapi tidak bisa
melepaskan diri. Setelah celana panjang dan sepatu dilucuti, kemudian
giliran baju Lesbi dilucuti. Lesbi pun tinggal memakai pakaian dalam.
Barulah
setelah itu tangan dan kaki Lesbi mereka ikat kencang-kencang dan Sumi
kemudian mulai merias wajah serta memasang sanggul di kepala Lesbi. Tapi
Sumi bingung, karena mulut Lesbi dilakban jadi tidak bisa di makeup.
Maka Sumi bertanya kepada Domina bagaimana dengan mulutnya. Kemudian
Domina membuka lakban di mulut Lesbi, tapi sebelumnya Domina sudah
mengancam akan menampar mulutnya jika Lesbi berteriak.
Ketika
Lesbi sudah selesai dimakeup dan disanggul Domina kemudian berkata,
"Tibalah saatnya memasuki tahap memakaikan pakaian yang membuat seorang
wanita menjadi demikian anggunnya yaitu kain kebaya". Kemudian Sumi
mulai memakaikan sandal jinjit dan kain wiron ke kaki Lesbi yang terikat
rapat. Dilanjutkan dengan memakaikan stagen dan korset. Tapi waktu akan
memakaikan kebaya, terpaksa tangan Lesbi mereka buka dari ikatannya
untuk memasukkan lengan kebaya ke lengan Lesbi. Domina dan Mini jadi
bingung, karena hal ini dapat membuka peluang bagi Lesbi untuk melawan.
Tapi sebentar kemudian mereka mendapat akal. Sebelum mereka membuka
ikatan tangan Lesbi, mereka mengikatkan tali ke masing-masing tangan
Lesbi. Lalu Domina dan Mini masing-masing memegang ujung tali yang lain .
Sehingga dengan demikian mereka masih bisa mengendalikan tangan Lesbi.
Sesudah itu barulah lengan kebaya dimasukkan ke lengan Lesbi dan kebaya
dikancingkan. Kemudian tangan Lesbi mereka ikat kembali ke belakang
punggungnya. Dengan demikian sebetulnya kaki Lesbi masih terikat. Cuma
karena tertutup oleh kain wiron, maka kaki Lesbi tidak kelihatan diikat.
"Selesailah
sudah. Engkau sekarang menjadi seorang wanita Jawa yang sempurna
anggunnya", demikian kata Domina mengejek Lesbi dan memutar badan Lesbi
menghadap cermin besar. Katanya lagi, "Lihat dan perhatikan baik-baik
dirimu di dalam cermin, Lesbi !. Engkau sekarang adalah seorang
aristokrat Jawa. Rambutmu sekarang bermahkotakan sanggul. Mahkota yang
harus engkau tanggung beban beratnya". Sambil dipegangnya sanggul Lesbi
dan digoyang-goyangkannya sedikit. "Pinggangmu sekarang menjadi
ramping". Dan digerayanginya pinggang Lesbi. " Gundukan payudaramu
menyembul sempurna" . Diraba-rabanya payudara Lesbi. "Pinggulmu
sekarang menjadi montok dan membesar persis seperti gitar". Dipegangnya
pinggul Lesdi , diremasnya dan ditaboknya kedua pantat Lesbi. Lesbi
jadi merinding. "Ini semua berkat pakaian luhur wanita Indonesia, kain
kebaya". Domina lalu membiarkan Lesbi memandang dirinya sendiri didalam
cermin.
Lesbi jadi cemberut dan memandangi dirinya sendiri dari
kaki sampai ke kepalanya berulang-ulang lewat cermin yang ada di
hadapannya. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Lalu tibalah saatnya
bagi Lesbi untuk memohon ampun dan belas kasihan. Katanya, "Ina, Mini,
Sumi. Aku mohon maaf atas perbuatanku kapada kamu bertiga. Aku mohon
lepaskan aku dari pakaian kain kebaya ini. Soalnya aku sama sekali tidak
menyukainya dan juga sama sekali tidak pernah memakainya sebelum ini.
Jangankan pakai kain kebaya, pakai rok pun aku tidak pernah. Aku tidak
bisa bernafas dan bergerak kalau pakai ini. Please, please". Kata Lesbi
sambil berjongkok di hadapan Domina, Mini dan Sumi. Domina malah
menjawab, "Lesbi, jangan kuatir nanti kamu juga kita ajari cara laku
ndodok, berjalan sambil berjongkok. Kamu memang betul-betul berbakat
untuk menjadi wanita aristokrat Jawa. Coba sekarang kamu mulai jalan
jongkok dari sini dari ruang tengah ke ruang depan ruang tamu". Lesbi
pun diam saja.
Domina yang tadinya hanya berkata tanpa sengaja
sekarang jadi dapat ide, diambilnya tali dan dibuatnya lasso serta
dikalungkannya ke leher Lesbi. Lalu Domina mendahului Lesbi melangkah
perlahan-lahan menuju ruang depan sambil sesekali menoleh kebelakang
untuk melihat Lesbi dan berkata, "Ayo, mulai mlaku ndodok !". Lesbi pun
terpaksa mulai berjalan, tapi terlebih dahulu ia bermaksud untuk berdiri
supaya bisa berjalan dengan berdiri. Tetapi ketika ia akan berdiri,
Domina menyentakkan sedikit dan menarik talinya kebawah sehingga Lesbi
tidak jadi berdiri. Domina kemudian berkata, "Awas, kalau coba-coba
berdiri. Talinya akan kusentakkan dan kutarik kuat-kuat !". Terpaksalah
Lesbi mlaku ndodok. Sementara Mini dan Sumi jadi tertawa.
Setelah
sampai diruang tamu, Domina berlagak seperti ibunya sendiri yang sedang
menasehati dirinya, Domina. Katanya, "Lesbi, sebetulnya kami tidak
bermaksud untuk mengikat tangan dan kaki kamu. Tapi kalau kami lepaskan
ikatan kaki dan tangan kamu. Kamu pasti membuka pakaian kamu itu.
Padahal sebagai wanita Indonesia, mestinya kamu harus belajar mencintai
busana nasionalnya. Jadi supaya kamu bisa belajar mencintai busana
nasional kita, terpaksa tangan sama kaki kamu kita ikat. Sorry lho ya".
Kemudian disuruhnya adiknya menelpon ibunya untuk memberitahu bahwa
mereka siap meluncur ke acara peragaan tata rias tradisional dengan
membawa seorang sukarelawati. Maka Sumi segera menelpon ibunya, "Ma,
kami mau pergi ke acara peragaan tata rias. Kebetulan ada teman yang
bersedia jadi model. Dia sudah aku dandani. Apa bisa kita ke sana ?".
Ibunya menjawab kalau mereka boleh pergi ke acara peragaan tata rias.
Lesbi
yang tahu kalau dia bakal dijadikan model tata rias memprotes, "Ya,
ampun. Jangan jadikan aku model tata rias. Ampun ! Lebih baik aku kamu
sekap di sini saja daripada aku ditonton orang banyak pakai pakaian
kayak begini". Domina menjawab, "Ya, ampun Lesbi. Masak pakai pakaian
nasionalnya sendiri malu. Mestinya bangga dong, kalau pakai bikini
didepan orang banyak baru boleh kamu malu. Ayo, kita berangkat".
Tapi
sebelum berangkat, kaki Lesbi mereka buka ikatannya. Walapun
sebetulnya dibuka atau tidak hampir tidak ada bedanya, karena kaki Lesbi
juga terbelit dengan ketatnya oleh kain wiru. Setelah kaki Lesbi dibuka
ikatannya, Domina berkata, "Nah, sekarang ikatan kakimu sudah kami
buka. Jadi kamu bisa melangkah dengan bebas, sayang" sambil dielusnya
dagu Lesbi. Lesbi menjawab, "Melangkah dengan bebas gimana ? Lha wong
kakiku dibelit sama jarik yang ketatnya kayak begini gitu kok". Tapi
tangan Lesbi tidak mereka buka ikatannya. Dan untuk menutupi tangan
Lesbi supaya tidak kelihatan terikat, maka mereka menutupinya dengan
selendang yang mereka kalungkan dileher Lesbi ke belakang punggungnya.
Mereka segera berangkat ke tempat acara peragaan tata rias.
Setelah
sampai di tempat peragaan, barulah tangan Lesbi mereka buka ikatannya.
Tapi Domina, Sumi dan Mini tetap terus menjaga , memegangi dan
mengawalnya dari kini, kanan dan belakang.
Ternyata di tempat
peragaan itu Domina juga sudah mengundang teman-teman Lesbi yang juga
merupakan teman Domina yang dulu juga ikut mengerjainya. Domina
mengundang mereka dengan maksud untuk mempermalukan Lesbi. Begitu mereka
melihat Lesbi bersanggul dan memakai kain kebaya, maka riuh rendahlah
mereka mengejek, menyoraki dan menepuki Lesbi serta bersiul-siul. "Nah,
gitu dong. Yang insaf, sadar. Jadi wanita betulan". "Cailé, sekarang
sudah jadi ibu-ibu, Pakai kondé sama jarikan", "Wah, sekarang feminin
banget déh kamu". "Néng, ati-ati néng kalau jalan. Entar kesrimpet sama
kainnya". "Bisa jalan nggak nih ? Apa perlu kita gendong ?". Semakin
merah padamlah Lesbi mendengar ejekan teman-temannya. Sementara itu
semakin banyak orang yang berlalu lalang mendadak jadi berhenti sebentar
untuk melihat apa yang terjadi. Tapi Domina sengaja tidak segera
membawa Lesbi masuk ke dalam gedung dan membiarkan teman-teman mereka
mempermalukan Lesbi di depan umum.
Setelah humiliation (
penghinaan ) dirasa cukup oleh Domina, barulah mereka mengajak
Lesbi masuk ke dalam gedung. Di belakang panggung Sumi membisiki
ibunya. Rupanya ia memberitahu ibunya bahwa temannya yang bernama
Leslie Arimbi sangat amat kepingin tampil di atas panggung. Padahal itu
hanyalah akal-akalan dari Domina, Sumi dan Mini untuk mengerjai Lesbi.
Bagaikan gayung bersambut, rupanya si ibu meluluskan permintaan anaknya.
Domina, Sumi dan Mini senang bukan main. Sebaliknya Lesbi jadi semakin
dongkol dan tersiksa.
Begitu nama Leslie Arimbi diumumkan, maka
Domina, Sumi dan Mini segera menggeret Lesbi menuju pintu masuk ke atas
panggung hingga sampai persis di ambang pintu. Lesbi sudah tidak dapat
berbalik dan menolak lagi, karena ia sudah terlihat oleh penonton
termasuk teman-teman Lesbi sendiri. Maka mereka sekali lagi riuh rendah
berteriak-teriak dan bertepuk tangan. Lesbi pun berjalan dengan susah
payah dan terhuyung-huyung. Wajahnya menunduk. Sebelah tangannya
memegang wiron kainnya. Ia harus berjuang mati-matian supaya tidak
terpeleset jatuh karena sandal jinjitnya dan supaya tidak kesrimpet kain
wironnya. Untungnya setelah berjalan beberapa langkah, ibu Domina dan
Sumi membimbingnya.
Ibu Domina kemudian berkata di microphone yang
semakin membuat Lesbi menjadi malu. Katanya, "Rupanya adik kita yang
satu ini belum terbiasa memakai kain kebaya. Jadi kelihatan kalau
kesulitan waktu berjalan. Yah, semua memang harus dimulai dari nol. Tapi
kalau Arimbi sudah bisa mencintai busana nasional kita, maka itu sudah
merupakan suatu awal yang baik. Terus terang ibu sangat senang dengan
perubahan ini, Arimbi yang biasanya selalu memakai celana sekarang sudah
mulai belajar memakai kain kebaya. Tinggal belajar membiasakan diri
memakai kain kebaya. Arimbi harus sering-sering memakai kain kebaya
setiap ada kesempatan yang tepat". Sumi yang berada disebelah Lesbi
membumbui dengan membisikinya sambil mencubit, "Tuh, dengerin. Harus
sering-sering pakai kain kebaya biar terbiasa. Nanti jalannya jadi nggak
kesrimpet sama terhuyung-huyung sampai mau jatuh kayak gini".
Di
panggung Lesbi disuruh berputar untuk memperlihatkan bagian belakang
kondenya. Kemudian ibu Domina memegang kain wironnya dan menarik serta
membuka sedikit ujung kainnya untuk memperlihatkan arah ujung luar kain
wironnya. Untungnya Lesbi tidak terlalu lama dipanggung. Setelah itu
Lesbi dipersilahkan meninggalkan panggung. Lesbi pun kembali harus
berjalan sambil kesrimpet-srimpet dan terhuyung-huyung untuk
meninggalkan panggung sambil disoraki dan ditepuki oleh penonton.
Di
belakang panggung Lesbi sudah merasa sedikit lega, karena gilirannya
untuk tampil di panggung sudah lewat. Tapi di akhir acara ternyata para
model harus kembali tampil di panggung secara bersamaan. Jengkellah
Lesbi, tapi ia berusaha menyembunyikan kejengkelannya di depan semua
orang lain. Tapi di akhir acara ini ia harus berjalan sendiri tanpa
dibimbing Sumi atau orang lain, karena semua model berjalan berurutan
seperti berbaris.
Sesudah acara selesai, maka cepat-cepat Domina,
Sumi dan Mini menunggu tepat di ambang pintu panggung. Kuatir kalau
Lesbi melarikan diri. Dan begitu Lesbi tiba di ambang pintu, maka mereka
bertiga menyeretnya ke kamar kecil. Di kamar kecil, mereka kembali
mengikat tangan Lesbi ke belakang punggungnya dan menutupinya dengan
selendang yang mereka sampirkan di leher Lesbi ke belakang punggungnya.
Sesudah itu mereka segera membawanya ke dalam mobil.
Sesampai di
rumah, Domina kembali mengerjai Lesbi. Ia mengalungkan tali lasso di
leher Lesbi. Kemudian Lesbi disuruhnya turun persis di gerbang halaman
rumah dengan tali yang masih mengikat di lehernya dan ujung yang lain
dipegang oleh Domina di dalam mobil. Ia memerintah, "Lesbi, sekarang
kamu turun. Terus tolong bukakan pintu pagarnya". Lesbi tidak ada
pilihan lain, diturutinya perintah Domina. Dibukanya pintu gerbang
lebar-lebar dengan tangan yang masih terikat di belakang. Kemudian mobil
itu masuk ke halaman dan berhenti tepat di depan pintu halaman. Domina
berkata lagi, "Tolong tutup rapat-rapat pagarnya !". Lesbi kembali
menuruti perintah Domina. Tapi setelah itu mobil kembali melaju tanpa
memberi kesempatan kepada Lesbi untuk masuk kedalamnya. Terpaksa lah
Lesbi lari terbirit-birit sambil kesrimpet-srimpet mengikuti mobil
supaya lehernya tidak tercekik tali. Padahal halaman rumah Domina cukup
panjang juga. Di dalam mobil Domina, Sumi dan Mini malah tertawa
terkekeh-kekeh. Kata Domina, "Lari-lari biar sehat ! Men sana incorpore
sano. Tapi hati-hati, non ! Jangan sampai kesrimpet jarik !". Lesbi lari
lintang pukang dan karena takut keseleo sandal jinjitnya, maka
dilepasnya sandal jinjit itu sambil terus berlari. Tapi karena kakinya
dibebat kain jarik yang sempit, maka tetap saja ia tidak bisa melangkah
lebar-lebar.
Sesampainya
di teras karena dilihatnya sandal jinjit yang dilepas dengan dilempar
begitu saja, maka Domina punya alasan untuk menghukum Lesbi. Katanya,
"Lesbi, sandal yang kamu pakai itu mahal harganya masak kamu buang
begitu saja. Bisa rusak dong kalau kamu lempar-lempar". Lesbi jadi tidak
enak, lalu menjawab, "Habis daripada resiko keseleo". Domina lalu
menyuruh Lesbi untuk kembali mengambil sandal yang dilemparnya.
Sesudah
itu mereka membawa Lesbi masuk ke kamar. Karena mereka bermaksud
menghukum Lesbi dengan mengikatnya dalam posisi hogtied. Lesbi yang
belum pernah dihogtied sebelumnya memberontak dan berteriak-teriak. Maka
Domina menutup mulut Lesbi dengan lakban. Tak lama kemudian Lesbi sudah
terikat dengan posisi hogtied. Domina lalu berkata, "Ini hukuman buat
kamu karena melempar sandal. Tapi ini belum selesai. Kamu akan kusabet".
Lalu diambilnya mistar dari logam dan disabetkannya ke pantat Lesbi
berulang-ulang. Lesbi pun jadi kelejotan dan kejét-kejét. Melihat reaksi
Lesbi, Domina segera menghentikan sabetannya dan membiarkan Lesbi
beristirahat sebentar dengan maksud supaya ia bisa memulihkan tenaganya
untuk siksaan berikutnya.
Rupanya derita Lesbi masih berlanjut,
karena ternyata dendam Domina cs masih belum terlampiaskan sampai
tuntas. Selanjutnya giliran Mini yang diberi kesempatan untuk menghukum
Lesbi. Ternyata Mini sudah mempersiapkan alat kejut listrik. Ia segera
memperlihatkan benda itu di depan mata Lesbi. Mata Lesbi jadi membelalak
dan ia segera menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi tetap saja Mini
menempelkan alat itu di telapak kaki Lesbi. Lesbi pun jadi kejang-kejang
dan kelojotan. Beberapa kali Mini melakukan hal itu hingga Lesbi jadi
lemas. Barulah sesudah itu ia menghentikan siksaannya.
Sesudah
membiarkan Lesbi beristirahat sebentar, mereka membuka lakban di
mulutnya dan mendudukkannya dalam posisi bersimpuh di lantai. Kemudian
Mini berkata, "Lesbi, sayang. Tahu nggak kalau kami kasihan banget sama
kamu. Tentu tenaga kamu sudah habis lantaran disabet sama distrum. Maka
kami bawakan buah untuk mengisi kembali energimu. Ini nih pisang yang
bukan main besarnya". Lalu diunjukkannya pisang itu ke mulut Lesbi.
Tentu Lesbi menolak dan memalingkan kepalanya. Tapi Domina dan Sumi
dengan sigap memegangi tubuh Lesbi, memutar kembali lehernya ke depan
dan membuka mulutnya dengan paksa. Lalu Mini segera menjejalkan pisang
itu ke mulut Lesbi.
Setelah
selesai dengan pisang, mereka membawakan Lesbi sebuah minuman yang
sangat istimewa yaitu jamu tanpa gula dan madu. Kata Mini, "Lesbi
sayang. Kalau habis makan tidak minum kan tidak enak. Makanya aku
bawakan kamu minuman istimewa untuk pelepas dahagamu". Walaupun Mini
tidak menyebut kalau minumannya itu jamu, Lesbi bisa membauinya. Maka ia
pun kembali menolak dan memalingkan kepalanya. Tapi sekali lagi Domina
dan Sumi dengan sigap memegangi tubuh Lesbi, memutar kembali lehernya ke
depan dan membuka mulutnya dengan paksa. Jamu pun digelogokkan ke
dalam mulut Lesbi.
Selang
beberapa saat ketika Lesbi mulai pulih tenaganya dan disaat ketiga
penghukumnya masih memikirkan hukuman selanjutnya, tiba-tiba ada suara
mobil masuk ke halaman. Mereka segera tahu kalau itu ibu Domina. Maka
mereka segera melepaskan ikatan Lesbi. Tapi bersamaan dengan itu Domina
memerintah Sumi untuk mengguyur pakaian yang dipakai Lesbi dari rumah
dengan air supaya Lesbi tidak bisa ganti pakaian. Kemudian mereka
merapikan sanggul dan kain kebaya Lesbi yang acak-acakan serta sedikit
merias ulang wajahnya.
Setelah selesai merias Lesbi, mereka
berempat segera keluar untuk menyambut ibu Domina. Ibu Domina kaget,
karena Lesbi ternyata ada di rumahnya dan masih memakai kain kebaya. Ia
pun bertanya, "Ari, kamu masih disini ? Kamu tidak ganti pakaian ?".
Domina mendahului menjawab, "Ya, ma. Ia baru belajar membiasakan diri
memakai kain kebaya". Sesudah itu mereka bertiga pamitan pada ibu Domina
untuk mengantarkan Lesbi ke rumahnya.
Sesampai di rumah Lesbi,
mereka disambut ibu Lesbi. Ibu Lesbi kaget bukan alang-kepalang melihat
puterinya berdandan cantik sangat feminin dengan sanggul dan kain
kebaya. Dipeluk dan diciumnya anaknya itu sambil berkata, "Nduk, kamu
kok tiba-tiba berubah 180 derajat begini. Ibu sangat senang lho nduk.
Kamu jadi feminin, dewasa dan keibuan. Ibu jadi pangling ". Lesbi diam
tidak bisa menjawab apa-apa. Dalam pikirannya mungkin ia mendongkol.
Melihat
Lesbi hanya diam saja, maka kesempatan ini segera digunakan oleh Sumi.
Ia segera berkata, "Ya, bu. Arimbi sekarang sudah berubah. Ia tadi ikut
peragaan tata tradisional, jadi model. Besok bulan depan tanggal 15 akan
ada acara seperti itu lagi. Apa Arimbi boleh ikut ?". Si ibu tanpa
pikir panjang segera mengiyakan permintaan Sumi. Katanya, "Ya, nak.
Tentu saja boleh. Besok pas tanggalnya tolong ibu diingatkan. Nanti biar
ibu yang mengingatkan dia". Bertambah dongkollah Lesbi. Sesudah itu
Domina, Sumi dan Mini segera berpamitan untuk pulang.
Setelah
teman-temannya pulang, Lesbi segera masuk ke dalam kamarnya. Di dalam
kamar ia segera membuka dan melemparkan sanggul, sandal serta
pakaiannya sambil menangis karena jengkel dan dongkol. Kedua kakinya
dijejak-jejakkannya di lantai. Tapi ibunya sebentar kemudian juga ikut
masuk ke kamarnya. Kemudian dipeluknya anaknya itu sambil berkata,
"Memang sangat sulit dan berat untuk memakai pakaian yang belum pernah
kamu pakai sebelumnya. Ibu mengerti kalau kamu jadi jengkel dan
menangis, apalagi kalau kamu tadi diejek sama teman-teman kamu yang
tidak suka sama pakaian yang kamu pakai. Tapi kamu kan sudah besar jadi
mestinya kamu sudah bisa mengendalikan emosimu dan tindakanmu mulai
belajar memakai kain kebaya itu sudah benar. Ibu bangga karena kamu bisa
sadar dan mulai mengenali busana nasionalmu tanpa ibu paksa. Kamu
tinggal membiasakan diri. Kamu harus bisa ikut acara semacam ini bulan
depan. Ibu akan dukung penuh kamu". Lalu diciumnya anaknya itu.
Dalam
hati Lesbi berpikir. Sungguh ekstrim kejadian yang menimpanya hari
ini. Sampai tadi pagi ia belum pernah sama sekali memakai pakaian kain
kebaya. Tiba-tiba dengan mendadak ia dipaksa oleh teman-temannya sendiri
untuk memakai kain kebaya. Itu belum seberapa, ia yang sebelumnya tidak
pernah menjadi submissive di hari itu dikerjai habis-habisan oleh
teman-temannya. Diikat kaki dan tangannya, dipermalukan di depan umum,
di hogtied, di sabet, di setrum, dicekoki pisang dan jamu. Ia yang tidak
pernah tampil feminin dan selalu tampil maskulin dalam sehari ini harus
tampil feminin. Bahkan ia sampai terpaksa menangis sekalipun tanpa
diketahui oleh teman-temannya. Ini semua karena perbuatan ketiga
temannya itu. Tapi bagaimana ia bisa membalas dendam atas semuanya ini ?
Teman yang mengerjainya berjumlah 3 orang dan lagi pula mereka semua
juga sudah pernah memakai kain kebaya serta pernah dikerjainya menjadi
submissive. Tentu hal ini tidak akan menjadi begitu surprise lagi bagi
mereka. Sementara itu ia harus menghadapi suatu event yang akan
memaksanya untuk memakai kain kebaya lagi. Atau haruskah ia menerima
semuanya ini dengan pasrah dan bersyukur, karena ibunya jadi senang dan
bangga kepadanya. Haruskah ia mulai belajar mengenali sisi-sisi feminin
dalam dirinya ?
Sabtu, 07 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar