Ini adalah lanjutan dari kisah "tennis bondage". Setelah Sumi jatuh
dilapangan tenis, maka Domina segera membuka ikatan tangan Sumi dan
membantunya berdiri. Setelah itu Sumi duduk dan Domina menemaninya
sambil merayu-rayu mengajaknya berganti pakaian dan latihan tenis
betulan. Tapi Sumi tetap diam seribu bahasa. Kemudian Sumi membuka
tasnya dan mengambil saputangan wanita. Ternyata ia malah menangis
sesenggukan. Domina memeluk, menepuk-nepuk bahunya dan membujuknya
untuk menghentikan tangisnya. Tak lama kemudian Sumi berhenti menangis.
Sesudah itu mereka malah langsung pulang dan batal latihan tenis.
Keesokan
harinya kedua kakak beradik itu sudah saling menyapa dan bercanda
seperti biasanya lagi. Domina jadi lega. Beberapa minggu kemudian ibu
mereka kembali mengadakan demonstrasi tata rias tradisional lagi.
Celakanya Sumi sedang kurang sehat, sehingga ibu mereka meminta Domina
untuk menjadi model tata rias. Domina terpaksa menuruti kemauan ibunya.
Ketika
tiba harinya, sang ibu mendandani Domina dan memakaikan Domina kain
kebaya. Sesudah selesai didandani dan berpakaian kain kebaya, Domina
mulai merasakan kegerahan. Apalagi AC diruangan tempat Domina didandani
sedang rusak. Ketika ibunya keluar kamar, maka Domina mencincing kain
jarik wironnya tinggi-tinggi hingga ke lutut. Dan ia malah bergaya sexy
didepan cermin sambil membuka sedikit kancing kebayanya. Dipegangnya
ujung wironnya dengan tangan sebelah kiri dan disingkapnya sambil
tangannya digoyang-goyangkan. Tentu saja kainnya jadi lungset dan tidak
rapi. Ibunya sempat melihat hal itu waktu ia kembali ke ruangan itu. Ia
memperingatkan Domina, "Ina, jangan dicincing kain wironnya !". Dan ia
segera menurunkan kembali kain wiron Domina dan membetulkan kancing
kebaya Domina. Ibunya kemudian menggerutu, "Nah, kan ! Jadi lungset,
kurang rapi !". Setelah itu ia kembali keluar ruangan.
Domina
sekali lagi mencincing kain wironnya, karena kakinya gatal dan bermaksud
untuk menggaruknya. Celakanya bersamaan dengan itu ibunya kembali masuk
ke ruangan bersama dengan Sumi. Tentu saja ia jadi marah, "Ina, kamu
itu memang bandel ya ! Sudah dibilangi jangan dicincing jariknya, malah
kamu cincing lagi !". Kemudian ia berkata kepada Sumi, "Sum, cepat
ambilkan mama tali buat ngikat kakakmu". Domina jadi kaget dan melongo,
sementara Sumi malah tersenyum mengejek penuh arti. Tanpa pikir panjang
ia segera pergi berlari keluar ruangan untuk mengambil tali. Setelah
sadar dari kagetnya, Domina sempat memohon kepada ibunya. Katanya, "Ma,
Ina minta maaf. Ina janji tidak akan mencincing jarik Ina lagi. Tapi Ina
jangan diikat !". Ibunya menjawab, "Mama tadi kan sudah bilang jangan
dicincing jariknya, tapi kamu membandel. Sekarang mama akan ikat tangan
kamu kebelakang biar tidak bisa nyincing jarik lagi". Sumi sudah datang
ketika ibunya menjawab permohonan kakaknya. Dalam hatinya ia berkata,
"Rasain sekarang".
Sumi segera menyerahkan talinya kepada ibunya
dan sang ibu bermaksud segera hendak mengikat tangan Domina ke belakang.
Tapi Domina pura-pura bodoh, ia tetap duduk di bangku dan tangannya ia
letakkan dipangkuannya dengan jari-jari tangan yang mengunci kencang.
Ibunya berusaha menarik lengan Domina ke belakang, tapi Domina semakin
menguatkan kuncian tangannya. Sang ibu lalu mengancam Domina, "Kamu
letakkan tangan kamu kebelakang punggung apa mama jewer telinga kamu ?".
Domina tidak berkutik, ia memutar tangannya ke belakang punggung.
Sepintas Domina sempat melihat dari cermin yang ada didepannya, Sumi
dibelakangnya mengejeknya dengan menjulurkan lidahnya dan memainkan
tangannya disamping telinganya. Domina sempat membalas dengan
memelototkan matanya. Sang ibu tidak mengetahui apa yang terjadi, karena
ia sibuk mengikat tangan Domina ke belakang punggungnya.
Begitu
selesai mengikat tangan Domina, ponsel ibunya berbunyi. Ternyata teman
ibunya sudah menunggu untuk pergi keluar rumah berbelanja untuk
keperluan acara tersebut. Maka sang ibu berkata, "Ina, mama pergi keluar
sebentar ya. Tangan kamu tetap mama ikat biar kamu tidak bisa usil
menyincing jarik. Kalau kamu perlu apa-apa, kamu bisa minta tolong
adikmu. Sumi, tolong jagai kakakmu ya". Sang ibu lalu mencium kening
Domina dan segera pergi keluar rumah.
"Pucuk dicinta ulam tiba",
Sumi tiba-tiba berkata. "Sekarang saatnya aku membalas kelakuanmu, kak.
Sorry saja déh, soalnya aku kebih muda dari kakak. Sumi minta maaf
terlebih dahulu déh, kak ". Dan diciuminya pipi kiri dan kanan serta
kening kakaknya. Domina mulai bereaksi, " Sumi, kamu jangan gila ! Aku
kakakmu. Kamu jangan macam-macam sama aku ya nanti aku nggak ajari kamu
main tenis". Sumi menjawab, "Ya, main tenis lagi. Dulu kan sudah kak.
Sumi malah jatuh di lapangan gara-gara kakak".
Sumi lalu mengambil
ponsel hendak memotret kakaknya. Domina mencegahnya dengan berteriak,
"Sumi, awas kamu ! Aku nggak mau difoto, tau !". Tapi Sumi sudah
terlanjur memotret Domina beberapa kali jepretan. Maka Domina segera
mengejar Sumi sambil kesrimpet-srimpet dan terhuyung-huyung dengan
tangan yang terikat di belakang punggung. Sumi tahu kalau kakaknya tidak
bakal bisa menangkapnya malah santai mengambil foto kakaknya sambil
berlari mengelilingi perabotan meja kursi hingga mereka berputar-putar
beberapa kali. Sumi semakin memanasi kakaknya, "Kak, gimana rasanya
lari pakai jarik sambil tangannya diikat ke belakang ? Enak kan ?
Nikmaaat ...Rasanya feminin banget kan kalau pakai kain kebaya sambil
lari dengan tangan diikat kebelakang. Pantatnya digoyang sedikit dong
kak, biar keliatan genit. Larinya agak cepat seikit biar semakin
kesrimpet-srimpet !". Kemudian Sumi sengaja diam hingga kakaknya bisa
menangkapnya. Lalu hendak direbutnya ponsel itu dari tangan Sumi. Tapi
Sumi berkata, "Ya, kak. Foto-foto kakak sudah terlanjur Sumi kirim.
Gimana tuh ? Mau dihapus, silahkan". Diulurkannya ponsel ke tangan
Domina. Makin geregetanlah Domina dan ia membiarkan ponsel itu ditangan
Sumi. Sumi berkata lagi, "Geregetan ya ? Maaf déh, kak. Kakak boleh kok
mukul Sumi". Sumi berkata demikian, karena ia tahu kalau akan sulit
bahkan hampir mustahil untuk memukul dengan tangan yang terikat ke
belakang. Karena ia sebelumnya pernah mengalaminya sendiri. Domina
mencoba beberapa kali dan ia tidak berhasil. Sebagai ganti karena Domina
tidak bisa memukul dengan tangan terikat kebelakang, maka ia mencubit
Sumi hingga Sumi berlari menjauh.
Sesudah itu karena kecapaian,
Domina duduk di kursi. Sumi mulai iseng lagi. Diambilnya tali,
diikatnya kaki Domina dengan tali yang panjang. Domina pun meronta-ronta
sambil berteriak, "Sumi, kamu kok jadi berani sama kakak. Kamu jangan
kurang ajar ya !". Sumi malah berkata dengan tenangnya, "Éh, jangan
berontak,, kak ! Ntar sanggul sama pakaiannya jadi berantakan. Nanti
mama jadi tambah marah lho kak". Sumi memperingatkan. Maka Domina jadi
diam karena takut kepada ibunya. Hingga mudah bagi Sumi untuk mengikat
kaki kakaknya. Ujung tali yang satu dipegang Sumi. Ia bermaksud memaksa
kakaknya untuk jalan cepat. Ia mulai menarik tali yang mengikat kaki
Domina. Domina pada mulanya diam saja. Tapi karena makin lama makin
kencang, maka ia berteriak, "Sumi, lepaskan kakiku !". Tapi Sumi tetap
saja menarik tali itu hingga kencang. Kakaknya mulai mengendorkan
perkataannya dan berkata dengan tidak berteriak, "Dik, tolong lepaskan
kaki kakak". Sumi makin mengencangkan tarikannya hingga kaki Domina
tidak lagi menjejak di lantai dan duduk Domina jadi bergeser agak ke
depan. Domina jadi memohon kepada adiknya, "Dik, kakak minta maaf atas
perlakuan kakak selama ini yang suka ngikat-ikat adik. Kakak mohon
lepaskan kaki kakak. Kakak mau istirahat dulu. Please !".
Sumi
menjawab, "Kak, Sumi tidak dendam kok sama kakak. Cuma Sumi pingin
merasakan jadi dominan. Sekali-kali kakak jadi submisive buat Sumi kan
nggak apa-apa. Ayo kak, sekarang kakak jalan. Kalau nggak jalan nanti
kakak malah jatuh dilantai loh". Domina jadi diam tidak bisa berbuat
apa-apa. Ia menegakkan badannya dan dengan susah payah ia berdiri dari
kursi. Sesudah itu dengan langkah yang kecil nyaris merembet ia mulai
melangkah, karena kakinya yang diikat tali. Ternyata Sumi membawa
kakaknya ke halaman depan. Spontan Domina protes, karena ia kuatir dan
malu kalau ada orang lewat di jalan depan rumahnya. Maka begitu sampai
di ambang pintu ruang tamu, Domina berhenti dan tangannya berpegang
kuat-kuat pada daun pintu.
Sumi pura-pura bodoh dan bertanya
dengan manisnya sambil memegang dagu kakaknya, "Kenapa kak ? Ada apa
gerangan kakaku sayang ? Kok tiba-tiba berhenti di pintu". Domina
berkata dengan setengah takut, "Aku nggak mau jalan-jalan diluar. Nanti
dilihat orang". Sumi melihat ketakutan yang ada di wajah kakaknya, maka
dibelainya wajah kakaknya dan berkata, "Tapi Sumi kan juga pernah
ditonton orang di lapangan tenis dengan tangan diikat ke belakang. Malah
diambil fotonya lagi ! Jangan takut déh, kak". Dipaksanya kakaknya
keluar, pegangan tangan kakaknya di pintu dilepaskannya dengan paksa.
Domina pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia mulai merembet keluar ke
halaman depan.
Beruntung bagi Domina ketika baru sebentar di
halaman depan dan belum ada orang lewat, kelihatan mobil ibunya datang.
Maka Sumi segera membuka ikatan kaki kakaknya dan juga beruntung bagi
Sumi, ia bisa lebih dulu melepaskan ikatan kaki Domina sebelum ibunya
memasuki halaman rumahnya. Tapi dengan cepat Sumi mendapat ide,
buru-buru ponselnya ia serahkan ke tangan kakaknya yang masih terikat.
Domina yang tidak tau apa-apa segera menerimanya.
Sang ibu
mendapati kedua anaknya masih di halaman depan ketika ia memasuki
halaman. Domina masih terikat tangannya dan menggenggam ponsel,
sementara adiknya masih memegangi tali. Ibunya jadi heran dan bertanya,
"Ada apa ini ? kok kamu berdua ada di halaman depan. Ina, kamu kok
bawa-bawa ponsel ? Dan kamu Sumi, kamu kok bawa tali ?". Sumi mendahului
kakaknya menjawab, "Ma, kakak mau melarikan diri. Tadi ia mengontak
temannya. Terus keluar ke halaman. Sumi bawakan tali buat ngikat
kakinya". Ibunya kemudian bertanya kepada Domina, "Apa betul, Ina ?".
Domina menjawab, "Bohong, ma. Ini semua cuma akal-akalan Sumi ...".
Jawaban Domina tiba-tiba berhenti mengambang tanpa penjelasan lebih
lanjut, Domina mau menjelaskan kejadiannya ia takut Sumi akan cerita
bahwa ia sering mengikat-ikat adiknya. Maka ibunya kembali bertanya
kapada Domina, "Akal-akalan Sumi gimana maksudnya ?". Domina jadi
bingung, ia tidak bisa menjawab. Lalu menundukkan kepalanya. Sementara
Sumi berlagak tidak bersalah. Ibunya mendesaknya, "Coba kamu jelaskan
apa maksudnya dengan akal-akalan Sumi ?". Domina tetap membisu dan
menundukkan kepalanya. Ibunya lalu berkata dengan nada tinggi, "Ayo,
cepat !".
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya sang ibu
berkata, "Nah, kan ketahuan siapa yang bohong sekarang. Kamu mau
mengarang-ngarang cerita, tapi tidak bisa. Kamu mau melarikan diri ya.
Menghindar dari tugas yang diberikan mama". Lalu ibunya menjewer telinga
Domina dan menggeretnya masuk kedalam rumah. Domina merengek-rengek
meminta ampun, "Ampun, ma ! Ampun !". Domina jadi meringis kesakitan
sambil berjalan cepat dengan kesrimpet-srimpet dan terhuyung-huyung
mengikuti langkah ibunya yang lebar-lebar karena ibunya memakai celana
panjang. Domina sempat menoleh kebelakang dan dilihatnya Sumi
mengejeknya. Maka jari tengah Domina yang terikat dibelakang punggung
diluruskannya untuk membalas ejekan adiknya. Tapi akibat menoleh
kebelakang, Domina jadi oleng dan hampir jatuh. Ibunya malah berteriak,
"Ina, kalau jalan yang betul dong ! Jangan sampai jatuh, nanti sanggul,
kebaya sama jariknya kotor".
Sesampainya di dalam rumah, Domina
didudukkan oleh ibunya. Karena ia bermaksud memparbaiki makeup dan
dandanan Domina. Ternyata ada satu macam alat makeup yang lupa ia beli
tadi. Maka sekali lagi ia bermaksud pergi keluar untuk membelinya. Tapi
sebelum pergi ia sempat memandangi Domina, lalu berkata, "Maaf, Ina.
Kaki kamu mama ikat dulu ya. Biar kamu tidak bisa melarikan diri lagi
kayak tadi". Domina merengek, "Ma, ampun, ma ! Kaki Ina jangan diikat,
tangan Ina kan sudah mama ikat". Domina méwék, hampir menangis. Sumi
yang melihatnya juga bingung. Ibunya yang melihat mimik muka Domina
kemudian menenangkannya sambil mengusap pipi Domina lalu menciumnya dan
berkata, "Makanya jadi anak yang nurut sama orang tua. Mama pergi cuma
sebentar kok. Kamu duduk saja disini. Tidak apa-apa kan ? Lagi pula ada
adikmu. Kalau kamu perlu apa-apa bisa minta tolong dia". Lalu tetap
diikatnya kaki Domina. Domina sekarang jadi ngeri melihat adiknya
sendiri yang sudah berani mengerjainya. Ia seperti berada di dalam
perangkap. Baginya ia seperti ditinggal dan berhadapan dengan seorang
monster. Maka ia tidak berani memandang adiknya, ia berusaha menghindari
tatapan adiknya. Domina memang pernah beberapa kali dipaksa menjadi
submissive oleh teman-temannya dengan pakaian yang sama kain kebaya.
Tapi peristiwa itu sudah lama berlalu dan adiknya sama sekali tidak
ikut serta mengerjainya.
Begitu ibu mereka sudah pergi, mulailah
Sumi menjahili kakaknya lagi. Katanya, "Paketnya sudah diikat rapi nih
tinggal dikirim". Lalu ia mulai memotret kakaknya lagi. Setelah itu Sumi
berkata menirukan perkataan ibunya, "Ina, kamu memang bandel ya. Rasain
sekarang !!". Kemudian ditaboknya pantat kakaknya beberapa kali, Domina
jadi terpancing, maka dengan susah payah ia bangkit dari kursi. Tapi
dengan tangan dan kaki yang terikat membuatnya jadi oleng hampir jatuh
ke lantai, kalau Sumi tidak menangkapnya terlebih dahulu dan membantunya
duduk kembali. Domina tiba-tiba berkata dengan tidak jelas karena ia
tidak kuat menahan tangisnya, "Dik, kamu jangan nakali kakak terus
dong". Sumi jadi kaget. Dia diam didekat Domina. Domina melanjutkan,
"Apa kamu masih belum puas menjahili kakakmu terus". Sumi jadi iba.
Dipeluknya Domina dan dihapusnya air mata kakaknya. Kemudian diciumnya
kakaknya. Domina sudah berhenti menangis. Sumi berkata, "Kakak jangan
nangis dong ! Nanti makeupnya luntur". Kakaknya diam cemberut. Sumi
merajuk, "Kok gitu sih kak. Senyum dong yang manis". Kemudian Sumi
menggeltik ketiak dan pinggang kakaknya hingga Domina tertawa
tergelak-gelak.
Bersamaan dengan itu bel pintu berbunyi, maka Sumi
berlari untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang Mini. Karena ia
sudah akrab dengan keluarga Domina, maka ia langsung nyelonong masuk ke
dalam ruang tengah dan dilihatnya Domina memakai kain kebaya dengan
tangan dan kaki terikat. Tergodalah Mini untuk mengerjai Domina. Ia
bertanya kepada Sumi, "Kenapa kakakmu diikat tangan dan kakinya ? Siapa
yang mengikat dia ? Kamu ya ?". Sumi menjawab, "Kakak dihukum mama,
soalnya ia bandel". Mini lalu menjawab dengan berbisik, "Kita hogtied
dia yuk. Kamu pasti kepingin kan mengikat dia habis-habisan ? Ini
kesempatan buat membalas dia". Sumi jadi bimbang. Tapi Mini bergerak
cepat. Ia mengambil tali yang ada disitu. Sesudah itu Sumi digeretnya
masuk ke kamar dimana Domina duduk dengan tidak berdaya.
Begitu
melihat Mini, Domina menyapa, "Éh, Mini. Kirain siapa". Tapi begitu ia
melihat Mini membawa tali, maka Domina jadi tegang dan bingung. Ia punya
harga diri untuk memohon-mohon supaya Mini tidak mengerjainya. Tapi
kalau ia diam saja berarti sebentar lagi ia akan dihogtied. Maka Domina
berkata, "Mini, kamu jangan hogtied aku. Sebentar lagi mama pulang".
Mini dengan tenangnya menjawab, "Ya, gak apa-apa. Kalau pulang, kita
bukain pintu dong. Kan pintunya masih dikunci". Lalu Mini memerintah
Sumi, "Sum, kamu angkat badannya. Aku angkat kakinya. Kita bawa dia ke
ranjang". Domina meronta-ronta, tapi sebentar kemudian ia sudah bisa
diangkat oleh Mini dan Sumi ke ranjang. Di ranjang ia ditelungkupkan dan
Mini berkata kepada Sumi, "Lihat nih, cara mengikat orang dalam posisi
hogtied". Mini mulai mengikat kaki Domina dengan tali lain dan menekuk
kakinya naik mendekati pantat lalu mengikat ujung tali yang lain dengan
tangan yang sudah terikat. Domina berkata, " Mini, awas kamu. Besok aku
balas !". Mini dengan tenang menjawab, "Ya, boleh. Kalau mau mbalas.
Balas saja !".
Sesudah terikat dalam posisi hogtied, Mini berkata,
"Nostalgia nih. Ingat nggak ? Dulu kita bertiga dikerjai Lesbi dan
dihogtied terus disuruh balapan ngésot. Gimana rasanya ? Cuma sekarang
bedanya yang dihogtied kamu doang. Aku sama Sumi yang jadi dominannya".
Sumi ikut berkata, "Ya, kak. Ingat nggak dulu waktu kakak adu mulut
sampai berkelahi sama Mini. Sumi jadi takut". Domina menjawab,
"Nostalgia apaan. Enak di kamu, nggak enak di aku. Dulu yang dihogtied
kita bertiga, sekarang cuma aku. Lepasin aku dong". Domina lalu
menjejak-jejakkan kakinya dan menyendat-nyendat tali yang menghubungkan
kaki dan tangannya. Mini berkata, "Ina, kalau kamu sendat-sendat kayak
gitu, talinya bukannya jadi lepas, tapi malah makin kencang. Masak kamu
nggak tau sih".
Sebentar kemudian ponsel Ina berbunyi dan dilihat
oleh Mini ternyata Lesbi sudah ada di depan pintu halaman. Maka Mini
berlari keluar untuk membukakan pintu. Sementara itu Domina yang jadi
ketakutan kalau-kalau Lesbi akan membalas perlakuannya, segera
memerintah Sumi untuk melepaskan ikatannya. Sumi menuruti kemaun
kakaknya, tapi ternyata ikatan tali yang menghubungkan ikatan kaki dan
tangan sangat kencang akibat disendat-sendat Domina. Mengetahui kalau
adiknya tidak bisa membuka ikatannya, maka Domina segera memerintah
adiknya untuk mengunci kamar tempat ia berada. Tapi terlambat Mini dan
Lesbi sudah muncul di ambang pintu dan sudah melihat Domina terikat tak
berdaya.
"Well, well, well, rupanya ada seorang nona manis yang
sudah terikat tak berdaya disini ya", kata Lesbi dengan logat bulé yang
dibuat-buat. "ini kesempatan empuk buat balas dendam atas perlakuanmu,
nona !". Kebetulan dikamar itu ada mistar panjang, maka Lesbi segera
mengambil mistar itu dan mendekati Domina. Katanya, "Dulu, kamu orang
bikin aku kesakitan dengan mistar ini ya. Sekarang rasakan pembalasanku.
Dan jangan lupa : pembalasan lebih kejam !". Disabetnya pantat Domina
berulang-ulang, Domina pun menjerit kesakitan. Sementara Sumi duduk
menjuntai dilantai. Ia memandang dengan terbelalak dan ketakutan.
Setelah
acara penyiksaan tahap pertama selesai, Mini membumbui Lesbi dengan
berkata, "Nih, aku bawa alat setrum. Kamu pasti kepingin kan nyetrum dia
?". Lesbi segera menyambar alat setrum itu. Domina jadi semakin
bergidik. Dalam hatinya ia berkata alangkah sial nasibnya hari ini.
Pertama ia terpaksa pakai jarik karena terpaksa menjadi model busana
kebaya yang ia tidak suka lantaran adiknya tidak sehat. Kemudian ibunya
sendiri mengikat tangannya ke belakang lantaran ia iseng menyincing
jariknya. Sesudah itu adiknya masih memperbudaknya hingga ia menangis.
Tidak itu saja ibunya lalu malah mengikat kakinya hingga ia tidak
berdaya ketika Mini dan Lesbi datang. Terakhir Lesbi membalas dendam
perlakuannya.
Memang ia sudah beberapa kali dipaksa menjadi
submissive dengan pakaian kain kebaya, tapi adiknya tidak pernah
mengerjainya dan ibunya juga tidak pernah mengikat tangan dan kakinya
selain ayahnya yang dulu pernah menghukumnya. Dalam hatinya ia berpikir
kalau saja ibunya tidak mengikat tangan dan kakinya tentu semua ini
tidak akan terjadi. Ia bisa saja mengunci pintu ruang tamu dan tidak
membiarkan Mini dan Lesbi masuk atau ia bisa mengunci diri di kamarnya
sendiri menunggu ibunya datang. Lalu timbul kejengkelan. Tapi terhadap
siapa atau terhadap apa ? Terhadap adiknya yang tidak enak badan
sehingga ia harus menggantikannya menjadi model ? Atau kepada AC ruangan
yang tidak berfungsi normal sehingga ia tidak bisa menahan diri untuk
menyincing jarik ? Atau kepada dirinya sendiri yang tidak berani
menolak permintaan ibunya untuk menjadi model atau kepada keisengannya
menyincing jarik ? Atau kepada ibunya yang telah mengikatnya dan
menjadikannya umpan empuk adik dan teman-temannya. Apakah yang harus
diperbuat untuk membalaskan semuanya ini ? Membalaskan semua ini kepada
ibunya waktu ibunya berkain kebaya ? Jelas ini tidak mungkin baginya,
karena ia seorang anak yang berbakti. Ketika ia sedang merenungi
nasibnya tiba-tiba kakinya disetrum sehingga ia kelojotan.
Dalam
keadaan seperti itu ia terus disetrum berulang-ulang hingga lemas dan
tidak sadarkan diri. Beruntung pada waktu itu bel pintu rumah berbunyi
dan terdengar suara ibunya. Maka cepat-cepat Mini dan Lesbi membuka
ikatan yang menghubungkan kaki dan tangan Domina. Tapi mereka tidak
membuka ikatan tangan dan kaki Domina serta membiarkan ia tergeletak
pingsan di ranjang. Mini dan Lesbi saling berbisik, rupanya mereka sudah
mendapat ide untuk mengarang cerita.
Buru-buru Mini dan Lesbi
membukakan ibu Domina pintu. Sementara Sumi bingung didekat kakaknya.
Mini segera berkata, "Tante, Ina rupanya baru tidak enak badan. Ia
pingsan, kami baringkan dia di ranjang. Tapi ikatan tangan sama kakinya
tidak kami buka. Kami tidak enak mendahului tante. Biar tante sendiri
yang memutuskan mau membuka ikatannya apa tidak.". Buru-buru sang ibu
berlari masuk ke kamar tempat Domina berbaring dan ia segera membuka
ikatan tangan dan kaki Domina serta memberinya minum. Dipeluknya Domina,
Domina yang tidak kuat merasakan sialnya nasibnya hari ini tiba-tiba
menangis sesenggukan. Ibunya berkata, "Maafkan mama ya Ina. Tapi kamu
juga harus berterimakasih sama teman-temanmu yang menolongmu
membaringkanmu di ranjang". Sumi, Mini dan Lesbi memandang Domina dengan
tercengang. Mereka bertiga keheranan melihat teman atau kakaknya yang
selalu tegar dan tidak pernah menangis walaupun dipaksa menjadi
submissive akhirnya bisa menangis juga. Sementara dalam hati Domina
berkata, sungguh cerdik betul teman-temanku ini. Sudah menyiksaku
habis-habisan masih bisa cuci tangan dan malah dapat penghargaan dari
mama. Awas kamu semua, termasuk kamu dik Sumi !
Rabu, 30 April 2014
Balasan
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain batik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar