Itu adalah sebuah istilah dalam bahasa Jawa. Artinya kurang lebih
begini, jera tapi kemudian mengulang lagi perbuatan yang sebelumnya
sudah tidak mau dilakukan lagi. Mungkin bahkan dilakukan lebih ekstrim
dari perbuatan yang pertama kali membuat jera.
Lombok adalah
tumbuhan yang pedas. Bisa dimakan mentah atau dimasak terlebih dahulu.
Orang Indonesia atau orang Asia pada umumnya lebih suka dengan
makanan-makanan yang lebih pedas bila dibandingkan dengan orang-orang
Eropa misalnya. Sehingga kita mengenal yang namanya sambal. Sambal
terasi, sambal bawang, sambal matah dan sambal dabu-dabu adalah
beberapa diantara macam sambal yang kita kenal berasal dari negara kita
Indonesia.
Sedemikian popularnya lombok sehingga makan cemilan
gorengan pun juga dilengkapi dengan lombok ataupun sambal. Belum lagi
makanan utamanya yaitu nasi. Bahkan malah ada yang suka makan nasi hanya
dengan lauk sambal terasi. Sebagai penutupnya ada pula yang namanya
rujak buah yang juga ditemani dengan sambal. Ini menunjukkan sedemikian
merakyatnya sambal dan lombok.
Bila kita sudah sedemikian
fanatiknya dengan lombok atau sampai kecanduan, maka terjadilah apa yang
disebut dengan kapok lombok. Makan dengan lombok pada pertama kalinya
mungkin masih kurang terasa pedas. Kemudian ditambah dengan lombok, baru
kemudian agak terasa pedas. Tapi mungkin masih kurang puas, sehingga
lombok pun ditambah lagi hingga kepedasan. Lain kali ketika waktu makan
kemudian porsi lomboknya makin ditambah karena sudah terbiasa dengan
rasa pedas yang ada. Sehingga akhirnya terasa kebal.
Hal ini
rupanya terjadi juga pada diriku dalam kegiatanku ngadi salira ngadi
busono dengan busana kain kebaya yang sudah mulai kulakukan sejak aku
duduk di sekolah dasar. Waktu pertama kali aku bisa pakai kain kebaya
rasamya senangnya bukan main. Karena waktu itu aku harus curi-curi
kesempatan dan aku juga harus mengambil kain batik sama kebaya punya
mama atau kakak tanpa sepengetahuan mereka. Jadi ada unsur resiko yang
harus ku tanggung.
Setiap kegiatan ngadi saliro ngadi busono
selalu ku akhiri dengan masturbasi. Dan sesudah masturbasi itulah
biasanya timbul semacam penyesalan, rasa bersalah, malu pada diri
sendiri karena berpakaian wanita dan jijik atau entah apa kata yang
tepat untuk itu. Serta biasanya aku berjanji dalam hati untuk tidak
mengulangi hal itu. Tapi apa yang terjadi berikutnya adalah seperti
kapok lombok atau mungkin tua-tua keladi makin tua makin menjadi.
Perlengkapan
ngadi salira ngadi busono ku pun semakin lama semakin lengkap. Adapun
cerita selengkapnya dapat dibaca di sini yaitu di "gara-gara selimut", "dari selimut menjadi kain kebaya" dan "metamorfosa yang sempurna".
Dimulai dari selembar selimut kemudian menjadi selembar kain batik
hingga akhirnya lengkap seperti foto-fotoku yang terakhir. Tidak itu
saja, aku bahkan kadang-kadang sengaja menampakkan diri waktu ngadi
salira ngadi busono di depan rumah dengan harapan ada orang lain yang
tidak aku kenal yang lewat di depan rumah dan menengok ke arahku.
Mengenai kegilaanku dapat dibaca di "the show must go on". Mungkin inilah yang namanya fase kecanduan seperti halnya kecanduan makan lombok.
Anehnya
lagi setelah aku bisa mengakses internet dan mulai mengetahui kalau
ternyata tidak aku saja yang punya hobby ngadi salira ngadi busono
dengan pakaian kain kebaya, maka perasaan-perasaan penyesalan, rasa
bersalah, malu pada diri sendiri karena berpakaian wanita dan jijik
setelah aku masturbasi lambat laun hilang. Mengenai perasaanku setelah
ngadi saliro ngadi busono dan diakhiri dengan masturbasi dapat dibaca
selengkapnya di "Afterglow". Mungkin inilah yang namanya fase sudah kebal.
Sekarang
kadang-kadang aku berpikir kalau aku sudah bosan akan kegiatanku ngadi
salira ngabi busono dan bermaksud untuk menghentikannya. Tapi pada
kenyataanya aku tidak mampu untuk menghentikannya. Terkadang juga timbul
rasa malas dan tidak bernafsu lagi untuk melakukannya. Tapi pada
kenyataanya aku tetap melakukan itu.
Hal aneh lainnya adalah
kemudian timbul perasaan kalau aku lebih senang dan gairah waktu melihat
orang lain yang parasnya cantik dan bodynya sexy memakai kain kebaya
atau membaca artikel-artikel seputar itu daripada waktu diriku sendiri
ngadi saliro ngadi busono. Keadaan ini jadi seperti keadaan pada awalnya
ketika aku masih kecil dan belum bisa memakai kain kebaya seperti
sekarang ini. Memang pada waktu aku ngadi saliro ngadi busono, aku pun
juga masih merasa senang dan bahagia serta bergairah. Mungkin inilah
yang namanya fase bosan dan jenuh, tapi seperti sudah mencapai point of
no return.
Mungkin memang susah untuk menyembuhkan kecanduanku ini
seperti halnya dengan sulit menghentikan orang yang gemar pedas untuk
makan cabai. Meskipun ia terkena diare akibat kebanyakan makan cabai,
tapi begitu sembuh mungkin ia akan kembali lagi makan cabai.
Terus
bagaimana dengan nasibku selanjutnya ? Sekali lagi jika ada pembaca
yang berbaik hati dan ingin berbagi pendapatnya atau punya ide dan usul
terhadap pemecahan masalah ini silahkan tinggalkan di kotak komentar
dibawah ini . Terimakasih
Senin, 26 November 2012
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar