Jaman sekarang memang serba praktis. Semua orang mintanya serba
cepat, serba instan. Kalau mie namanya mie instan. Tidak cuma mie saja,
spagethi sekarang juga sudah ada yang instan. Demikian juga dengan
bumbu.
Pakaian pun sekarang sudah ada yang dibuat versi instannya.
Maksud saya adalah kain batik yang biasa digunakan sebagai bawahan dari
kebaya kalau menurut pakem aslinya sebelum mengalami modifikasi dan
modernisasi. Kain batik yang sebelah ujung luarnya di lipat-lipat
seperti kipas atau diwiru.
Sekarang atau tepatnya sudah
bertahun-tahun bahkan mungkin sudah lebih dari 1 dasawarsa, kain batik
sudah bisa dijahit menjadi seperti rok bahkan depannya juga diwiru.
Sehingga pemakaiannya jadi praktis. Tinggal dipakai seperti rok,
dimasukkan dari bawah. Jadi si pemakai tidak usah repot-repot
menyilangkan kedua kaki atau merapatkan kedua kaki atau memajukan
sedikit salah satu kakinya untuk mulai memakai kain batik. Kedua tangan
pun tidak usah repot-repot memegangi ujung kain dan memutar kain batik
mengelilingi pinggang sambil menarik-narik dengan kuat atau
menggeser-geser bila ujung luar kain jatuhnya tidak pas ditengah agak ke
kanan sedikit. Belum lagi masih perlu mengikat kencang-kencang pinggang
dengan tali supaya kain tidak melorot.
Semua hal diatas tidak
perlu dilakukan bila kain batik sudah dijahit menjadi rok atau sarimbit.
Cukup dimasukkan dari bawah. Waktu yang diperlukan untuk memakai
otomatis jadi lebih singkat.
Kain batik yang dijahit menjadi rok
pun macamnya ada banyak lebih dari satu. Ada yang sama sekali tidak
dipotong, sehingga paling mirip dengan kain wiron asli yang masih
lembaran. Ada yang dipotong dan dijahit disamping-sampingnya dengan
demikian jika diamat-amati dari sisi-sisinya akan kelihatan kalau sudah
dijahit. Ada pula yang wironnya tidak bisa membuka sampai ke atas,
sehingga bila berjalan akan ketahuan kalau kainnya sudah dijahit. Bahkan
ada pula yang bagian wiron sebelah bawah sengaja diberi bukaan dengan
maksud untuk memudahkan si pemakai melangkah lebih lebar. Atau malah
lebih ekstrim lagi dibuat rok yang melebar ke bawah atau pun yang sampai
model duyung.
Kain batik yang sudah dijahit dari segi waktu
pemakaian memang akan lebih hemat. Demikian juga sesudah dicuci, kita
tidak perlu mewirunya lagi. Tapi dari segi ekonomi otomatis memerlukan
biaya untuk menjahitkan. Dan logikanya, sesuatu yang dijahit akan bisa
robek atau lepas jahitannya. Demikian juga dengan kain batik yang sudah
dijahit. Jadi lebih awet jika masih berupa kain batik lembaran.
Rupanya
kecenderungan untuk serba praktis tidak hanya terjadi pada orang awam
kebanyakan yang sebenarnya tidak senang memakai kain kebaya tapi
terpaksa memakai kain wiron untuk acara tertentu. Penyanyi-penyanyi
campursari yang nyambi jadi pesinden pun sebagian memilih memakai kain
batik yang sudah dijahit untuk bawahan kebayanya pada waktu pentas.
Terutama untuk generasi yang masih muda.
Lucunya ada seorang
pesinden yang biasa menjahitkan kain batiknya dengan model dipotong
sisi-sisinya mengeluh kain jariknya ( yang sudah dijahit ) jadi mudah
rusak atau robek dan minta alamat dari penjahit yang bisa menjahitkan
kain batik tanpa memotongnya sama sekali. Saya pun memberi komentar
begini, apa tidak lebih baik dibiarkan berupa kain batik lembaran saja.
Jadi bisa awet lebih lama. Cuma kalau habis dicuci langsung di wiru.
Memakainya tinggal di putar ke sekeliling pinggang kita ( walaupun pada
kenyataannya lebih sulit ). Sekalian belajar ngadi salira ngadi busono.
Jumat, 24 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar