Entah kenapa sebuah tayangan tentang seragam sekolah di acara
Suka-suka Kompastv ini bisa menarik perhatian saya. Dimulai dengan
seragam sekolah pertama di dunia yang dipelopori oleh negara Inggris.
Kemudian ulasan berlanjut untuk kawasan Asia tepatnya Jepang dimana dulu
seragam sekolahnya berupa kimono. Baru setelah ada pengaruh dari Barat,
maka seragam untuk siswi berubah menjadi mirip seperti pelaut. Dan
akhirnya tentu saja juga dibahas seragam sekolah di negara kita tercinta
Indonesia.
Kalau jaman sekarang seragam sekolah pada umumnya
adalah rok dan baju untuk para siswi. Atau celana dan baju untuk para
siswa. Maka seragam sekolah untuk siswi pribumi di jaman penjajahan
Belanda dahulu adalah kain jarik dan kebaya serta tentu saja dengan
rambut yang disanggul. Sedangkan untuk para siswi yang keturunan
Belanda, pakaiannya adalah rok.
Bisa dibayangkan betapa feminin
dan anggunnya para siswi pribumi dahulu. Betapa gandes luwesnya mereka.
Tiap hari berjalan dari rumah ke sekolah dengan memakai kain dan kebaya,
mungkin mereka memegang payung di sebelah tangan dan juga selendang
serta tas atau buku-buku. Atau mereka malah naik sepeda walaupun mungkin
agak kesulitan kalau kain jariknya kesempitan memakainya hingga perlu
dicincing atau dinaikkan ke atas sedikit. Tapi melihat foto-foto
dokumentasi atau video-video hitam putih jaman dulu rata-rata mereka
memakai kain jarik dengan agak longgar dan tidak begitu menyempit atau
meruncing kebawah. Sehingga mereka mungkin tidak begitu kesulitan jika
harus mengayuh sepeda dengan memakai kain jarik.
Cuma untuk
pelajaran olahraga, kalau dahulu ada. Saya masih sulit untuk
membayangkan bagaimana para siswi yang memakai kain dan kebaya ini harus
berolah raga. Kalau untuk upacara bendera sebagai petugas pengibar
bendera mungkin masih mudah. Karena cuma harus berjalan dengan langkah
tegap walaupun berkain kebaya. Atau senam juga mungkin tidak kesulitan,
paling pada waktu harus membuka kedua kaki lebar-lebar terhalang oleh
kain jariknya. Juga pada waktu gerakan menendang, kaki jadi tidak bisa
terlalu keatas. Karena terhalang oleh kain jarik. Kecuali kainnya
dicincing atau dinaikkan terlebih dahulu. Tapi jika harus lari dengan
memakai kain kebaya, bisa-bisa mereka kesrimpet-srimpet kain jarik
mereka sendiri dan akhirnya kain jarik mereka jadi kedodoran. Yang lebih
parah mereka mungkin bisa jatuh kesrimpet kain jarik mereka sendiri.
Padahal dulu ada sebuah permainan olahraga yang terkenal waktu jaman
Belanda yaitu kasti dan di dalam permainan itu para pemainnya harus
berlari dari suatu tempat ke tempat lain serta harus menghindar dari
lemparan bola yang ditujukan kepada yang bersangkutan kalau perlu dengan
berguling-guling di tanah. Belum lagi kalau harus loncat tinggi atau
lompat jauh. Atau mungkin dulu juga sudah ada pakaian olah raga berupa
kaos dan celana olahraga seperti sekarang.
Kemudian tayangan ini
ditutup dengan komentar dari hostnya yang kurang lebih begini,
bagaimana kalau sekarang kain kebaya itu diterapkan menjadi seragam
para siswi di sekolah-sekolah di Indonesia ? Bisa dibayangkan setiap
pagi harus bangun subuh-subuh untuk pasang sanggul. Belum lagi makai
kain jarik wironnya. Terus nanti kalau berangkat ke sekolahnya naik bus.
Apalagi kalau di sekolah kebelet pipis.
Tapi pakaian nasional
kain kebaya ini sudah dijadikan sebagai pakaian yang wajib dikenakan
oleh para pegawai negeri di Solo walaupun cuma seminggu sekali waktu pak
Jokowi masih menjabat sebagai wali kota Solo. Itu pun sudah mengundang
pro dan kontra. Sekarang apakah kewajiban itu masih berjalan ?
Kesimpulannya
ternyata sekarang fungsi kain kebaya sudah berkurang. Dulu dijadikan
sebagai seragam sekolah, sekarang digantikan oleh baju dan rok.
Kemudian pada waktu jaman Orde Baru masih menjadi pakaian pesta
nasional. Sekarang sudah tergantikan oleh pakaian pesta yang berasal
dari negara Barat.
Senin, 13 Mei 2013
Seragam sekolah
Label:
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
Kompastv
,
sanggul
,
Suka-suka
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar