Ini adalah lanjutan kisah "Derita seorang ibu".
Dimana pada akhir cerita terdahulu Sri tertelungkup di lantai dalam
keadaan tangan dan kaki terikat serta menangis sambil memohon-mohon
kepada suaminya untuk melepaskannya. Sang suami, Kiko Sujaryanto tidak
menggubris permintaan isterinya, tapi malah terus mengambil video
isterinya hingga Sri akhrnya kecapaian dan berhenti menangis serta
memohon.
Kemudian Kiko menghampirinya dan membimbingnya duduk di
kursi. Tapi Kiko tidak juga bersegera melepaskan ikatan tangan dan kaki
isterinya. Ia malah mendekap isterinya dan menciuminya sambil berkata
lirih, "Makanya jadi isteri harus nurut sama suami. Sekarang engkau
tidak berdaya bukan ? Tangan dan kakimu terikat. Sri, dalam keadaan
seperti ini aku malah semakin terangsang dan semakin sayang sama kamu
!". Kemudian ia mendudukkan isterinya kepangkuannya dan senjatanya mulai
menegang dan membesar. Setelah itu ia membuka celananya dan memuntahkan
air maninya ke tubuh isterinya. Masih belum habis, Kiko memasukkan
senjatanya ke mulut Sri.
Setelah selesai permainan itu barulah
Kiko membuka ikatan tangan dan kaki Sri. Malam harinya ketika menjelang
tidur, pikiran Sri jadi bergolak. Karena perlakuan suaminya yang agresif
dan brutal terhadap dirinya. Ia jadi takut begaimana dengan hari-hari
selanjutnya karena ia masih harus memakai kain kebaya. Pakaian yang
tidak saja membuat suaminya jadi tergila-gila kepadanya, tapi juga
agresif dan brutal terhadapnya. Pikiran Sri jadi kalut. Ia memang senang
terhadap perlakuan suaminya yang semakin tergila-gila dan agresif
kepadanya, tapi tidak dengan kebrutalan suaminya terhadap dirinya.
Sejak
itulah Sri seperti terjebak di antara dua perasaan. Senang dan bahagia
melawan takut serta ngeri terhadap kebrutalan suaminya. Pikirannya jadi
bingung dan terombang-amgbing. Galau. Ia mengakui kalau ia memang
kelihatan lebih cantik, anggun dan sexy dengan pakaian kain kebaya
semacam itu. Sekalipun ia harus terkekang dalam setiap gerak langkahnya,
tapi ia bisa menerima semuanya itu. Yang ia tidak bisa terima adalah
perlakuan brutal suaminya.
Hari-hari berlalu dimana Sri harus
menjalani semuanya ini. Momong bayi sambil berkain kebaya. Sementara
suaminya tergila-gila padanya dan memperlakukannya dengan manja. Sampai
pada perlakuan brutal suaminya apabila hasrat suaminya sudah tidak bisa
dibendung lagi. Perlakuan suaminya inilah yang membuatnya bingung dan
tidak mengerti. Karena apabila hasrat suaminya masih belum memuncak,
maka suaminya akan berlaku sangat manis kepadanya dengan merayu-rayunya,
memangku, membopong, menciuminya. Tapi apabila hasrat suaminya sudah
memuncak, maka dengan tanpa ampun suaminya itu akan berlaku brutal
kepadanya. Mulai dengan mengikat tangan dan kakinya serta
kekerasan-kekerasan fisik akan diterimanya.
Di dalam keterbatasan
waktu yang ada, Sri berusaha mencari tahu dan akhirnya mendapati kalau
apa yang dilakukan suaminya kepada dirinya adalah semacam kelainan
perilaku sexual yang disebut BDSM. Sri jadi maklum dan malah sedikit
menaruh iba kepada suaminya. Ia jadi pasrah dan bisa menerima perlakuan
suaminya itu. Apalagi keharusan memakai kain kebaya oleh mertuanya hanya
berlaku selama 40 hari setelah melahirkan. Sejak saat itu, setiap kali
suaminya berlaku brutal dengan mengikat dirinya Sri hanya diam tidak
berontak. Tapi ia tetap tidak bisa menahan diri untuk menjerit kesakitan
sampai menangis, bila suaminya mulai melakukan kekerasan fisik terhadap
dirinya.
Disamping itu ia juga membaca artikel-artikel yang
berhubungan dengan ibu yang melahirkan. Dalam artikel-artikel itu
biasanya tertulis, betapa berat beban yang harus ditanggung seorang ibu.
Betapa menderitanya seorang ibu yang melahirkan. Mulai dari hamil,
melahirkan dan momong bayi sampai pada perwwatan tubuh pasca melahirkan.
Ternyata memang betul juga apa yang dikatakan mertuanya yaitu keharusan
untuk memakai kain dan stagen supaya bentuk badan bisa pulih dan
kembali singset seperti semula. Disamping tentu saja minum jamu dan
perawatan dari luar seperti tapel, pilis serta parem. Ia sekarang jadi
maklum kepada mertuanya. Tapi di dalam semua artikel-artikel yang ia
baca, ia berpikir sayangnya tidak ada satupun artikel yang menerangkan
risiko tambahan yang dapat timbul sehubungan dengan keharusan memakai
kain dan stagen. Risiko itu berupa kemungkinan seorang isteri dibully
oleh sang suami, karena suami yang maniak terhadap suatu pakaian yaitu
kain kebaya yang dapat menimbulkan kesan erotis.Ia lalu kepikiran untuk
menulis di internet dalam bentuk komentar di artikel-artikel semacam
itu, risiko yang baru saja dialaminya. Supaya para wanita atau ibu-ibu
yang lain waspada terhadap kemungkinan risiko semacam itu.
Ketika
tiba harinya Sri sudah bebas untuk tidak memakai kain kebaya. Maka
senang dan legalah hati Sri. Walaupun dalam hatinya ada juga sedikit
rasa kehilangan. Rasa kehilangan akan perlakuan suaminya yang selalu
memanjakan dan memuji-muji kecantikannya. Di lain pihak ia juga merasa
lega, karena ia akan terbebas dari perlakuan brutal suaminya. Sementara
suaminya sendiri kecewa dengan keadaan ini.
Pada hari itu juga
pakaian-pakaian Sri yang disita oleh mertuanya dikembalikan kepada Sri
dengan utuh. Selain itu sang mertua malah menghibahkan beberapa lembar
kain batik, kebaya dan selendang kepada Sri. Sri hanya diam saja. Ia
tidak bisa menolak. Hatinya bingung, pikirnya ini seperti buah
simalakama. Kalau diterima akan menimbulkan kesempatan bagi suaminya
untuk kembali berlaku brutal. Tapi bila ditolak, ia sendiri juga suka
akan pakaian kain kebaya.
Akhirnya pakaian-pakaian itu hanya
tersimpan saja didalam lemari pakaian. Beberapa kali suaminya menanyakan
kenapa ia tidak memakai kain kebaya lagi, Sri menjawab besok
kapan-kapan saja. Sesudah itu suaminya meminta dengan setengah mendesak
kepada Sri untuk memakainya, tapi Sri tetap menolak. Pikirnya ini
seperti kotak pandora. Sekali dibuka, isinya akan menyebar kemana-mana
dan mendatangkan mala petaka lagi bagi dirinya. Melihat isterinya yang
tetap teguh dan menolak permintaannya, sang suami merayu-rayunya. Tapi
rupanya ketakutan Sri terhadap perlakuan brutal suaminya ternyata lebih
besar daripada manisnya rayuan suaminya.
Senin, 18 Agustus 2014
Derita seorang ibu 2
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain batik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar