Ini adalah lanjutan dari kisah "Derita seorang ibu 2" yang berakhir
dengan keteguhan hati Sri menolak permintaan suaminya, Kiko Sujaryanto
untuk memakai kain kebaya,
Suami Sri sekarang jadi frustasi dan
putus asa. Nafsunya terhadap Sri sekarang sudah memudar. Ia sekarang
sudah tidak bisa memuaskan hawa nafsunya dan juga tidak bisa memuaskan
isterinya di ranjang. Diam-diam tanpa sepengetahuan Sri, ia mulai rajin
melihat-lihat foto-foto wanita cantik berkain kebaya dan dirinya mulai
terangsang lagi. Ia berpikir, sial juga dirinya sekarang. Karena
isterinya sekarang tidak mau lagi memakai pakaian yang bisa
membangkitkan gairahnya. Kemudian foto-foto itu diraba-rabanya. Mulai
dari payudara, pinggul hingga kain wiron wanita di foto itu. Ia berpikir
bagaimana perasaan wanita-wanita yang memakai pakaian seketat kain
kebaya itu.
Ketika isterinya pergi, ia mulai memberanikan diri
membuka lemari pakaian dimana kain batik dan kebaya Sri tersimpan.
Dipandanginya dan diraba-rabanya pakaian itu. Setelah memandang kebaya
dan merabanya, ia lalu beralih ke kain batik. Dipandangi dan
diraba-rabanya kain batik Sri. Tidak cuma itu, tapi dibaui dan diciumi
juga kain batik itu sambil menghela nafas panjang. Setelah itu buru-buru
ditutupnya pintu lemari itu, seolah-olah kuatir kalau isterinya
memergokinya. Kejadian ini terjadi berulang-ulang dan Kiko jadi
kecanduan.
Rupanya kecanduan itu semakin meningkat. Setelah
beberapa kali Kiko hanya sekedar memandang-mandang, meraba dan mencium
pakaian isterinya, Kiko lalu mulai memberanikan diri mengambil kebaya
dengan hangernya dan mematut-matut kebaya itu ke badannya. Baru kemudian
mengembalikannya ke tempat semula. Setelah itu giliran kain batik
isterinya. Kiko membuka lipatannya beberapa kali, tapi tidak sampai
terbuka penuh dan mematut-matutkannya ke kakinya. Setelah itu ia kembali
melipat kain batik itu dan mengembalikannya ke tempat semula. Kiko pun
semakin nekat. Ia melakukan hal itu juga ketika isterinya masih dirumah,
karena menurut pemikirannya isterinya masih sibuk momong bayi mereka.
Sial
bagi Kiko. Kesekian keli ia beraksi mematut-matut kebaya Sri di
badannya, isterinya memergoki. Maka Sri bertanya, "Mas, kamu kangen ya
sama kebayaku ?". Kiko gelagapan, tidak dapat menjawab dan langsung
ngeloyor pergi. Sesudah kejadian itu, Kiko jadi lebih berhati-hati
melampiaskan kecanduannya. Tapi tidak lama kemudian ia malah semakin
sering melakukannya. Hingga suatu saat ia kembali tertangkap basah oleh
Sri ketika sedang menempelkan dan mematut-matut kain batik yang terbuka
sebagian dikakinya. Isterinya spontan berkata, "Mas, kok kamu pakai kain
? Kamu mau pakai pakaian adat Jawa ya ? Apa mau ada acara khusus ?".
Kiko kembali tidak menjawab dan hanya melipat kembali kain batik itu
sebelum ngeloyor pergi. Sesudah itu sekali lagi Kiko tertangkap basah
oleh Sri ketika sedang mematut-matut kebaya di badannya. Sri pun
berkata, "Mas, spa-apaan kamu ini ? Kemarin nyoba kain batik, sekerang
ngepas kebaya". Tapi kali ini Kiko rupanya sudah menyiapkan jawaban,
hingga ia bisa langsung menjawab, "Sri, aku rindu melihat kamu pakai
kain kebaya. Ayo dong pakai sekarang !". Katanya sambil memegang bahu
Sri dengan kedua tangannya. Isterinya menolak, "Mas, kamu kan tau
sendiri. Aku kan sedang repot momong anak kita !". Kiko pun diam tidak
bisa membantah.
Sesudah peristiwa itu Sri jadi berpikir kalau
rupanya suaminya masih sangat menginginkannya memakai kain kebaya. Ia
bingung. Mau menuruti keinginan suaminya dan memang sebetulnya ia juga
rindu dimanja, tapi ia sendiri repot. Belum lagi resikonya diperlakukan
dengan brutal oleh suaminya. Akhirnya ia tetap pada pendiriannya untuk
menolak keinginan suaminya. Tapi ia juga penasaran dengan tindak-tanduk
suaminya yang mematut-matut kebaya dan kain batiknya. Maka ia berencana
untuk menangkap basah suaminya.
Tibalah saatnya bagi Sri untuk
menangkap basah suaminya. Sri berpura-pura pergi keluar rumah, tapi
sebentar kemudian ia kembali dan mengintip melalui lubang kunci. Kiko
semakin lama semakin nekat. Ia tidak hanya mematut-matut kebaya dan kain
batik isterinya secara terpisah, tapi ia mematutnya secara bersamaan.
Kiko memegang kebaya dengan satu tangan ke badannya dan tangan lainnya
memegang kain batik ke kakinya. Isterinya yang melihat ini jadi bingung
dan setengah jijik. Tapi peristiwa itu dipendamnya dalam hati
seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dan oleh karena penasaran, maka Sri
berencana untuk tetap meneruskan rancananya menangkap basah suaminya
ketika sedang beraksi.
Di lain pihak rupanya kegilaan Kiko semakin
meningkat. Ia sekarang tidak lagi hanya mengepas kain batik di depan
kakinya tanpa melilitkannya di kaki, tapi ia membukanya hingga penuh dan
melilitkannya kekakinya. Demikian juga dengan kebayanya, tidak hanya di
tempel di badannya. Tapi ia memakainya di badannya. Sesudah itu
berputar di depan cermin dan berlenggang lenggok sedikit sebelum
melepaskan dan mengembalikannya ke dalam lemari. Isterinya yang
mengintip dari lubang kunci serta merta jadi heran sekaligus jijik. Ia
hendak menerobos masuk ke dalam kamarnya, tapi ditahannya.
Berkecamuklah
pikiran Sri. Mengapa suaminya sekarang bisa jadi begini ? Suami yang
dulu waktu pacaran dan sesudah menikah dengannya 100 % normal dan jantan
serta bisa memuaskan dirinya. Bahkan bisa berlaku brutal terhadap
dirinya, sekarang dalam waktu yang relatif singkat mendadak bisa seperti
banci ? Menyukai pakaian wanita. Apakah ini merupakan kompensasi
lantaran suaminya tidak mendapatkan apa yang dikehendakinya yaitu
isterinya berpakaian kain kebaya ? Sehingga suaminya memakai kain kebaya
sendiri.
Berhari-hari Sri memikirkan semuanya ini. Mau bercerita
dan konsultasi pada orang tuanya, mertuanya, teman atau psikolog dan
psikiater, tapi semuanya itu diurungkannya. Akhirnya malah timbul ide
gila dalam pikirannya. Mengesampingkan kekecewaan dan kejijikan pada
suaminya, Sri berniat akan membalas perlakuan brutal suaminya. Maka ia
menyiapkan handycam dan ia akan menerobos masuk ke dalam kamar begitu
mendapati suaminya memakai kain kebaya miliknya serta akan merekamnya.
Ia pun tersenyum puas. Bahkan berkata, " Rasakan nanti pembalasanku.
Wahai suamiku tercinta !"
Tak perlu waktu lama bagi Sri untuk
merealisasikan semuanya ini. Hari itu Kiko kembali beraksi. Ia terlebih
dulu melepaskan semua pakaiannya hingga tinggal celana dalamnya. Di saat
itu Sri sudah mulai ada dibelakang pintu dan mengintip sekaligus
merekam begitu mendapati suaminya berlaku aneh membuka pakaiannya
sendiri. Dan memang betul apa yang kemudian dipakai bukannya pakaiannya
sendiri yang lain. Tapi kebaya dan kain batik isterinya. Ia mulai
mengambil kain batik dan membuka seutuhnya,. kemudian melilitkannya ke
kakinya. Sesudah itu yang tidak diduga oleh isterinya, ternyata suaminya
juga memakai stagennya. Baru kemudian memakai kebayanya. Semuanya ini
direkam oleh Sri melalui lubang pintu. Ternyata sesudah itu suaminya
juga menyampirkan selendang ke bahunya. Barulah kemudian Kiko berkaca
didepan cermin sambil bergaya berlenggang lenggok. Disaat itulah Sri
menerobos masuk dengan handycam ditangan.
Sri kemudian berkata
kebanci-bancian, "Halo, cyn. Kamu sekarang cantik déh". Wajah suaminya
jadi merah padam. Ia terbelalak kaget dan tidak bisa berbuat apa-apa
selain hanya mematung. Maka Sri menarik selendang di kedua ujungnya
hingga memaksa suaminya bergerak maju karena selendang yang dilehernya
ditarik Sri. Diciumnya suaminya dengan angkuh. Handycamnya diletakkan
diatas lemari pada posisi setinggi mata hingga masih bisa terus merekam.
Kemudian tangan Sri yang satunya memegang senjata suaminya. Katanya,
"Éh, masih juga berdiri ya ? Syukurlah kalo gitu". Kemudian didorongnya
suaminya hingga suaminya jatuh rebah di lantai. Sri kemudian berdiri
dengan kaki sebelah di atas dada suaminya. Tangannya berkacak pinggang.
Bibirnya nyinyir menghina suaminya, lalu ia meludah ke samping. Sri
kemudian berkata, "Mas, mas ! Laki-laKI KOk SUka JARikan sama kebaYAaN
TO ? Persis sama namamu, Kiko Sujaryanto. Klop sudah !". Kaki Sri
bergerak dari dada Kiko ke bawah sampai selangkangan Kiko hingga
mengenai senjatanya, lalu ditekannya senjata Kiko kuat-kuat dengan
kakinya. Ternyata dalam kaadaan ini nafsu Kiko memuncak hingga air
maninya keluar. Sri mengetahuinya dan berkata, "Ngompol di kain batikku
ya ? Awas kamu ! Kamu harus nyuci pakaianku yang kamu pakai sampai
bersih !". Ia pun mengumpat, "Dasar, banci !". Tapi sesudah itu ia
merasa kalau kata-katanya kebablasan.
Sementara Kiko sendiri masih
tegang dan tidak bisa berbuat apa-apa. Pikirannya berkecamuk. Harga
diri dan kesombongannya runtuh. Ia yang biasanya selalu menguasai
isterinya, sekarang dikuasai dan diinjak-injak isterinya. Apa yang akan
diperbuatnya sekarang ? Bangkit berdiri dan mengancam isterinya untuk
mempertahankan harga diri dan kesombongannya ? Ia ragu, karena isterinya
telah berulang kali dikasarinya dan tidak menunjukkan ketakutan
kepadanya. Jangan-jangan isterinya malah akan menyebar luaskan kelainan
dirinya kepada setiap orang yang dikenalnya.
Minggu, 24 Agustus 2014
Kiko Sujaryanto
Label:
BDSM
,
bondage
,
crossdresser
,
jarik
,
kain batik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar