tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Rabu, 30 Januari 2013

Ketiban durian runtuh


Mungkin itulah kata-kata yang tepat untukku. Ketika suatu sore aku belanja minyak dan makanan disuatu supermarket, di situ aku melihat ada obral pakaian wanita. Aku pun iseng-iseng melihat-lihat dan memilih-milih dengan cueknya. Kebetulan diskonnya 70 %, akupun akhirnya membeli kaos seperti yang dibawah ini.
pinktshirt
Sesudah itu aku segera pergi ke bagian kebutuhan sehari-hari dan membeli apa-apa yang perlu. Kemudian aku membayar di kasir dan segera menuju ke pintu keluar. Tapi secara tak sengaja mataku menatap kotak obral dan ada kebaya warna putih disitu. Aku pun berpikir, sayang aku sudah punya kebaya warna putih lebih dari satu. Dan kebaya yang disitu pun aku lihat modelnya tidak beda jauh dari yang aku punya. Aku pun tak berniat untuk membelinya. Tapi tetap saja aku mampir ke situ.  Ternyata ada kebaya lain berwarna biru hijau yang dijual disitu. Dengan segera aku lihat dan memeriksanya. Tak begitu lama aku pun segera memutuskan untuk membelinya. Karena ku pikir jika aku tidak mengambilnya saat itu juga, bisa-bisa diambil orang.  Apalagi kebaya hijau itu tinggal satu kelihatannya. Diskonnya lumayan 30 %. Fotonya ada dibawah ini.
nugreen
Esok paginya baru aku kepikiran kalau aku seperti mendapat durian runtuh. Tidak berniat untuk mencari apalagi berburu kebaya baru, tapi malah mendapatkan kebaya baru dengan harga diskon pula. Ini adalah kejadian kedua dimana aku secara tidak sengaja mendapatkan kebaya baru dengan harga obral tanpa bermaksud untuk berbelanja atau berburu kebaya. Kebaya yang satunya berwarna putih seperti dbawah ini.
urai8

Selasa, 22 Januari 2013

Tradición



Qué alegria si senor...
Aqui cont toda mi gente,
Y con gran admiracion,
Brindo est celebracion,
De mis raices trascendentes.
Yo les traigo un güagüanco,
Para que nunca te olvides,
De este ritmo sin igual,
Y con eso despertar
El orgullo de tu origen...
Qué alegria si senor...
De mi cuba a todo el mundo,
Yo no sé quien lo empezo,
Para aquel que le invento,
Yo le rindo est tributo;
Y aunque el tiempo pasara,
Es nuestra responsabilidad,
A traves de la cancion,
Servir como educacion,
Y seguir le tradicion...
Que siga la tradicion.

Bahasa Indonesia


Aku sangat senang, ya tuan
di sini dengan semua orang saya
dan dengan penuh kekaguman
Saya menawarkan perayaan akar saya
Aku membawakan  Anda guaguanco ini
Hingga Anda tidak akan pernah melupakan ritme yang tidak biasa
dan untuk membangkitkan kebanggaan Anda dalam asal Anda
Aku sangat senang, ya tuan
dari Kuba ku ke seluruh dunia
Saya tidak tahu bagaimana mulainya
tapi untuk siapa pun yang menciptakannya
Saya sekarang menawarkan persembahan ini
dan meskipun waktu akan berlalu
itu tanggung jawab  kami, melalui lagu,
untuk melayani sebagai pendidikan dan
untuk melanjutkan tradisi
biarlah  tradisi berlanjut.

Tradisi bisa disebut sebagai akar suatu bangsa. Bangsa yang kuat biasanya mempunyai tradisi yang kuat. Dari situlah kebanggaan terhadap bangsanya sendiri berasal, dibangun dan dibina. Bangsa yang besar selain menghormati pahlawannya juga menghormati tradisinya sendiri. Seperti tumbuhan  yang akarnya  tercabut dari tanah demikianlah suatu bangsa mungkin akan mengalami keadaan seperti ini jika melupakan tradisinya sendiri.

Contoh bangsa Brasil dengan tradisi sepak bolanya yang kuat juga melahirkan banyak pemain sepak bola yang handal  dan terkenal. Tidak itu saja tapi mereka juga berhasil menjadi juara dunia sepak bola sebanyak 5 kali dan sekaligus terbanyak di dunia.

Demikian juga dengan Gloria Estefan yang dengan bangga memperkenalkan dan mempopulerkan musik tradisional Cuba kepada dunia. Lalu bagaimana dengan bangsa Indonesia ? Masihkah akar tradisi melekat kuat pada dirinya ?

Tradisi kebudayaan Indonesia tampaknya semakin terkikis oleh globalisasi. Dari mulai musik tradisional sampai busana tradisional kita. Belum lagi hal-hal yang lainnya.

Akhirnya sebagai seorang  wanita Indonesia, ijinkan saya bertanya, apakah kita masih dengan bangga memperkenalkan dan mempopulerkan busana nasional kita kain kebaya kapada dunia ? Atau kebanggaan itu sudah terhalang dan tertutup oleh kepraktisan dan globalisasi ? Hingga kita memakainya secara terpaksa untuk acara-acara khusus yang tidak bisa dihindari dan pakaian yang kita pakai pun sudah dimodifikasi terlalu jauh bahkan kadang sampai tidak terlihat lagi sebagai kain kebaya ? Batik yang sudah diakui sebagai warisan budaya UNESCO sekarang sudah diklaim oleh Malaysia. Mereka pun juga punya kebaya. Bukankah keadaan ini sebetulnya sudah cukup kritis bagi bangsa Indonesia jika membiarkannya.

English


I'm so happy, yes sir
here with all of my people
and with great admiration
I offer this celebration of my roots
I bring you this guaguanco
So you'll never forget this unusual rhythm
and to awaken your pride in your origins
I'm so happy, yes sir
from my Cuba to all the world
I don't know how it began
but to whoever invented it
I now offer this tribute
and although time will pass
it's our responsability, through song,
to serve as an education and
to continue the tradition
may the tradition continue.

Tradition can be referred to as the root of a nation. Strong nation usually have strong traditions. From there the pride of the nation itself came, built and nurtured. Great nation beside honoring heroes also respecting its own traditions. Just like a plant which it roots unplugged from the ground,  so a nation may experience a situation like this if forgetting its own tradition.

Examples Brazilian nation with a strong football tradition also produced many football players that are reliable and reputed. Not only that but they also succeeded to become world champion football 5 times and at the same time the most frequent in the world.

Likewise, Gloria Estefan who is proud to introduce and popularize the traditional music of Cuba to the world. Then what about the people of Indonesia? Still the  roots of tradition is strongly attached to her?

The tradition of Indonesian culture seems increasingly eroded by globalization. From traditional music to our traditional clothing. Not to mention other things.

At last as an Indonesian woman, let me ask, whether we are still proud to introduce and popularize our national dress kain kebaya  to the world ? Or the pride was already blocked and covered by the practicality and globalization? Until we are forced to wear it in special events that can not be avoided and the clothes we wear also been modified too much sometimes until to look no further as kain kebaya? Batik which is already recognized as a UNESCO cultural heritage now been claimed by Malaysia. They also have kebaya. Is not this situation has actually been quite critical for Indonesia if we let it.

Sabtu, 19 Januari 2013

No pain no gain ?

No pain no gain artinya kurang lebih jika tidak ada pengorbanan, maka tidak akan ada hasil yang dicapai. Sepertinya pepatah itu cocok   untukku jika sedang ngadi salira ngadi busono dengan kain kebaya. Tapi kurang cocok untukku jika sedang berlintas busana dengan pakaian mini.

Mengapa demikian ? Karena ketika sedang berlintas busana dengan pakaian mini, boleh dikata kalau hawa nafsuku hampir menghilang sama sekali atau kalau masih ada bisa dikatakan melemah sekali. Pada keadaan itu boleh dikata aku bisa merasa senang, rileks dan nyaman.  Si adik pun bisa  tenang-tenang saja, tidak tegang meronta-ronta atau ngiler  bahkan sampai basah kuyup. Cuma dulu waktu pertama kalinya aku pakai pakaian mini, adikku ngiler. Tapi cuma sebatas itu, kemudian hawa nafsuku menghilang sendiri. Akibat selanjutnya karena hawa nafsuku  tidak menggebu-gebu bankan boleh dibilang menghilang, maka akupun tidak cepat menjadi capai. Karena tidak terjadi perang pertempuran antara aku dan  adikku. Jadi bisa dikata kalau aku tidak mengeluarkan pengorbanan tenaga ekstra untuk memenuhi tuntutan adikku tersayang. Tapi tetap saja aku bisa memperoleh  kesenangan dan kebahagiaan serta perasaan rileks dan nyaman. Memang aku perlu berkorban waktu untuk makeup dan berpakaian, tapi pengorbanan itu boleh dikatakan sangat minim dan hasil yang didapat ternyata juga maksimal.

Tapi lain cerita waktu aku ngadi salira ngadi busono dengan kain kebaya. Biasanya begitu aku sudah  berpakaian lengkap kain kebaya dan bersanggul, maka aku terpancing untuk menggoda adikku supaya bisa terangsang dan menegang. Kadang-kadang begitu sudah nyaris sampai dipuncak, sengaja ku tahan malahan aku rem supaya si adik tidak cepat sampai ke puncak. Dengan begitu aku bisa berlama-lama menikmati kesenangan ini. Akibat selanjutnya aku akan menjadi capai, karena hawa nafsuku yang menggebu-gebu menuntut untuk dilampiaskan. Jadi memang aku harus mengeluarkan pengorbanan yang maksimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal pula.

Kamis, 17 Januari 2013

Serupa tapi tak sama




Apa pendapat anda jika melihat kedua gambar diatas ? Rekayasa atau foto benar-benar diambil dua kali dengan pakaian yang berbeda ?



Demikian juga dengan kedua gambar diatas yang mirip-mirip. Bedanya gambar yang dibawah tersenyum sedikit. Apakah ini rekayasa foto atau foto benar-benar diambil dua kali dengan pakaian yang berbeda ?
Jawabannya adalah foto benar-benar diambil dua kali dengan pakaian yang berbeda, tapi dalam satu hari. Sesi pertama adalah pemotretan dengan rok mini terusan hitam. Sesudah itu aku memakai kebaya dan kain terus dilanjutkan dengan pengambilan foto sesi kedua.

Kamis, 03 Januari 2013

Penolakan


Ini adalah untuk pertama kalinya aku menolak untuk ngadi salira ngadi busana dengan kain kebaya. Waktu itu aku sedang berlintas busana dengan memakai mini dress dan aku berpikir untuk menyambung dan memvariasikannya dengan pakaian kain kebaya, tapi entah mengapa aku bisa menolak hasratku sendiri untuk nguri-uri busana nasional kita.

Padahal waktu itu aku sudah memancing-mancing dengan membuka-buka kain jarik baruku seperti yang kuceritakan di posting sebelumnya. Ada 2 lembar kain jarik yang waktu itu aku buka-buka dan aku paskan di badanku, walaupun tidak aku buka sampai penuh. Dan si adik pun sempat bangkit sebentar gairahnya. Bukan itu saja, tapi aku juga memancing-mancing dengan selendang tari, selendang cinde dan selendang gendong baru yang aku beli kemarin setelah aku membeli kain jarik. Tapi hasilnya hasratku tetap saja melemah dan mungkin akal pikiranku yang mengambil kendali. Hingga aku bisa berkata pada diri sendiri, "aman, aman ... pokoké kalau pakai rok mini dijamin aman". Hawa nafsuku yang menggebu-gebu dapat kukalahkan sendiri walaupun aku tetap saja berlintas busana dengan mini dress. Tapi aku laksana menjadi seorang gadis yang masih hijau yang belum mengerti apa itu hawa nafsu. Seperti diketahui kalau aku punya kebiasaan berlintas busana yang dapat digolongkan dalam 3 kategori dan masing-masing punya sensasinya sendiri seperti yang kuceritakan di postingku terdahulu.

Adalah kebiasaanku juga jika aku sudah berlintas busana dengan pakaian western modern, hawa nafsuku biasanya menuntut untuk dipuaskan secara tuntas dengan cara ngadi salira ngadi busana dengan kain kebaya. Tapi entah mengapa hal ini tidak terjadi pada hari itu. Sepertinya aku puas menghilangkan dan mengganti hawa nafsuku dengan kehijauan, keluguan, kesucian atau kemurnian seorang gadis belia yang belum mengerti apa itu hawa nafsu. Atau mungkin aku sudah bosan dengan ngadi salira ngadi busana, karena 2 hari sebelumnya aku sudah melakukannya.

Bagaimana menurut anda ? Aku sudah berbuat bodoh dengan menolak untuk menguri-uri busana tradisional kita dan tentu saja dengan bgitu  juga menolak sebuah kenikmatan yang tiada tara atau aku sudah berbuat benar dengan membiarkan akal pikiranku mengendalikanku dan memilih menjadi gadis yang masih muda belia  serta tidak mengerti apa itu hawa nafsu ?

Selasa, 01 Januari 2013

Celebrating New Year in Ecuador with crossdressing ?



Yesterday when I was watching the show On the spot in Trans7, it turns out there is a unique way to celebrate the new year in Ecuador. Beside making the dolls as a symbol of the year that have passed, there is one more unique event that is the young men dressed  like a woman. With dressed like that  they take to the streets and act like dancing and trying to attract public attention. It can be seen in the video above at minute 1:57 to 2:57. It turns out the young man was acting as a widow abandoned by her husband and had to ask for money. Husband is a symbol of the year that has passed.

So beside  the popular Halloween celebration in the United States that is very conducive  for crossdressing, there was also a way for crossdressing in Ecuador in order to welcome the new year. If it was  in Indonesia, you might be raided by the police


Bahasa Indonesia

Kemarin ketika aku menonton acara On the spot di Trans7, ternyata ada cara unik untuk merayakan tahun baru di Equador. Selain membuat boneka besar sebagai simbol dari tahun yang telah berlalu, ada satu acara yang lebih unik lagi yaitu para pemudanya berdandan seperti wanita. Dengan dandanan seperti itu pula mereka turun ke jalan dan beraksi seperti menari-nari serta berusaha untuk menarik perhatian publik. Hal ini dapat dilihat di video diatas pada menit 1:57 sampai 2:57. Ternyata para pemuda itu sedang berperan sebagai janda yang ditinggalkan oleh suaminya dan harus meminta-minta uang. Suami itu adalah lambang dari  tahun yang telah berlalu.

Jadi selain perayaan Halloween yang populer di Amerika Serikat yang sangat kondusif untuk bercrossdressing, ternyata ada juga cara bercrossdressing di Equador dalam rangka menyambut tahun baru. Coba kalau di Indonesia,  bisa-bisa di razia polisi.