Ini adalah lanjutan dari kisah sebelumnya yang berakhir dengan croott !! Setelah itu pandangan Kiko jadi gelap. Tau-tau Kiko sudah berbaring
telentang di ranjang dengan masih memakai pakaian kain kebaya lengkap
dengan sanggulnya yang sudah kendor. Dirasakannya seluruh badannya
terasa sakit semua. Digerak-gerakkannya kadua kaki Kiko, ternyata tidak
terikat. Kemudian dia menoleh ke kiri dan ke kanan, tangannya juga
sudah tidak terikat. Setelah itu ia sedikit bangun dan melihat ke arah
senjatanya. Ternyata air maninya sudah kemana-mana mengenai kain batik.
Serta merta ia bangun dari tempat tidur, karena merasa jijik. Bukan
hanya karena air maninya yang tumpah dan berbau. Tapi juga jijik
terhadap dirinya sendiri yang merasa seperti banci. Suatu perasaan yang
selalu menghinggapi Kiko begitu selesai melewati puncak orgasme dengan
memakai kain kebaya .
Tapi begitu sudah berdiri di samping
ranjang, Kiko baru sadar kalau ternyata isterinya mengamatinya sejak
tadi dari luar bersama beberapa temannya yang tadi mengerjainya. Sri
dan teman-temannya pun beranjak pergi begitu mengetahui Kiko bangun dari
tempat tidur. Setelah menghilang dari pandangan Kiko, Sri masih menanti
apa yang akan diperbuat Kiko. Apakah Kiko akan segera berganti pakaian
dengan pakaian Kiko sendiri atau tetap memakai kain kebaya yang sudah
terkena air maninya.
Sebentar kemudian Sri masuk kembali ke
kamarnya dan mendapati suaminya sudah melepas semua pakaiannya dan
selesai membersihkan diri serta hanya memakai celana dalam. Kiko sedang
membuka lemari pakaian dan mengambil kaosnya sendiri. Sri segera berkata
dengan lembut dan merayu, "Yaang, kamu mau pakai kain kebaya lagi nggak
? Sini aku bantu pakaikan ! Tuh temen-temenku sudah nunggu diluar. Kita
main-main lagi yuk ! Seneng kan jadi yang paling cantik diantara
cewek-cewek cantik. Tau nggak, kamu paling anggun lho kalau pakai kain
kebaya diantara kita semua. Paling feminin diantara kita semua".
Dihampirinya Kiko dan Sri memeluknya dari belakang serta merebut kaos
yang dipegang Kiko. Tapi Kiko buru-buru menggelengkan kepala. Ia kapok,
badannya capai dan babak belur. Sri berusaha menggeret Kiko menuju
lemarinya yang berisi kain batik dan kebaya, tapi Kiko menjejakkan
kakinya kuat-kuat ke lantai dan terus menggeleng hingga akhirnya Sri
berkata, "Betul, mggak mau lagi nih ? Nggak nyesel, nanti nyesel lho
kamu. Lha wong enak kayak gini kok ditolak" Sri pun keluar kamar sambil
ngomel, "Banci, banci. Baru main sekali saja sudah kapok. Dasar pengecut
! ". Sebentar kemudian terdengar suara mobil meninggalkan rumah mereka.
Itu adalah mobil teman-teman Sri. Setelah peristiwa itu Sri jadi yakin
kalau suaminya kapok.
Beberapa lama setelah kejadian itu Sri dan
Kiko harus menghadiri acara pernikahan keluarga dekat mereka. Sri pun
memakai kain kebaya. Sri senang mendapat kesempatan memakai pakaian itu
diluar rumah. Ia pun berdandan dengan cantiknya. Kain batik yang
dipakainya diwiru dan dipakainya dengan singsetnya. Tak ketinggalan
rambutnya disanggul dengan konde yang besar. Sri melihat suaminya
berulang kali menatapnya dari atas ke bawah. Perasaan Sri jadi bingung
antara mengharapkan suaminya mencumbunya lagi dengan gairah yang
berapi-api dan kuatir jangan-jangan kebrutalan atau kelainan suaminya
jadi kambuh lagi. Syukurlah begitu sampai dirumah, suaminya tidak
berlaku macam-macam terhadapnya. Tapi disamping itu ia juga kecewa,
karena suaminya tidak mau mencumbunya dan bergairah kepadanya.
Tak
lama sesudah Sri dan Kiko pergi kondangan, tiba-tiba Kiko menanyakan
dokumentasi dari teman-teman Sri sewaktu ia jadi submissive dulu. Sri
pun jadi was-was. Jangan-jangan lantaran melihat aku memakai kain
kebaya, kelainannya kumat lagi. Sesudah itu Sri juga memergoki dari
belakang Kiko sedang melihat-lihat foto-foto wanita cantik pakai kain
kebaya di gadgetnya.
Kiko memang masih tergila-gila kain kebaya
dan juga masih ingin memakainya. Peristiwa ia kepergok isterinya sedang
melihat-lihat foto-foto wanita berkain kebaya di gadgetnya ternyata di
sengaja dengan maksud memancing-mancing isterinya. Siapa tahu isterinya
bisa jadi jengkel, marah dan kembali memaksanya memakai kain kebaya
serta mengundang teman-temannya. Peristiwa yang selalu dikenangnya.
Dimana ia dipermalukan, ditawan dan dikasari oleh isterinya serta
disiksa dan dilihat oleh teman-teman isterinya yang cantik-cantik.
Betapa malu, tidak berdaya dan tersiksa serta teraniayanya dirinya. Tapi
dibalik semuanya itu justru timbul kepasrahan dan kesenangan serta
kebahagiaan yang luar biasa bagi Kiko. Walaupun harus berakhir dengan
pingsannya dirinya.
Sebaliknya kesimpulan Sri berbeda, ia berpikir
kalau suaminya betul-betul sudah kapok memakai kain kebaya. Karena hal
ini bisa memancing dirinya untuk bertindak kasar, bahkan
mempermalukannya di depan teman-temannya. Sekalipun suaminya masih
tertarik waktu melihat dirinya memakai kain kebaya lagi, tapi ternyata
suaminya tidak berani lagi bertindak brutal kepadanya. Kesukaan Kiko
akan kain kebaya hanya sebatas memandanginya saja seperti yang Kiko
lakukan dengan melihat-lihat foto-foto wanita-wanita berkain kebaya di
gadgetnya.
Hingga akhirnya suatu hari Kiko mendekati Sri dan
berkata dengan kikuk serta terbata-bata, "Sri". Sri hanya berkata,
"heem" tanpa menoleh. Kiko mengulangi lagi, "Sri, Sri". Isterinya jadi
agak jengkel, karena tidak biasanya Kiko memanggilnya berulang-ulang
sebelum mulai berbicara kepadanya. Sri jadi mulai curiga jangan-jangan
ada maksud tertentu. Sri lalu menoleh sambil berkata, "Ada apa sih ?".
Kiko lalu mulai berkata dengan kikuk dan suara pelan serta wajahnya
tidak berani menatap isterinya. "Kamu dulu kan pernah nawari aku mau
pakai kain kebaya lagi nggak, ya kan ?". Sri berlagak bodoh atau memang
lupa dengan perkataan yang pernah diucapkannya dulu dan bertanya, "Apa ?
Kapan ?" sanbil memandang wajah Kiko. Kiko yang dipandang dengan
tatapan mata tajam jadi keder dan mengkeret. Ia menundukkan kepalanya.
Sri setengah tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan dari
mulut suaminya. Sri berkata, "Coba kamu ulangi ucapanmu barusan". Kiko
jadi takut. Ia tidak segera mengulangi ucapannya barusan. Tapi Sri masih
terus menatapnya dan menunggu Kiko. Kiko pun dengan takut-takut
mengulangi ucapannya, "Kamu dulu kan pernah nawari aku mau pakai kain
kebaya lagi nggak". Sri bertanya, "Kapan itu ?". Kiko menjawab, "Itu
waktu ada temen-temen kamu yang ngambil video sama foto aku",
Mendadak
sontak terperanjat kagetlah Sri. Ia serta merta bengkit berdiri dari
duduknya dan berkacak pinggang. Mukanya merah padam menahan amarah, ia
berkata, "Haah ??!!". Sri berpikir dalam hati, ternyata kesimpulannya
selama ini salah. Kesimpulan kalau suaminya sudah kapok untuk memakai
kain kebaya lagi, karena bisa mendatangkan kemarahan Sri dan sekaligus
mendatangkan petaka bagi diri Kiko. Ditahannya emosinya dan Sri berkata
dengan tenang, "Oh, jadi kamu masih kepingin pakai kain kebaya lagi ya
?". Kiko mangangguk-angguk tapi tidak berani memandang wajah Sri. Sri
melanjutkan, " Kenapa dulu kamu menolak waktu aku tawari ?". Kiko diam
tidak menjawab. Tapi dalam hati Kiko berkata, lha wong badan sudah
hancur babak belur remuk redam masih ditawari. Kan perlu waktu untuk
beristirahat dan recovery. Kiko mau mengucapkan apa yang ada didalam
hatinya, tapi tidak berani dan tidak keluar dari mulutnya. Lalu Sri
meninggalkan Kiko di ruangan itu.
Sri pergi ke ruangan lain dan
Kiko tidak berani mengikutinya. Ia duduk di sofa dan diselonjorkannya
kedua kakinya di meja di depannya. Pikirannya kalut. Tobat ! tobat !
Tobil anak kadal ! Nék watuk iso ditambani, nék watak digowo mati.
Pikirannya buntu memikirkan jalan keluar bagi suaminya dari kelainan
yang dideritanya.
Keesokan harinya ia mengkontak teman-teman
kelompok BDSMnya Lesbi. Ia berkata kalau suaminya tidak kapok tapi
sepertinya malah kecanduan. Lesbi lalu mengutarakan usulnya yaitu sekali
lagi menjadikan Kiko sebagai submissive, tapi dengan tingkat kesulitan
yang lebih berat dan ia juga akan membawa teman-teman prianya.
Teman-teman pria ini yang diharapkan akan membangkitkan kesadaran Kiko
akan kelainan yang diidapnya.
Sri tidak segera menjawab usul itu.
Tapi ia menimbang-nimbang. Apakah akan dipaksanya konsultasi ke
psikiater atau menerima usulan Lesbi. Atau apakah Sri harus menerima
suaminya seperti apa adanya sekarang ini. Tapi Sri terlalu bingung untuk
memutuskannya sendiri. Untuk itu Sri kembali menulis di internet berupa
permintaan saran akan apa yang sebaiknya dilakukan untuk menyembuhkan
suaminya dari kelainan yang dideritanya. Permintaan saran itu juga
disampaikannya kepada penulis.
Nah, sidang pembaca yang budiman.
Anda sudah mengetahui kalau seorang ibu rumah tangga meminta sumbang
saran dari anda semua. Langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menyembuhkan seorang suami yang mengidap kelainan. Sujari Sisri menanti
sumbang saran anda. Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih.
Selasa, 09 September 2014
Kiko Sujaryanto 6
Label:
BDSM
,
bondage
,
crossdresser
,
jarik
,
kain batik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
transgender
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar