Perkenalkan, namaku Sumi Sylvia. Aku seorang gadis yang masih hijau dan muda belia. Aku suka manja terhadap kakak dan mamaku.
Ah, mumpung sekarang aku lagi nggak diikat-ikat tangan sama kakiku, aku mau bergaya dulu kayak model. Kalau gini kan enak. Jadi model bisa bergaya bebas dan luwes tanpa diikat-ikat. Masak jadi model diikat-ikat dulu tangan sama kakinya terus disuruh bergaya. Mana bisa luwes. Kakakku sih gara-garanya. Dia menjebakku bersama teman-temannya. Tapi habis itu dia sendiri juga dikerjai teman-temannya. Syukurin deh, kakak.
Semenjak aku memakai kain kebaya di suatu resepsi karena terpaksa dan kemudian menjadi among tamu di pernikahan saudaraku, aku menerima banyak tawaran untuk menjadi model rias tradisional. Tapi aku takut kalau sampai ketahuan kakak sama teman-temannya . Bisa-bisa mereka akan memaksa aku menjadi model submissive lagi.
Sekarang aku dalam kontradiksi hati apakah akan menerima tawaran itu ataukah akan menolaknya. Situasisasi dan kondisisasi ini sekontradiksi hatiku akan pakaian kain kebaya. Pakaian yang kata mama harus kucintai, karena merupakan busana nasional bangsa kita.
Tapi begitu memakainya aku laksana seperti terpenjara. Aku tidak bisa bebas bernafas dan tidak bisa makan-minum seenaknya, sebab badanku terlilit oleh kencangnya stagen. Kakiku tidak bebas lagi melangkah, melainkan harus mematuhi norma-norma sebagai gadis Jawa yang sopan santun dan lemah gemulai. Kalau kebelet pipis, tidak bisa tidak harus ditahan kalau tidak mau ngulang pakai kain kebaya lagi. Apa pakai pampers dewasa dulu kali ya enaknya. Sekalian biar pantat bisa semakin tambah bahenol. Belum lagi kata orang yang tidak suka kebaya, bisa-bisa aku ditertawai dan dikatai sebagai orang udik, kayak ibu-ibu.
Tapi memang iya sih, begitu aku pakai kain kebaya dan berkaca, aku sendiri pangling akan diriku. Tubuhku menjadi aduhai. Lekuk tubuhku menjadi terlihat jelas oleh ketatnya kain dan kebaya. Payudaraku bisa naik, karena stagen yang dililitkan dengan kencang dipinggang dan perut. Pinggangku juga bisa menjadi ramping. Demikian juga dengan pantatku bisa naik tinggi, karena kain yang melingkar ketat dikakiku.
Memang betul juga sih kalau aku pakai kain kebaya, aku terlihat lebih anggun dan lebih dewasa serta tentu saja lebih cantik daripada waktu aku memakai pakaian casual macam kaos dan jeans. Tidak salah memang kata kakak kalau aku lebih cantik pakai kain kebaya entah ia berkata jujur atau bohong sekedar untuk membujukku waktu kami dulu rebutan untuk memakai straples mini dress daripada memakai kain kebaya. Jadi kalau kupikir-pikir aku harus berterimakasih juga karena aku kalah dan terpaksa harus memakai kain kebaya.
Aku ingat betul waktu pergi resepsi dulu bersama kakakku, orang-orang lain memandang aku dari atas sampai kebawah dari kepala sampai ke ujung kaki dan berbisik-bisik satu sama lain serta sebentar-bentar memandang ke arahku. Aku seperti orang udik, aku jadi grogi, malu dan salah tingkah. Kalau kakak sih enak dulu pakai straples mini dress. Lagi pula di resepsi itu sejauh mataku memandang tidak ada orang lain yang memakai kain kebaya, kecuali beberapa orang ibu-ibu. Tapi justru karena itulah aku mendapat tawaran untuk menjadi model rias tradisional.
Terus terang aku malu untuk mengakui hal ini dihadapan kakakku, karena ia adalah seorang gadis yang sangat modern dan kebarat-baratan. Apa katanya nanti jika mengetahui adiknya suka pakaian tradisional Jawa. Aku juga takut untuk mengakuinya dihadapan kakakku, karena bisa-bisa ia akan menjebak dan memaksa aku menjadi model submissive lagi.
Sementara mama terus menerus mewejangi aku dan kakakku supaya kami belajar mencintai busana tradisional kami. Tapi kakak kelihatannya cuek dan tidak mau memberi contoh kepada adiknya mengenai kecintaan akan busana ini. Yah bagaimana ini ? Kalau aku menuruti kemauan mama, kakak akan mengejekku dan mungkin juga memanfaatkanku sebagai model submissive. Kalau aku tidak menuruti kemauan mama, aku sendiri kepingin juga tampil lebih cantik, anggun dan dewasa. Kontradiksi hati, bagaimanakah caranya menuju harmonisisasi ?
Perkenalkan namaku Domina Nancy. Aku seorang gadis yang sangat terbuka terhadap kemajuan jaman dan tidak takut akan era globalisasi. Orang lain yang melihat hubunganku dengan adikku ada yang mengatakan kalau aku mendominasi adikku, tapi aku tidak merasa berbuat seperti itu. Aku sangat menyayangi adikku.
Sebagai seorang gadis yang hidup di jaman modern sekarang ini tentu saja aku selalu memakai busana-busana modern yang mengikuti jaman. Walaupun tentu saja harus kusesuaikan dengan bentuk postur tubuhku agar aku tidak menjadi korban mode dan tercipta harmonisisasi serta tidak terjadi kontradiksisisasi.
Aku sangat mencintai dan menghormati mamaku. Tapi mamaku adalah seorang yang sangat memegang teguh norma-norma adat istiadat dan konservatif, juga dalam hal busana. Ia selalu mewejangi dan mengingatkan kami agar kami bisa mencintai busana tradisional dan sekaligus busana nasional bangsa kita yaitu kain kebaya.
Memang betul kata mama, bangsa yang kuat adalah bangsa yang memegang teguh adat istiadatnya dan suatu bangsa akan seperti tumbuhan yang tercabut dari akarnya bila melupakan adat istiadatnya. Memang betul pula dulu waktu aku terpaksa memakai kain kebaya di hari wisudaku dan waktu menjadi among tamu, aku terlihat sangat berbeda bila dibandingkan waktu memakai busana-busana modern. Lebih njawani dan lebih tradisional.
Tapi aku ? Seorang gadis metropolis modern harus memakai kain kebaya tradisional ? No way ! Enggak déh, biar adikku saja yang memakainya. Dia mungkin saja cocok dengan busana itu. Dia kan seorang gadis yang masih hijau, lugu, manja, lemah, suka merajuk dan tidak bisa mandiri serta selalu bergantung pada kakak dan mamanya. Sesuai dengan pakaian kain kebaya yang membuat orang sulit untuk bergerak dengan bebas dan mandiri. Sekalian saja nanti aku jadikan dia model submissive, soalnya memang sesuai sudah antara sifat adikku dan pakaiannya. Jadi untuk adikku, pesanku turutilah kata mama. Belajarlah mencintai busana tradisional Jawa, nanti jika ada kesempatan dan waktu yang tepat aku akan mengorbitkanmu sebagai seorang model. Model submissive !
Anda semua boleh mentertawai aku, karena paling tidak aku akhirnya terpaksa harus memakai kain kebaya juga sampai 2 kali. Tapi itu semata-mata karena aku menghormati mamaku. Dan biarpun telingaku sampai panas, karena diwejangi mama untuk belajar mencintai kain kebaya. Aku akan tetap menolak dan teguh pada pendirianku.
Anda juga boleh mentertawai aku, karena kebodohanku aku sampai 2 kali dikerjai jadi model submissive. Tapi untuk yang selanjutnya aku tidak akan mau lagi jadi model submissive.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar