Ini adalah lanjutan dari kisah Domina dan Sumi dimana Sumi akhirnya tertangkap basah oleh kakak dan ibuya ketika sedang berdandan dengan kain kebaya secara sembunyi-sembunyi.
Ternyata
teman-teman Domina pulang lebih dahulu daripada teman-teman ibunya.
Maka tenanglah hati Sumi begitu tamu-tamu kakaknya pulang semua. Tapi
tak lama kemudian ibunya juga pergi setelah sebelumnya berpesan kepada
anak-anaknya, "Mama pergi dulu ya. Ina, kamu jangan apa-apain lagi
adikmu. Sumi kalau kamu masih pingin pakai kain kebaya mama, pakai saja
terus". Setelah itu pergilah ia.
Sumi pun masuk ke kamar. Tapi tak
lama kemudian kakaknya menyusul ke kamar sambil membawa tali dan
berkata kepada Sumi yang masih rebahan di ranjang dengan tetap memakai
kain kebaya, "Sumi, permainan kita belum selesai. Dik, kamu sekarang
tengkurap". Domina berusaha menelungkupkan tubuh Sumi. Tapi Sumi
menolak dan dengan sengaja malah tidur terlentang sambil membentangkan
kedua tangannya lebar-lebar. Domina jadi geregetan, "Ayo, dik. Kamu ini
gimana sih, disuruh tengkurap malah terlentang. Dik, kalau terlentang
nanti sanggulmu rusak". Kakaknya mencoba mengakali adiknya. Tapi Sumi
menjawab dengan ogah-ogahan dan manja serta merajuk, "Biarin, sanggul
Sumi rusak... Kak, Sumi ini baru capai. Sumi mau tiduran. Mainannya tadi
kan sudah". Kakaknya menjawab, "Belum selesai, dik. Tadi kan baru
setengah jalan, tau-tau mama sudah pulang". Domina dengan terpaksa
menggulingkan tubuh Sumi ke samping hingga Sumi berbaring dengan posisi
tubuh miring. Tapi tangan Sumi yang sebelah jadi tertindih oleh badannya
dan masih berada di depan, kakaknya jadi semakin geregetan, katanya,
"Dik, ke belakang kan tanganmu yang sebelah". Tapi Sumi tetap diam dan
tidak bergerak sedikitpun. Maka kakaknya menarik tangan Sumi yang masih
dimuka,, mengangkat pinggang Sumi sedikit dan melewatkan tangan Sumi
melalui badannya ke belakang tubuh Sumi. Kemudian Domina menelungkupkan
tubuh Sumi.
Berhasil
lah Domina membuat tubuh Sumi tengkurap. Tapi ketika kedua tangan Sumi
hendak disatukan untuk diikat, Sumi dengan sengaja menggerak-gerakkan
kedua tangannya sehingga sulit untuk diikat. Keadaan ini berlangsung
cukup lama hingga membuat Domina jengkel. Maka ditaboklah pantat Sumi
beberapa kali. Barulah Sumi tidak bertingkah lagi dan tangan Sumi pun
berhasil diikat.
Kamudian
Domina mulai mengikat kedua kaki Sumi, tapi Sumi mulai bertingkah
dengan menjejak-jejakkan kedua kakinya dan tertawa-tawa mengejek
kakaknya. Maka marahlah Domina. Sumi tidak mengetahui hal ini, karena ia
dalam posisi tengkurap dan ia tidak menoleh sedikitpun. Tapi karena
kaki Sumi terbalut oleh kain wiron yang sempit, maka kakaknya tidak
begitu mengalami kesulitan untuk menangkap kedua kaki Sumi. Setelah ia
berhasil mengikat kedua kaki Sumi. Domina pun pergi keluar kamar, tapi
sebentar kemudian ia datang lagi dengan membawa mistar panjang.
Sumi
sama sekali tidak mengetahui hal ini, ia masih tertawa-tawa geli.
Karena pikirnya ia berhasil membuat kakaknya dongkol dan mempersulit
kakaknya untuk mengikat dirinya. Domina duduk diatas kedua kaki Sumi
dengan maksud supaya Sumi tidak bisa menjejakkan kakinya. Dan
tiba-tiba, plak ! plak ! plak ! Domina menyabetkan mistarnya ke pantat
Sumi sambil berkata, "Dasar, anak nakal ! Anak bandel ! Rasain sekarang
akibatnya kalau melawan kakak !". Sumi kaget dan kesakitan, ia
berteriak, "Ampun, kak ! Jangan sabet Sumi !" Ia mengulangi perkataan
itu beberapa kali sebelum akhirnya menangis.
Domina
berhenti menyabet Sumi, kemudian dia mengikat kaki dan tangan Sumi
dalam posisi hogtied. Sebentar kemudian ia telah selesai mengikat Sumi
dalam posisi hogtied, karena Sumi sama sekali tidak melawan dan masih
terus menangis sesenggrukan.
Sesudah itu barulah Domina jadi sadar
dan mendekati Sumi serta menenangkannya. Katanya, "Dik, jangan nangis
terus dong. Kan kakak tadi nyabetnya cuma pakai mistar. Terus pantat
kamu kan juga ketutup sama jarik. Jadinya kan nggak sakit banget.
Paling cuma sakit sedikit". Ia mengelus-elus adiknya dan mengusap-usap
pantat Sumi serta kemudian berusaha mencium pipi Sumi. Tapi Sumi
memalingkan wajahnya ke sebelah yang lain. Hingga kakaknya kemudian
berpindah ke sisi yang lain, karena bermaksud menciumnya. Tapi sekali
lagi adiknya memalingkan mukanya ke sisi yang lain. Domina kemudian
berkata, "Menoleh ke sini dong, kakak mau cium kamu boleh kan ?".
Adiknya merajuk, "Kakak jahat ! Sumi nggak mau di cium sama kakak".
Kakaknya menjawab, "Nanti kakak beliin kamu kebaya sama kain batik.
Pakaian-pakaian baru" dan berpindah ke sisi yang lain. Tapi Sumi
memalingkan wajahnya lagi. Domina ikut berpindah ke sisi Sumi
memalingkan wajahnya, "Bilang, dong. Kamu mau minta apa, dik ? ". Sumi
memalingkan wajahnya lagi. Domina pun kembali berpindah ke sisi Sumi
memalingkan wajahnya. Tapi sekali lagi Sumi memalingkan wajahnya ke arah
lain sambil berkata, "Nggak boleh. Kakak nggak boleh cium Sumi !".
Domina menjawab, "Dik, bilang dong kamu mau minta apa ?" dan mengikuti
ke sisi Sumi memalingkan wajahnya. Tapi Sumi memalingkan wajahnya lagi.
"Apa kamu mau main ci luk ba sama kakak ya ?". Domina melihat Sumi
sekilas tersenyum, tapi Sumi berusaha menyembunyikan senyumnya. Domina
kemudian dengan cepat berpindah ke sisi Sumi memalingkan wajahnya sambil
berkata "Ci luk ba !". Domina dapat akal dan menggelitik ketiak Sumi.
Sumi pun jadi geli dan sebentar kemudian ia tidak bisa menahan tawanya.
Sumi kemudian berkata sambil tertawa, "Aku mau merias kakak pakai kain
kebaya !". Kakaknya rupanya sudah tidak perhatian lagi dengan perkataan
adiknya, karena ia sibuk menggelitiki adiknya. Maka dengan sambil lalu
Domina mengiyakan perkataan adiknya tanpa berpikir panjang.
Merasa
kalau ia dapat membuat adiknya berhenti menangis dan ngambek serta
membuat adiknya tertawa-tawa, maka Domina semakin keras menggeilitik
tubuh Sumi. Tidak hanya ketiak, tapi juga telapak kakinya dan
bagian-bagian tubuh Sumi yang lain. Sumi jadi tertawa tergelak-gelak.
Domina kemudian berhenti menggelitik. Ia mendekati wajah Sumi dan
mencium pipinya. Kemudian ia berpindah ke sisi yang lain dan kembali
menciumnya. "Kamu memang adik kakak yang paling manis dan paling manja
tapi juga paling bandel", katanya sambil menabok pantat Sumi. Domina
kemudian keluar kamar.
Sebentar kemudian ia kembali lagi dengan
minuman dan sedotan. Domina kemudian duduk di pinggir ranjang sambil
memangku badan Sumi mulai dari bagian pinggang ke atas ke atas
pangkuannya. Ia memberinya minum sambil berkata, "Dik, minum susu yang
banyak ya dik. Biar cepat besar. Habis minum, terus tidur ya dik".
Kemudian ia bersenandung sambil menepuk-nepuk pantat Sumi, "Pok
ame-ame, belalang kupu-kupu. Siang makan nasi, kalau malam minum susu".
Sumi jadi geli dan tertawa. Ia pun minum dengan sedotan. Katanya, "Masak
Sumi harus bilang oék oék".
Domina
lalu berkata, "Enak kan, dik. Dipangku kakak sambil minum". Kemudian
Domina kembali meletakkan Sumi ke ranjang dalam keadaan telungkup,
karena masih di hogtied. Katanya, "Sekarang kamu tidur". Sumi menjawab,
"Ya, kakak. Gimana mau tidur kalau di hogtied kayak gini. Lepasin dong,
kak". Domina berpikir sejenak, kemudian melepaskan ikatan hogtied dan
ikatan tangan serta kaki Sumi. Karena kuatir adiknya ngambek lagi dan
juga kuatir ibu mereka akan pulang.
Minggu, 20 Oktober 2013
Terlanjur basah
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
Terlanjur basah
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar