Inilah lanjutan kisah Domina dan Sumi. Setelah Domina didandani Sumi dengan pakaian kain kebaya
dan berakhir dengan Domina dihukum diikat tangannya setelah sebelumnya
terjadi keributan antara keduanya dan Domina memukuli adiknya.
Setelah
Domina terikat dengan tangan di belakang dan bersimpuh di lantai,
ayahnya meninggalkannya. Tapi ibu dan Sumi masih didekat Domina. Sumi
menetes air matanya dan berkata, "Ma, sebetulnya kakak tidak suka pakai
kain kebaya. Sumi yang maksa dia". Sumi lalu bersimpuh di kaki kakaknya
dan berkata, "Maafkan Sumi, ya kak". Kakaknya hanya diam saja. Ibunya
jadi tercengang lalu berkata, "Lantas kenapa kamu ngikat adikmu sama
mukuli dia sampai kayak gitu ?". Domina tetap diam tidak bisa menjawab.
Ibunya menyambung lagi, "Kalau kamu ngiket sama mukuli adikmu lantaran
tidak mau pakai kain kebaya sama dijadikan model, kamu salah Ina. Lagi
pula seperti yang mama bilang kamu berdua memang harus belajar mencintai
busana nasional kita sendiri. Sekarang mama tanya sama kamu sekali lagi
dan kamu jawab yang jujur tanpa terpaksa. Mama tidak akan marah atau
menghukum kamu jika kamu menolak". Ibunya diam sebentar, kemudian
bertanya kapada Domina, "Apa kamu bersedia mama jadikan model rias
tradisional ?". Domina jadi ragu-ragu apakah ia akan menolak atau
menyanggupinya. Tapi karena ia hormat akan ibunya, maka ia mengangguk.
Kemudian ibu dan adiknya memeluk dan menciumnya.Setelah itu ibunya
meminta kepada suaminya supaya melepaskan Domina dari ikatannya. Ayahnya
lalu membolehkan istrinya melepaskan ikatan tali Domina.
Beberapa
hari kemudian, tibalah saatnya Domina akan dirias. Pagi harinya sang
ibu dan Sumi sudah memakai kain kebaya. Tapi Domina masih memakai rok
dan baru akan memakai kain kebaya di tempat acara peragaan tata rias
tradisional. Domina yang melihat adiknya memakai kain kebaya, jadi
timbul nafsunya untuk menjadikannya submissive. Ia pun berpikir
bagaimana caranya. Sempat kepikiran kalau ia akan mengerjai adiknya
sepulang dari acara.
Di tempat acara berlangsung, Domina seperti
merasa tersiksa dan merasakan waktu berlalu dengan sangat lambat. Di
pendamnya perasaan tidak suka, jengkel dan terpaksa. Ia pun juga masih
harus mengatasi rasa malu dan grogi. Wajahnya dipaksakannya untuk
tersenyum manis. Meskipun dalam hatinya berkata kalau ia sedang apes.
Biasanya mengerjai orang lain sebagai submissive dan mengambil foto-foto
submissive, sekarang harus memakai pakaian kain kebaya yang menurut
pikirannya hanya cocok untuk seorang submissive. Itu pun ditonton oleh
orang banyak. Sesudah itu ia pun masih harus di sanggul dan di makeup
wajahnya. Menurutnya ini seperti humiliation atau dipermalukan di depan
umum kalau di dalam permainan bondage. Di dalam hatinya timbul pikiran
menyalahkan adiknya yang menjerumuskannya menjadi model seperti
sekarang ini. Kalau saja ia tidak ceroboh dan asal mengiyakan serta
memperhatikan apa yang diminta dan dikatakan adiknya bahwa adiknya
ingin mendandaninya dengan kain kebaya, tentu ia tidak akan mengalami
hal ini.
Tapi syukurlah acara berlangsung dengan lancar dan aman.
Ibu dan kedua anaknya sudah bersiap-siap pulang. Domina masih memakai
kain kebaya. Tiba-tiba datanglah awal masalah. Ternyata Mini juga
diundang ke acara itu oleh ibunya. Ketika ibu dan kedua anaknya bersiap
pulang, Mini dan beberapa temannya datang dan menyalami ibu serta
adiknya. Ibunya berkata, "Ini Mini yang mama rias dulu waktu wisudanya.
Dia mama undang ke acara ini biar bisa tau banyak soal tata rias
tradisional".Domina jadi was-was dan tegang. Kemudian karena Mini dan
Domina terlibat percakapan, maka sang ibu memotong dengan berkata, "Ina,
kamu boleh main dulu sama teman-temanmu. Ini tas berisi pakaianmu. Mama
mau pulang bersama adikmu". Diulurkannya tas itu, tapi teman Mini yang
menerimanya sambil berkata, "Biar saya bawakan, Ina kan ribet soalnya
pakai kain". Domina hendak merebut tas itu, tapi tangannya dipegangi
oleh temannya yang lain. Domina sudah merasa kalau ia bakal ganti
dikerjai oleh Mini, maka akhirnya ia berkata, "Ma, Ina mau pulang sama
mama saja". Tapi ibunya malah berkata, "Ina, tidak usah buru-buru. Kamu
ngobrol dulu sama mereka". Sang ibu pun bergegas meninggalkan Domina
bersama teman-temannya.
Sumi yang tahu kakaknya dalam situasi
terjebak jadi bingung sendiri. Mau menemani dan menolong kakaknya, tapi
ia sendiri juga sedang pakai kain kebaya. Bisa-bisa ia juga dijadikan
model submissive sekalian. Sumi sempat menoleh ke belakang kepada
kakaknya dan berkata, "kakak...". Ibunya kemudian memotong perkataannya
dan berkata, "Apa kamu mau main sama mereka ?". Sumi serba salah dan
bingung. Ia kemudian menggeleng. Tapi ia sempat melihat kedua tangan
kakaknya dipegangi oleh teman-temannya dan mereka membawanya dengan
cepat-cepat.
Di dalam mobil temannya, Domina berusaha merebut
tasnya. Tapi kedua temannya yang duduk disebelah kanan dan kirinya
mencegahnya. Karena Domina terus menerus berusaha merebut tas itu, maka
mereka mengikat tangan Domina ke belakang punggungnya.
Mini yang
duduk di kursi depan menoleh ke belakang dan berkata, " Ina, permainan
kita sudah dimulai". Kemudian Mini berkata kepada temannya yang duduk
disebelah Domina, "Sist, beri dia minuman penyambutan". Temannya yang
duduk disebelahnya kemudian mengunjukkan minuman kaleng ke mulut Domina,
tapi Domina tidak bernafsu. Karena ia ingat apa yang pernah ia lakukan
kepada Mini. Sementara Mini dan teman-teman yang lainnya sudah
memegangi minuman kaleng dan bersiap untuk meminumnya. Mini berkata
kepada Domina, "Betulan nggak mau minum nih ?". Domina diam saja. Dari
tadi wajahnya cemberut. Mini kemudian mengomando teman-temannya, "Mari
kita bersulang untuk teman kita, Domina. Yang hari ini berdandan cantik
bak putri Solo. Cheers !". Mereka bersulang dan meminumnya. Sekali lagi
Mini mengejek Domina, "Ah, segar rasanya. Haus jadi hilang". Kemudian ia
mengunjukkan kaleng minumannya ke mulut Domina dan memiringkannya ke
mulut Domina. Kemudian Mini berkata, "O-oh, sorry sudah kosong. Habis
kamu nggak mau sih". Mini melanjutkan ledekannya, "Gimana rasanya jadi
model tata rias tradisional. Enak ya ? Anggun banget lho kamu kalau
pakai kain kebaya kayak gitu. Gandes luwes, neng" Ia pun mencubit
sebelah pipi Domina. Domina jadi semakin cemberut mukanya. Tapi Mini
masih menambahi lagi, "Non, kapan-kapan kalau jadi model tata rias
tradisional lagi kita dikabari ya non". Domina menjawab dalam hati,
"Amit-amit. Nggak lagi-lagi déh. Emang aku suka pakai pakaian kayak
gini".
Tak lama kemudian sampailah mereka disebuah rumah salah
seorang dari mereka. Ternyata di teras depan ada undak-undakannya yang
cukup tinggi. Domina jadi ngeri. Pikirnya naik tangga pakai kain jarik
saja sudah sulit., apalagi sekarang ditambah tangannya diikat ke
belakang. Tapi kalau ia minta supaya tangannya dilepas dari ikatannya,
Mini tentu saja tidak menggubrisnya. Jadilah Domina berdiri
termangu-mangu di depan undak-undakan. Teman-temannya pun bekata, "Ayo,
naik dong, néng. Jangan cuma diam ngambek disitu". Akhirnya dengan
sangat perlahan-lahan Domina menaiki anak tangga satu demi satu.
Kepalanya menunduk ke bawah, matanya memperhatikan tiap anak tangga.
Setiap melangkahi anak tangga, jalannya miring. Sehabis menaiki satu
anak tangga, badannya lurus ke depan terlebih dahulu dan kemudian miring
ke samping lagi dan melangkah. Begitulah terus dilakukannya sampai ke
atas. Untung ia tidak kesandung anak tangga. Sesampai di atas, ia
ditepuki oleh teman-temannya. Kali ini Domina tidak bisa menahan
senyumnya. Ia tersenyum lantaran pikirnya teman-temannya seperti habis
melihat sirkus akrobatik. Tapi menurutnya ia memang .betul-betul habis
melakukan pekerjaan yang sulit yaitu naik tangga dengan terikat ke
belakang dan memakai kain jarik. Sempat kepikiran dalam hati Domina
bahwa ia cukup beruntung, karena beberapa hari sebelumnya ia sudah
pernah naik tangga sambil pakai kain jarik dirumahnya sendiri. Kemudian
Mini berkata, "Duh, duh, duh... Jalannya pelan amat persis putri Solo
kesiangan. Kenapa non ? Takut kalau jatuh ya ? Takut kesandung
undak-undakan apa takut kesrimpet jarik kamu ? Jangan takut, non. Kalau
kamu kesandung apa mau jatuh kita semua siap menopang kamu sebelum kamu
jatuh. Kamu kan bintang kita hari ini. Masak kita nggak mensupport
kamu".
Masuklah
mereka ke dalam rumah. Mereka membawanya ke ruang cuci, maka tahulah
Domina bahwa pakaian gantinya yang berupa rok akan disiram air seperti
yang ia perbuat terhadap pakaian Mini . Mini segera berkata sambil
membuka tas yang berisi pakaian Domina, "Ina sayang, kita baru baik hati
hari ini. Kamu tentu tidak keberatan kan kalau pakaianmu kami cuci
gratis tanpa bayar daripada kamu harus ke laundry". Dan ia memasukkan
pakaian Domina ke mesin cuci. Hilang sudah harapan Domina untuk bisa
segera pulang dengan pakaian itu.
Kemudian mereka membawa Domina
ke ruang olahraga. Mini berkata, "Non, hari ini kita semua mau olahraga.
Kamu juga. biar sehat" dan Mini membawa Domina ke treadmill. Katanya,
"Ayo, naik !" sambil memaksa Domina. Domina jadi tersenyum sendiri
membayangkan kelucuan yang bakal terjadi. Karena sudah tidak berdaya dan
sudah pernah 2 kali sebelumnya ia dipaksa menjadi submissive, akhirnya
ia bisa menerima keadaan ini. Domina kemudian melepas sandal jinjitnya
dan naik ke treadmill. Mini menyetel kecepatannya cukup rendah sehingga
Domina bisa cukup lama berjalan di treadmill, tapi kemudian kecepatannya
dinaikkan sehingga Domina harus berjalan cepat dan bahkan berlari
sambil kesrimpet-srimpet kain jariknya. Setelah itu Mini menurunkan lagi
kecepatannya. Begitulah mereka mengerjai Domina berulang-ulang, hingga
akhirnya menaikkan kecepatannya dan tak lama kemudian Domina pun
terpeleset dan jatuh. Untungnya hanya pelan saja, mereka pun
mentertawakannya. Domina hanya bisa tersenyum kecut. Sesudah itu mereka
membiarkan Domina beristirahat sebentar.
Tibalah
sekarang ke permainan kedua. Mereka telah menyiapkan tali dan 2 orang
memegang tali itu diujung-ujungnya. Domina disuruhnya main lompat tali.
Domina yang sudah capai sehabis berlari-lari di treadmill hanya bisa
menabahkan hatinya sendiri dan mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada.
Dalam hatinya ia berpikir akan lebih memalukan bagi dirinya untuk
memohon-mohon kepada Mini supaya menghentikan balas dendam ini dan
hampir sudah dapat dipastikan kalau Mini akan menolak permintaannya
seperti dulu ia juga menolak permintaan Mini untuk melepaskan ikatan
Mini. Tapi kalau lompat tali sambil pakai kain wiron, ia juga berpikir
kalau kemungkinan ia bisa kesrimpet wironnya yang membuka pada waktu ia
melompat. Domina jadi berpikir ingin meminta kain wironnya diikat supaya
tidak nyrimpeti kakinya, tapi itu sama juga dengan mengikat kedua
kakinya. Domina takut kalau mereka salah paham dan mengira kalau Domina
senang menjadi submissive. Domina seperti mendapat buah simalakama.
Dimakan mati ibu, tidak dimakan mati ayah.
Setelah berpikir lama,
akhirnya Domina tidak meminta kain wironnya diikat dan membiarkan kain
wironnya beresiko neyrimpeti kakinya serta menuruti saja kemauan
mereka.Hap, hap, hap. Beberapa kali ia melompat dan selamat. Tapi
sesudah itu Domina jatuh kesrimpet tali dan jariknya. Sekali lagi mereka
mentertawakannya.
Karena
Domina selalu menuruti kemauan mereka tanpa banyak cingcong walaupun
mengalami kesulitan dan akhirnya jatuh, maka mulai timbul rasa segan
terhadap Domina. Mini berpikir bahwa Domina cukup tegar dan tidak
seperti dirinya ketika dikerjai dulu oleh Domina dimana ia sempat
menangis dan mengiba-iba. Maka mereka bermaksud segera mengakhiri acara
permainan di hari itu dengan suatu olahraga yang cukup ekstrim, bungee
jumping.
Kebetulan rumah mereka memilikii loteng dan cukup tinggi.
Maka sekali lagi Domina mereka suruh naik loteng. Domina pun dengan
tidak banyak berkata segera menuruti kemauan mereka. Barulah sesampainya
diatas Domina jadi kaget dengan apa yang telah mereka persiapkan.
Ternyata mereka telah mempersiapkan peralatan untuk bungee jumping.
Domina jadi dag dig dug. Tapi ternyata teman Mini sendiri yang melakukan
bungee jumping.
Sesudah itu barulah Domina mereka suruh melakukan
bungee jumping. Ketika kaki Domina hendak mulai diikat dengan peralatan
bungee jumping, Domina menolak, "Mini, kamu suruh aku bungee jumping
disini sambil pakai pakaian kayak gini. Enggak déh !". Tapi Mini
berkata, "Ina, aku tahu kamu pernah melakukan bungee jumping dan tempat
ini sebelumnya juga sudah pernah dipakai untuk bungee jumping serta
aman-aman saja. Ayolah". Katanya lagi sambil memegang-megang sanggul
Domina, "Sanggul kamu masih cukup kencang. Jangan kuatir, tidak akan
copot. Kalau nanti sampai copot dan menggelinding akan kita pasangkan
lagi. Tapi sandal jinjitnya dilepas dulu dong, non". Domina diam saja,
dalam hatinya berkata, "Sanggul kamu itu sendiri ! Bukan sanggul, tapi
kain kebaya sama tangan diikat ke belakang ini yang bikin ribet".
Karena Domina diam saja, maka Mini mengartikan bahwa Domina bersedia
melakukan bungee jumping. Mereka pun mulai memasang alat di kaki dan
tubuh Domina. Setelah selesai, mereka membawanya dengan setengah
memaksa menyeretnya ke tepian teras. Tidak itu saja, mereka menutup
mulut Domina dengan lakban, karena kuatir ia akan memaki-maki. Baru
setelah itu mendorongnya hingga Domina jatuh dan terpaksa melakukan
bungee jumping.
Setelah
dibiarkannya Domina berisitirahat sebentar, maka mereka membawa Domina
ke kolam renang yang ada di rumah itu. Domina dibawanya sampai ke tepi
kolam renang. Tapi Domina menolak untuk masuk ke kolam renang, maka Mini
berkata, "Ayo, non. Berenang biar segar" sambil menceburkan Domina ke
kolam renang. Karena mengetahui kalau Domina bisa berenang. Maka
terpaksalah Domina berenang dengan masih tetap bersanggul dan berkain
kebaya serta terikat tangannya. Tentu saja Domina jadi kesulitan.
Untungnya mereka hanya membiarkan keadaan itu berlangsung sebentar. Lalu
Domina diangkatnya naik ke tepian kolam. Basah kuyup tubuh Domina, kain
jariknya jadi lengket di kedua kakinya. Domina mencoba melangkah, tapi
jadi semakin sulit bila dibandingkan waktu melangkah dengan memakai kain
jarik tapi dalam keadaan kering. Mini malah mengejek, katanya, "Gimana ?
Seger kan non ? Ditanya kok diam saja".
"Yah,
pelajaran kebugaran jasmani kita hari ini sudah selesai. Silahkan
kalau mau pulang", kata Mini kepada Domina yang masih terikat dan basah
kuyup. Sesudah itu Mini segera membuka ikatan tangan Domina. Domina
jadi bingung, bagaimana ia akan pulang kalau dengan pakaian basah kuyup
seperti itu. Rupanya Mini memang sengaja membiarkan Domina jadi bingung.
Setelah itu barulah Mini berkata, "Jangan kuatir dan jangan bingung,
non. Kami sudah mempersiapkan pakaian gantinya yang sama persis yaitu
kain batik dan kebaya". Tidak itu saja mereka juga mendatangkan seorang
kenalan mereka dari sanggar rias tradisional untuk memakaikan kain wiron
dan menyanggul ulang rambut Domina.
Sebelum tamu dari sanggar
rias itu datang ke rumah, Mini mempersilahkan Domina membuka seluruh
pakaiannya yang basah juga dengan sanggulnya dan memberinya handuk untuk
mengeringkan. Tak lama setelah itu tamu dari sanggar rias itupun
datang. Mini berkata kepada tamunya, "Ini, jeng. Teman saya mau minta
tolong dirias". Domina berkata dalam hati, "Ya, nasib. Habis basah kuyub
dapat ganti pakaian. Ternyata gantinya juga kain kebaya".
Setelah
selesai dirias dan memakai kain kebaya, mereka mengantarkan Domina
pulang ke rumah. Kata Mini, "Ina, kamu pulang pakai kebaya ini saja
dulu. Pakaianmu kan belum kering. Nanti ku kirim ke rumah". Tapi begitu
hampir sampai ke rumah Domina, ternyata mereka masih mengerjainya juga.
Mereka menurunkan Domina tidak tepat di depan rumahnya, tapi kira-kira
masih berjarak ratusan meter. Kata Mini, "Sorry, aku tidak bisa
mengantarmu sampai ke rumah. Waktuku mepet banget, aku ada acara
ditempat lain. Aku drop kamu disini saja ya". Ia kemudian memeluk dan
mencium Domina serta menurunkannya dari mobil. Sambil berlalu, dari
dalam mobil Mini berteriak, "Tetap cantik ! Tetap pakai kain kebaya !".
Domina
menggerutu dalam hati. Ya nasib. Sudah dikerjai habis-habisan, badan
rasanya capai. sekarang masih disuruh jalan kaki ratusan meter dengan
memakai kain kebaya. Dalam hatinya kemudian timbul pikiran untuk
membalaskan ini semuanya kepada adiknya. Ia kepikiran untuk mencincing
kain jariknya untuk mempercepat langkahnya, tapi ia malu untuk
melakukannya.
Derita Domina rupanya masih belum berakhir sampai
disini. Di tengah jalan ia digoda oleh sepasang cowok yang berboncengan
motor, "Cantik ! Dari mana ? Habis Kartinian ya ? Kasihan siang-siang
pakai kain kebaya jalan sendirian. Mbonceng mau nggak ?". Mereka pun
menghentikan sepeda motornya sebentar di dekat Domina dan menoleh sambil
tersenyum-senyum sebelum akhirnya berkata, "Ditanya diam saja. Sombong
ya" dan akhirnya mereka pergi. Domina jadi mangkel, tapi juga geli akan
nasibnya sendiri. Supaya tidak terlihat bahwa ia menahan geli, maka
bibirnya ditutupinya dengan saputangan pink. Saputangan wanita yang
berwarna jambon muda tadi ada di tas yang berisi pakaian. Untungnya
mereka tidak ikut memasukkannya ke dalam mesin cuci. Untungnya pula tadi
pagi ibunya sempat memasukkannya ke dalam tas Domina.
Kamis, 31 Oktober 2013
Jadi model tata rias
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
Rabu, 30 Oktober 2013
Paddock girl 9
Label:
jarik
,
kain kebaya
,
kain wiron
,
paddock girl
Selasa, 29 Oktober 2013
safety riding 2
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain wiron
,
safety riding
Minggu, 27 Oktober 2013
Jumat, 25 Oktober 2013
Merias kakak
Ini adalah cerita lanjutan dari Domina dan Sumi. Dimana setelah adiknya di hogtied dan menangis tapi berhasil ditenangkan, akhirnya Domina melepaskan adiknya dari ikatannya. Karena kuatir ibunya akan pulang. Dan memang betul, begitu Domina selesai melepaskan ikatan Sumi, ibu mereka datang.
Ibu mereka kemudian menghampiri kedua anaknya sambil berkata, "Sumi, kamu masih pakai kain kebaya mama ?" . Dan karena dilihatnya Domina juga ada disitu serta memandang Sumi karena takut adiknya akan mengadu, maka si ibu pun berkata, "Ina, kenapa kamu memandang adikmu seperti itu ? Apa kamu kepingin juga pakai kain kebaya ?". Tapi tanpa menunggu jawaban dari anaknya, si ibu berlalu. Maka kesempatan ini segera dimanfaatkan oleh Sumi, ia berkata, "Iya, ma. Kakak kepingin pakai kain kebaya lagi. Biar Sumi yang mendandani dia", Sumi kemudian berbisik lirih di telinga Domina, "Awas, kalau kakak menolak akan ku adukan sama mama". Domina tidak bisa menjawab. Si ibu tanpa menoleh bertanya, "Apa betul Ina ?". Sumi pun mencubit lengan kakaknya sambil mengiyakan pertanyaan ibunya, "Iya, betul kan, kak ?". Karena Domina diam saja, maka adiknya semakin memperkeras cubitannya, hingga akhirnya Domina terpaksa mengiyakan.
Sumi pun segera melepas pakaian dan sanggulnya dengan maksud untuk memakaikannya ke kakaknya. Domina jadi cemberut, wajahnya ditekuknya. Adiknya kemudian merajuk dan mengelus dagu kakaknya sambil berkata, "Duh, duh, duh. Kok kayak gitu sih, kak. Masak mau dirias malah cemberut kayak gitu. Senyum yang manis dong". Tapi wajah Domina tetap saja cemberut.
Sumi mulai memberi aba-aba dan mengarahkan kakaknya. Pertama, kakaknya disuruhnya membuka pakaiannya hingga tinggal memakai pakaian dalam. Sesudah itu ia mulai dengan memakaikan sandal hak tinggi. Kemudian Sumi berkata, "Kak, kakinya dirapatkan. Yang kiri maju sedikit".Maka mulailah ia memakaikan kain wiron kepada kakaknya. Ujung kain ditempelkan dipinggang kiri kakaknya dan kakaknya disuruhnya memegangi ujung kain itu. "Kakinya kurang rapat, dirapatkan lagi sedikit". Domina menuruti perintah adiknya. Sumi segera memutar kain wiron itu sekeliling pinggang Domina. Percobaan pertama, ujung luar wironnya terlalu ke kiri, maka ia membuka lilitan kain dan menggeser serta mengulangi lagi memutar kainnya. Percobaan kedua, ujung luar wironnya jatuh di tengah pas masih kurang ke kanan sedikit. Kakaknya jadi tidak sabar, lalu berkata, "Cepetan dong, dik". Baru pada percobaan ketiga ujung luar wironnya jatuh di tengah agak ke kanan sedikit. Tapi kakaknya berkata, "Dik, kok rapet banget. Ntar kalau kakak nggak bisa jalan, kakak minta gendong kamu ya". Sumi lalu mengikat pinggang kakaknya dengan tali kencang-kencang. Kakaknya mengeluh, "Dik, jangan kencang-kencang ngikatnya". Sumi menjawab, "Ya, harus kencang, kak. Biar nggak melorot kainnya". Sumi kemudian memakaikan stagen. Kakaknya mengeluh, "Dik, nggak usah pakai itu, dik. Nanti kakak nggak bisa nafas". Adiknya menjawab sambil meremas pantat kakaknya dan kemudian menepuknya, "Ya, kakak... harus pakai ini dong. Biar pinggangnya jadi ramping terus pinggulnya jadi bahenol". Domina tidak bisa menyembunyikan senyumnya mendengar rayuan adiknya. Sumi yang melihat kakaknya tersenyum berkata, "Nah, gitu dong, kak. Tersenyum". Sesudah korset, kemudian kebayanya dipakaikan ke kakaknya. Terakhir kakaknya dimintanya duduk untuk disanggul rambutnya dan dirias wajahnya.
Setelah selesai, Sumi memanggil-manggil ibunya untuk memperlihatkan hasil pekerjaannya. Tapi ternyata ibu mereka ada dilantai atas rumahnya. Maka Sumi mengajak kakaknya naik tangga. Domina pun beranjak dari kursi dan mencoba berjalan, tapi ia merasakan kain wironnya terlalu sempit sehingga ia hampir tidak bisa melangkah. "Wah dik, kamu memakaikan kain wironnya terlalu sempit. Kakak jadi tidak bisa jalan. Kamu gendong kakak ya", katanya sambil merangkul adiknya dari depan dengan kedua tangannya dan mulai menmindahkan berat badannya ke pundak adiknya. Adiknya jadi tertawa dan Domina pun ikut tertawa. Sumi lalu berkata, "Yah, kak. Masak minta gendong. Sumi nggak kuat nggendong kakak. Belajar melangkah pakai kain wiron kayak gadis Jawa, dong. Langkahnya yang kecil-kecil sama sempit-sempit. Jangan main cincing jarik".
Kakaknya mulai melangkah dengan langkah yang sempit dan kecil. Adiknya mengomentari, "Nah, gitu kak. Kayak dulu waktu kakak di wisuda apa pas jadi among tamu. Masak kakak lupa". Domina kemudian bertanya kepada adiknya, "Kita mau ke mana ?". Adiknya menjawab, "Kita naik ke loteng, Sumi mau nunjuki mama hasil dandanan Sumi". Domina balik menjawab, "Naik loteng ? Ampun ! Nggak déh. Kamu mau ngerjain kakak ya ? Buat melangkah saja sulit, apalagi buat naik tangga. Bisa jatuh kesandung tangga". Adiknya menjawab, "Nanti Sumi tuntun. Kakak tenang saja. Tapi kainnya jangan dicincing, kak. Nggak boleh. Caranya kakak jalan miring sambil mata kakak melihat anak tangga". Domina pun menuruti kemauan adiknya. Ia berjalan miring dengan kepala menunduk dan mata melihat anak tangga. Setelah lama, barulah mereka sampai di lantai atas.
Di lantas atas setelah melihat Domina, sang ibu berkata, "Sumi, kamu sudah pintar merias dan mendandani kakakmu dengan kain kebaya. Ina, kamu juga tampak cantik dengan pakaian itu". Kemudian ibu mereka melayangkan pandangannya ke bawah melalui jendela luar sehingga tidak lagi memandang kedua anak itu sambil berkata, "Kebetulan mama beberapa hari lagi ada acara demo tata rias tradisional. Mama perlu assisten untuk merias. Bagaimana kalau kamu, Sumi jadi assisten rias mama. Sementara kakakmu, Ina jadi modelnya". Domina jadi merasa seperti terjebak. Ia diam saja. Hanya Sumi yang mengiyakan perkataan ibunya. Maka Sumi mencubit kakaknya sambil memberi kode dengan mengangguk-angguk. Tapi karena kakaknya diam saja, maka Sumi semakin memperkeras cubitannya. Hingga akhirnya Domina terpaksa mengiyakan perkataan ibunya. Dalam hatinya Domina berkata kalau ia dikerjai adiknya.
Sesudah itu kedua kakak beradik itu meninggalkan ibu mereka. Setelah di kamar, Domina tidak kepikiran lagi untuk segera menanggalkan kain kebayanya , karena emosinya sudah mendidih dan segera mendamprat adiknya habis-habisan, "Dik, kamu mau mengerjai kakak habis-habisan ya. Kakak sudah kamu suruh pakai kain kebaya, masih kamu paksa naik tangga. Terus besok masih mau kamu jadiin model lagi. Kamu seneng ya, puas ya lihat kakak tersiksa pakai pakaian macam begini". Adiknya menjawab, "Yah, kak. Kan kakak sendiri tadi yang bilang ya waktu ditanya mama kepingin pakai kebaya apa nggak. Terus kakak sendiri juga yang bilang ya waktu mama tanya apa besok bisa jadi model rias tradisional". Kakaknya emosi dan menjawab sambil menuding adiknya, "Itu semua kan akal-akalanmu, dik. Kakak kamu cubit sampai sakit, jadi kakak terpaksa bilang ya". Adilknya menimpali, "Tapi tadi kan Sumi sudah bilang kalau Sumi mau merias kakak pakai kain kebaya. Kakak juga bilang ya". Kakaknya semakiin emosi dan menjawab dengan berteriak, "Dasar akal bulus !". Adiknya menjawab, "Kak, ini bukan akal bulus. Sumi cuma mau kakak bisa belajar mencintai busana nasional kita. Lagi pula kan Sumi nggak ngiket-iket tangan sama kaki kakak. Nggak seperti kakak ngiket-iket tangan sama kaki Sumi".
Meledaklah amarah Domina, Sumi didorong ke belakang hingga jatuh. Kemudian ia menjatuhkan diri ke atas badan Sumi dan memukulinya. Sumi pun menjerit-jerit sambil menahan pukulan kakaknya dengan kedua tangannya. Serta merta ayah yang kebetulan juga barusan pulang dan ibunya menghampiri mereka serta melerai mereka. Marahlah kedua orang tua mereka. "Ina, kau apakan adikmu ? Apa sebabnya hingga kamu berdua berkelahi ?" . Kedua anak itu tidak bisa menjawab pertanyaan orang tuanya. Tapi sebentar kemudian ibu mereka berbisik kepada suaminya dan memberitahukan bahwa sebelumnya ia juga memergoki Domina mengikat adiknya.
Kemudian orang tua mereka mengintrogasi Domina. Terlebih dahulu Domina disuruh bersimpuh di lantai. Semakin jengkellah Domina, karena ia disuruh bersimpuh dengan kain jarik yang ketat membebat kakinya dan stagen yang kencang dipinggangnya. Ia mau minta ijin untuk berganti pakaian terlebih dahulu, tapi takut kepada kedua orang tuanya. Ia jadi setengah menyesal kenapa ia tadi tidak ganti pakaian terlebih dahulu sebelum memarahi adiknya. Tapi Domina tetap diam seribu bahasa, karena mengetahui kalau dirinya berada dalam posisi yang salah. Akhirnya ayah mereka menghukum Domina dengan mengikat tangan Domina ke belakang. Lalu disuruhnya Domina tetap bersimpuh di lantai. Domina jadi cemberut dan masam serta kesal wajahnya, dalam hatinya ia berpikir memangnya ia sinden disuruh bersimpuh terus di lantai sementara tangannya terikat dengan kencang di belakang punggungnya. Ia pun mulai merasakan kakinya pegal dan kesemutan.
Inilah akhir dari cerita kali ini. Akhir yang merupakan happy end bagi Sumi, karena ia berhasil memenuhi keinginannya yaitu merias dan mendandani Domina dengan kain kebaya. Tapi merupakan sad end bagi Domina, karena sekali lagi ia harus menerima hukuman diikat tangannya dan tidak bisa menikmati menjadikan adiknya model submissive. Walaupun sudah 2 kali ia mencoba melakukannya, tapi semuanya terganggu. Pertama, ia kepergok ibunya ketika hampir selesai mengikat adiknya dalam posisi hogtied. Kedua, adiknya bertingkah dan menyulitkan dirinya serta menangis ketika akan dihogtied.
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
Selasa, 22 Oktober 2013
Alter ego
Setelah aku menulis beberapa cerita tentang 2 kakak beradik bersaudara kandung perempuan yang bernama Domina Nancy dan Sumi Sylvia, sepertinya kudapati Sumi Sylvia menjelma menjadi alter ego ku. Entah kenapa aku tidak tahu persisnya.
Mungkin saja lantaran aku juga mempunyai kakak. Mungkin saja lantaran dulu juga awalnya aku juga tidak suka kain kebaya, bahkan dulu sering mengejek orang yang memakai kain kebaya. Dan mungkin saja lantaran aku juga malu dan takut untuk mengakui di depan kakakku kalau aku akhirnya menyukai kain kebaya. Serta terakhir mungkin pula lantaran aku juga senang bondage.
Cerita yang berawal dengan tidak sengaja dari sebuah gambar berisi 2 orang gadis. Seorang memakai kain kebaya dan seorang lagi memakai straples mini dress. Gambar itu juga kubuat dengan tidak sengaja. Bermaksud untuk mengkontraskan seorang gadis yang memakai kain kebaya dengan seorang gadis lain yang memakai pakaian yang kontras dengan yang satunya. Maka ku gambar seorang gadis yang memakai straples mini dress. Kemudian ku buat cerita yang berhubungan dengan gambar itu. Maka kubuat cerita 2 gadis bersaudara yang hendak kondangan, cuma sayangnya pakaian pestanya cuma ada 2 dan kontras pula.
Nama kedua gadis itu sendiri juga baru ada di cerita kedua yang berjudul "Jadi korban apa jadi bintang ?" . Nama itu ku buat dengan memirip-miripkan kata dominant dan submissive dengan nama kedua gadis itu. Jadilah Domina Nancy yang seperti kepanjangan dari kata dominant. Dan Sumi Sylvia yang mirip dengan kata submissive. Penentuan mana yang jadi dominant dan mana yang jadi submissive hanya kutentukan berdasarkan logika secera umum. Biasanya kakak selalu mendominasi adiknya.
Sebetulnya tidak ada yang merepotkan bagi diriku untuk mempunyai alter ego seorang Sumi Sylvia. Tapi yang paling repot adalah kalau alter ego ku sekonyong-konyong meminta dirinya untuk diaktifkan di dalam diriku. Apalagi kalau di waktu dan kesempatan yang salah. Dan sekarang aku pun jadi sibuk lagi menggambar gadis yang sedang berpakaian kain kebaya serta dibondage. Hobby lamaku yang sudah lama kutinggalkan tapi sekarang kutekuni lagi. Selain tentu saja aku juga sibuk mengarang cerita bersambung tentang kedua gadis itu.
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
Kebaya putih wahyu tumurun
Label:
crossdresser
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain wiron
,
kebaya
,
ladyboy
,
shemale
,
waria
,
Youtube
Minggu, 20 Oktober 2013
Terlanjur basah
Ini adalah lanjutan dari kisah Domina dan Sumi dimana Sumi akhirnya tertangkap basah oleh kakak dan ibuya ketika sedang berdandan dengan kain kebaya secara sembunyi-sembunyi.
Ternyata teman-teman Domina pulang lebih dahulu daripada teman-teman ibunya. Maka tenanglah hati Sumi begitu tamu-tamu kakaknya pulang semua. Tapi tak lama kemudian ibunya juga pergi setelah sebelumnya berpesan kepada anak-anaknya, "Mama pergi dulu ya. Ina, kamu jangan apa-apain lagi adikmu. Sumi kalau kamu masih pingin pakai kain kebaya mama, pakai saja terus". Setelah itu pergilah ia.
Sumi pun masuk ke kamar. Tapi tak lama kemudian kakaknya menyusul ke kamar sambil membawa tali dan berkata kepada Sumi yang masih rebahan di ranjang dengan tetap memakai kain kebaya, "Sumi, permainan kita belum selesai. Dik, kamu sekarang tengkurap". Domina berusaha menelungkupkan tubuh Sumi. Tapi Sumi menolak dan dengan sengaja malah tidur terlentang sambil membentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Domina jadi geregetan, "Ayo, dik. Kamu ini gimana sih, disuruh tengkurap malah terlentang. Dik, kalau terlentang nanti sanggulmu rusak". Kakaknya mencoba mengakali adiknya. Tapi Sumi menjawab dengan ogah-ogahan dan manja serta merajuk, "Biarin, sanggul Sumi rusak... Kak, Sumi ini baru capai. Sumi mau tiduran. Mainannya tadi kan sudah". Kakaknya menjawab, "Belum selesai, dik. Tadi kan baru setengah jalan, tau-tau mama sudah pulang". Domina dengan terpaksa menggulingkan tubuh Sumi ke samping hingga Sumi berbaring dengan posisi tubuh miring. Tapi tangan Sumi yang sebelah jadi tertindih oleh badannya dan masih berada di depan, kakaknya jadi semakin geregetan, katanya, "Dik, ke belakang kan tanganmu yang sebelah". Tapi Sumi tetap diam dan tidak bergerak sedikitpun. Maka kakaknya menarik tangan Sumi yang masih dimuka,, mengangkat pinggang Sumi sedikit dan melewatkan tangan Sumi melalui badannya ke belakang tubuh Sumi. Kemudian Domina menelungkupkan tubuh Sumi.
Berhasil lah Domina membuat tubuh Sumi tengkurap. Tapi ketika kedua tangan Sumi hendak disatukan untuk diikat, Sumi dengan sengaja menggerak-gerakkan kedua tangannya sehingga sulit untuk diikat. Keadaan ini berlangsung cukup lama hingga membuat Domina jengkel. Maka ditaboklah pantat Sumi beberapa kali. Barulah Sumi tidak bertingkah lagi dan tangan Sumi pun berhasil diikat.
Kamudian Domina mulai mengikat kedua kaki Sumi, tapi Sumi mulai bertingkah dengan menjejak-jejakkan kedua kakinya dan tertawa-tawa mengejek kakaknya. Maka marahlah Domina. Sumi tidak mengetahui hal ini, karena ia dalam posisi tengkurap dan ia tidak menoleh sedikitpun. Tapi karena kaki Sumi terbalut oleh kain wiron yang sempit, maka kakaknya tidak begitu mengalami kesulitan untuk menangkap kedua kaki Sumi. Setelah ia berhasil mengikat kedua kaki Sumi. Domina pun pergi keluar kamar, tapi sebentar kemudian ia datang lagi dengan membawa mistar panjang.
Sumi sama sekali tidak mengetahui hal ini, ia masih tertawa-tawa geli. Karena pikirnya ia berhasil membuat kakaknya dongkol dan mempersulit kakaknya untuk mengikat dirinya. Domina duduk diatas kedua kaki Sumi dengan maksud supaya Sumi tidak bisa menjejakkan kakinya. Dan tiba-tiba, plak ! plak ! plak ! Domina menyabetkan mistarnya ke pantat Sumi sambil berkata, "Dasar, anak nakal ! Anak bandel ! Rasain sekarang akibatnya kalau melawan kakak !". Sumi kaget dan kesakitan, ia berteriak, "Ampun, kak ! Jangan sabet Sumi !" Ia mengulangi perkataan itu beberapa kali sebelum akhirnya menangis.
Domina berhenti menyabet Sumi, kemudian dia mengikat kaki dan tangan Sumi dalam posisi hogtied. Sebentar kemudian ia telah selesai mengikat Sumi dalam posisi hogtied, karena Sumi sama sekali tidak melawan dan masih terus menangis sesenggrukan.
Sesudah itu barulah Domina jadi sadar dan mendekati Sumi serta menenangkannya. Katanya, "Dik, jangan nangis terus dong. Kan kakak tadi nyabetnya cuma pakai mistar. Terus pantat kamu kan juga ketutup sama jarik. Jadinya kan nggak sakit banget. Paling cuma sakit sedikit". Ia mengelus-elus adiknya dan mengusap-usap pantat Sumi serta kemudian berusaha mencium pipi Sumi. Tapi Sumi memalingkan wajahnya ke sebelah yang lain. Hingga kakaknya kemudian berpindah ke sisi yang lain, karena bermaksud menciumnya. Tapi sekali lagi adiknya memalingkan mukanya ke sisi yang lain. Domina kemudian berkata, "Menoleh ke sini dong, kakak mau cium kamu boleh kan ?". Adiknya merajuk, "Kakak jahat ! Sumi nggak mau di cium sama kakak". Kakaknya menjawab, "Nanti kakak beliin kamu kebaya sama kain batik. Pakaian-pakaian baru" dan berpindah ke sisi yang lain. Tapi Sumi memalingkan wajahnya lagi. Domina ikut berpindah ke sisi Sumi memalingkan wajahnya, "Bilang, dong. Kamu mau minta apa, dik ? ". Sumi memalingkan wajahnya lagi. Domina pun kembali berpindah ke sisi Sumi memalingkan wajahnya. Tapi sekali lagi Sumi memalingkan wajahnya ke arah lain sambil berkata, "Nggak boleh. Kakak nggak boleh cium Sumi !". Domina menjawab, "Dik, bilang dong kamu mau minta apa ?" dan mengikuti ke sisi Sumi memalingkan wajahnya. Tapi Sumi memalingkan wajahnya lagi. "Apa kamu mau main ci luk ba sama kakak ya ?". Domina melihat Sumi sekilas tersenyum, tapi Sumi berusaha menyembunyikan senyumnya. Domina kemudian dengan cepat berpindah ke sisi Sumi memalingkan wajahnya sambil berkata "Ci luk ba !". Domina dapat akal dan menggelitik ketiak Sumi. Sumi pun jadi geli dan sebentar kemudian ia tidak bisa menahan tawanya. Sumi kemudian berkata sambil tertawa, "Aku mau merias kakak pakai kain kebaya !". Kakaknya rupanya sudah tidak perhatian lagi dengan perkataan adiknya, karena ia sibuk menggelitiki adiknya. Maka dengan sambil lalu Domina mengiyakan perkataan adiknya tanpa berpikir panjang.
Merasa kalau ia dapat membuat adiknya berhenti menangis dan ngambek serta membuat adiknya tertawa-tawa, maka Domina semakin keras menggeilitik tubuh Sumi. Tidak hanya ketiak, tapi juga telapak kakinya dan bagian-bagian tubuh Sumi yang lain. Sumi jadi tertawa tergelak-gelak. Domina kemudian berhenti menggelitik. Ia mendekati wajah Sumi dan mencium pipinya. Kemudian ia berpindah ke sisi yang lain dan kembali menciumnya. "Kamu memang adik kakak yang paling manis dan paling manja tapi juga paling bandel", katanya sambil menabok pantat Sumi. Domina kemudian keluar kamar.
Sebentar kemudian ia kembali lagi dengan minuman dan sedotan. Domina kemudian duduk di pinggir ranjang sambil memangku badan Sumi mulai dari bagian pinggang ke atas ke atas pangkuannya. Ia memberinya minum sambil berkata, "Dik, minum susu yang banyak ya dik. Biar cepat besar. Habis minum, terus tidur ya dik". Kemudian ia bersenandung sambil menepuk-nepuk pantat Sumi, "Pok ame-ame, belalang kupu-kupu. Siang makan nasi, kalau malam minum susu". Sumi jadi geli dan tertawa. Ia pun minum dengan sedotan. Katanya, "Masak Sumi harus bilang oék oék".
Domina lalu berkata, "Enak kan, dik. Dipangku kakak sambil minum". Kemudian Domina kembali meletakkan Sumi ke ranjang dalam keadaan telungkup, karena masih di hogtied. Katanya, "Sekarang kamu tidur". Sumi menjawab, "Ya, kakak. Gimana mau tidur kalau di hogtied kayak gini. Lepasin dong, kak". Domina berpikir sejenak, kemudian melepaskan ikatan hogtied dan ikatan tangan serta kaki Sumi. Karena kuatir adiknya ngambek lagi dan juga kuatir ibu mereka akan pulang.
Ternyata teman-teman Domina pulang lebih dahulu daripada teman-teman ibunya. Maka tenanglah hati Sumi begitu tamu-tamu kakaknya pulang semua. Tapi tak lama kemudian ibunya juga pergi setelah sebelumnya berpesan kepada anak-anaknya, "Mama pergi dulu ya. Ina, kamu jangan apa-apain lagi adikmu. Sumi kalau kamu masih pingin pakai kain kebaya mama, pakai saja terus". Setelah itu pergilah ia.
Sumi pun masuk ke kamar. Tapi tak lama kemudian kakaknya menyusul ke kamar sambil membawa tali dan berkata kepada Sumi yang masih rebahan di ranjang dengan tetap memakai kain kebaya, "Sumi, permainan kita belum selesai. Dik, kamu sekarang tengkurap". Domina berusaha menelungkupkan tubuh Sumi. Tapi Sumi menolak dan dengan sengaja malah tidur terlentang sambil membentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Domina jadi geregetan, "Ayo, dik. Kamu ini gimana sih, disuruh tengkurap malah terlentang. Dik, kalau terlentang nanti sanggulmu rusak". Kakaknya mencoba mengakali adiknya. Tapi Sumi menjawab dengan ogah-ogahan dan manja serta merajuk, "Biarin, sanggul Sumi rusak... Kak, Sumi ini baru capai. Sumi mau tiduran. Mainannya tadi kan sudah". Kakaknya menjawab, "Belum selesai, dik. Tadi kan baru setengah jalan, tau-tau mama sudah pulang". Domina dengan terpaksa menggulingkan tubuh Sumi ke samping hingga Sumi berbaring dengan posisi tubuh miring. Tapi tangan Sumi yang sebelah jadi tertindih oleh badannya dan masih berada di depan, kakaknya jadi semakin geregetan, katanya, "Dik, ke belakang kan tanganmu yang sebelah". Tapi Sumi tetap diam dan tidak bergerak sedikitpun. Maka kakaknya menarik tangan Sumi yang masih dimuka,, mengangkat pinggang Sumi sedikit dan melewatkan tangan Sumi melalui badannya ke belakang tubuh Sumi. Kemudian Domina menelungkupkan tubuh Sumi.
Berhasil lah Domina membuat tubuh Sumi tengkurap. Tapi ketika kedua tangan Sumi hendak disatukan untuk diikat, Sumi dengan sengaja menggerak-gerakkan kedua tangannya sehingga sulit untuk diikat. Keadaan ini berlangsung cukup lama hingga membuat Domina jengkel. Maka ditaboklah pantat Sumi beberapa kali. Barulah Sumi tidak bertingkah lagi dan tangan Sumi pun berhasil diikat.
Kamudian Domina mulai mengikat kedua kaki Sumi, tapi Sumi mulai bertingkah dengan menjejak-jejakkan kedua kakinya dan tertawa-tawa mengejek kakaknya. Maka marahlah Domina. Sumi tidak mengetahui hal ini, karena ia dalam posisi tengkurap dan ia tidak menoleh sedikitpun. Tapi karena kaki Sumi terbalut oleh kain wiron yang sempit, maka kakaknya tidak begitu mengalami kesulitan untuk menangkap kedua kaki Sumi. Setelah ia berhasil mengikat kedua kaki Sumi. Domina pun pergi keluar kamar, tapi sebentar kemudian ia datang lagi dengan membawa mistar panjang.
Sumi sama sekali tidak mengetahui hal ini, ia masih tertawa-tawa geli. Karena pikirnya ia berhasil membuat kakaknya dongkol dan mempersulit kakaknya untuk mengikat dirinya. Domina duduk diatas kedua kaki Sumi dengan maksud supaya Sumi tidak bisa menjejakkan kakinya. Dan tiba-tiba, plak ! plak ! plak ! Domina menyabetkan mistarnya ke pantat Sumi sambil berkata, "Dasar, anak nakal ! Anak bandel ! Rasain sekarang akibatnya kalau melawan kakak !". Sumi kaget dan kesakitan, ia berteriak, "Ampun, kak ! Jangan sabet Sumi !" Ia mengulangi perkataan itu beberapa kali sebelum akhirnya menangis.
Domina berhenti menyabet Sumi, kemudian dia mengikat kaki dan tangan Sumi dalam posisi hogtied. Sebentar kemudian ia telah selesai mengikat Sumi dalam posisi hogtied, karena Sumi sama sekali tidak melawan dan masih terus menangis sesenggrukan.
Sesudah itu barulah Domina jadi sadar dan mendekati Sumi serta menenangkannya. Katanya, "Dik, jangan nangis terus dong. Kan kakak tadi nyabetnya cuma pakai mistar. Terus pantat kamu kan juga ketutup sama jarik. Jadinya kan nggak sakit banget. Paling cuma sakit sedikit". Ia mengelus-elus adiknya dan mengusap-usap pantat Sumi serta kemudian berusaha mencium pipi Sumi. Tapi Sumi memalingkan wajahnya ke sebelah yang lain. Hingga kakaknya kemudian berpindah ke sisi yang lain, karena bermaksud menciumnya. Tapi sekali lagi adiknya memalingkan mukanya ke sisi yang lain. Domina kemudian berkata, "Menoleh ke sini dong, kakak mau cium kamu boleh kan ?". Adiknya merajuk, "Kakak jahat ! Sumi nggak mau di cium sama kakak". Kakaknya menjawab, "Nanti kakak beliin kamu kebaya sama kain batik. Pakaian-pakaian baru" dan berpindah ke sisi yang lain. Tapi Sumi memalingkan wajahnya lagi. Domina ikut berpindah ke sisi Sumi memalingkan wajahnya, "Bilang, dong. Kamu mau minta apa, dik ? ". Sumi memalingkan wajahnya lagi. Domina pun kembali berpindah ke sisi Sumi memalingkan wajahnya. Tapi sekali lagi Sumi memalingkan wajahnya ke arah lain sambil berkata, "Nggak boleh. Kakak nggak boleh cium Sumi !". Domina menjawab, "Dik, bilang dong kamu mau minta apa ?" dan mengikuti ke sisi Sumi memalingkan wajahnya. Tapi Sumi memalingkan wajahnya lagi. "Apa kamu mau main ci luk ba sama kakak ya ?". Domina melihat Sumi sekilas tersenyum, tapi Sumi berusaha menyembunyikan senyumnya. Domina kemudian dengan cepat berpindah ke sisi Sumi memalingkan wajahnya sambil berkata "Ci luk ba !". Domina dapat akal dan menggelitik ketiak Sumi. Sumi pun jadi geli dan sebentar kemudian ia tidak bisa menahan tawanya. Sumi kemudian berkata sambil tertawa, "Aku mau merias kakak pakai kain kebaya !". Kakaknya rupanya sudah tidak perhatian lagi dengan perkataan adiknya, karena ia sibuk menggelitiki adiknya. Maka dengan sambil lalu Domina mengiyakan perkataan adiknya tanpa berpikir panjang.
Merasa kalau ia dapat membuat adiknya berhenti menangis dan ngambek serta membuat adiknya tertawa-tawa, maka Domina semakin keras menggeilitik tubuh Sumi. Tidak hanya ketiak, tapi juga telapak kakinya dan bagian-bagian tubuh Sumi yang lain. Sumi jadi tertawa tergelak-gelak. Domina kemudian berhenti menggelitik. Ia mendekati wajah Sumi dan mencium pipinya. Kemudian ia berpindah ke sisi yang lain dan kembali menciumnya. "Kamu memang adik kakak yang paling manis dan paling manja tapi juga paling bandel", katanya sambil menabok pantat Sumi. Domina kemudian keluar kamar.
Sebentar kemudian ia kembali lagi dengan minuman dan sedotan. Domina kemudian duduk di pinggir ranjang sambil memangku badan Sumi mulai dari bagian pinggang ke atas ke atas pangkuannya. Ia memberinya minum sambil berkata, "Dik, minum susu yang banyak ya dik. Biar cepat besar. Habis minum, terus tidur ya dik". Kemudian ia bersenandung sambil menepuk-nepuk pantat Sumi, "Pok ame-ame, belalang kupu-kupu. Siang makan nasi, kalau malam minum susu". Sumi jadi geli dan tertawa. Ia pun minum dengan sedotan. Katanya, "Masak Sumi harus bilang oék oék".
Domina lalu berkata, "Enak kan, dik. Dipangku kakak sambil minum". Kemudian Domina kembali meletakkan Sumi ke ranjang dalam keadaan telungkup, karena masih di hogtied. Katanya, "Sekarang kamu tidur". Sumi menjawab, "Ya, kakak. Gimana mau tidur kalau di hogtied kayak gini. Lepasin dong, kak". Domina berpikir sejenak, kemudian melepaskan ikatan hogtied dan ikatan tangan serta kaki Sumi. Karena kuatir adiknya ngambek lagi dan juga kuatir ibu mereka akan pulang.
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
Terlanjur basah
Jumat, 18 Oktober 2013
rickshaw
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
rickshaw
Kamis, 17 Oktober 2013
Rabu, 16 Oktober 2013
Simbiosis mutualisme
Halo, namaku Sumi Sylvia. Anda semua para pembaca mungkin sudah mengenal siapa aku. Aku adalah adik dari Domina Nancy. Kami berdua sudah pernah jadi korban, dipaksa jadi model submissive oleh teman-teman kakak. Sekarang aku malah sudah pernah sampai 3 kali jadi model submissive. Itu semua gara-gara berawal dari kakak sendiri yang memprovokasi teman-temannya supaya menjadikan aku sebagai model submissive dengan dandanan khusus kain kebaya.
Ternyata ada segi positfnya juga jadi submissive yaitu pasrah berserah. Jadi ingat kata-kata guru agama di sekolah dulu. Kalau kita, manusia harus pasrah berserah kepada Sang Pencipta. Supaya hidup kita dapat damai dan tentram. Mungkin itulah essensi dari submissive.
Itulah pula yang kurasakan ketika aku menjadi submissive. Tidak berdaya sebagai manusia dan hanya bisa pasrah berserah. Dengan demikian secara tidak langsung aku mengakui ketidak berdayaanku dan sekaligus hanya bisa meminta tolong kepada Yang Diatas. Dengan kata lain menyadari sebagai manusia, aku juga memiliki keterbatasan dan secara tidak langsung mengakui kekuasaan Yang Diatas.
Kalau kakakku kelihatannya lebih suka jadi dominant, master atau boss. Dia sudah 2 kali memaksa dan menjadikan aku submissivenya. Uniknya lagi kakak bisa berkata kalau pakaian kain kebaya itu pakaian yang paling sempurna untuk submissive. Dari mana dia dapat ide itu ? Mungkin dari logika saja. Kain yang sempit dan stagen yang kencang. Itulah prinsipnya.
Itu pulalah yang membuat kakak jadi bergantung kepadaku. Coba saja cari orang lain terus disuruh pakai kain kebaya sebelum diikat tangan dan kakinya. Mana ada yang mau ? Kemungkinannya satu diantara sejuta, kali. Lantaran itu pula lah aku sekarang jadi tidak takut lagi sama kakak waktu dia menjadikan aku submissive. Apalagi dia kan kakakku sendiri. Selain itu mama juga sudah tau kalau aku memakai kebaya sama kain batiknya. Mama juga tidak keberatan. Cuma pesanku sama kakak. Jangan sadis-sadis, kak. Ikatannya juga jangan kekencangan nanti aku sakit. Coba kalau aku sakit, nanti kakak mau cari model submissive siapa lagi ?
Aku ada ide soal ini. Begitu kakak mau menjadikan aku model submissive, aku akan minta imbalan berupa kain batik dan kebaya serta sandal jinjit yang halus, indah dan exclusive. Jadi aku tidak perlu lagi memakai punya mama. Tapi kalau itu sih masih biasa. Aku juga pingin kakak jadi model rias tradisionalku. Mau enggak ya ?
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
Simbiosis mutualisme
Selasa, 15 Oktober 2013
Pramugari
Label:
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
pramugari
Senin, 14 Oktober 2013
Ketangkap basah
Ini adalah lanjutan kisah Domina dan Sumi. Setelah mereka berdua mengerjai Mini teman mereka.
Hubungan Domina dan Mini tetap baik-baik saja. Karena keduanya
sama-sama punya hobby atau kelainan mengambil foto model submissive.
Sehingga keduanya bagaimanapun juga bisa saling memaklumi, jika keduanya
saling menjadikan yang lain sebagai submissive. Walaupun terpaksa,
karena keduanya cenderung bertindak sebagai dominant.
Sementara itu Sumi dengan diam-diam ternyata mulai tertarik dengan kain kebaya. Ia dengan sembunyi-sembunyi, bahkan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya ataupun kakaknya mulai belajar tentang sanggul dan cara memakai kain wiron lewat internet. Ia bahkan dengan sembunyi-sembunyi mempraktekkan apa yang ia tonton di video dan ia baca di artikel internet ketika sedang tidak ada orang lain dirumah. Semua property seperti kain wiron, kebaya, stagen, sandal jinjit, sanggul yang ia pakai adalah kepunyaan ibunya.
Berulang kali ia melakukan itu dan ia selamat tidak ketahuan oleh siapa pun. Tapi suatu hari ketika ia sedang berdandan dengan kain kebaya lengkap dengan sanggul dan sandal jinjitnya serta masih bergaya berlenggang lenggok di depan kaca, kakaknya mendadak pulang ke rumah dan Sumi kalah cepat untuk menanggalkan semuanya itu. Si kakak berhasil memergokinya masih dalam dandanan lengkap kain kebaya. Domina pun terperangah dan kaget. Begitupun juga dengan Sumi, ia kaget dan mendadak jadi pucat serta ketakutan.
Domina segera memanfaatkan keadaan ini. Katanya, "Éh, ternyata kamu sekarang sudah bisa mencintai busana nasional kita ya". Domina mendekati Sumi dan memandanginya dari atas kepala sampai ke bawah kaki. Jari-jari tangan Domina kemudian memegangi wajah Sumi di dagunya, memalingkannya ke kanan dan kiri. Makeupnya cukup rapi. Kemudian beralih meraba-raba sanggulnya, di palingkannya ke kanan dan ke kiri. Sanggulnya ternyata cukup kencang. Setelah itu kemudian memegang-megang kain wiron Sumi. Ditarik-tariknya kain jarik Sumi ke kanan dan kiri. Terakhir ia memegang wironnya dan sedikit menariknya sehingga agak membuka kemudian melepaskannya kembali. Ternyata jariknya juga cukup singset. "Cantik, kok. Lumayan rapi untuk seorang pemula. Kain wironnya juga cukup singset. Tapi kok sembunyi-sembunyi gitu makainya. Enggak usah malu-malu dong. Mama sudah tau soal ini belon ?". Sumi tidak bisa menjawab. Hatinya jadi kecut, karena ia tertangkap basah oleh kakaknya.
Kakaknya kemudian pergi ke ruangan lain, tapi segera kembali lagi dengan membawa tali. Domina berkata lagi, "Ditanya kok diam saja. Dik, mama sudah tau soal ini belon ? Belon tau ya, makanya kamu sampai ngumpet-ngumpet gitu makainya. Itu kain batik mama yang kamu pakai kan disayang banget sama mama. Juga kebayanya". Ia berkata demikian sambil mendekati Sumi dan menuju ke belakangnya. Ia segera menarik kedua tangan Sumi ke belakang Sumi sambil berkata, "Dik, kamu ini ternyata nakal juga ya. Ngambil-ngambil barang mama tanpa minta ijin dulu. Kesinikan tangan kamu, mau kakak ikat. Biar jadi bukti buat mama. Supaya kamu kapok". Sumi yang sebelumnya sudah pernah mengalami hal serupa yaitu diikat tangannya oleh teman-teman Domina, tidak berontak. Ia hanya diam saja dan berkata dengan merajuk, "Ya, diikat lagi. Jangan dong, kak. Tolong lepasin Sumi. Kasihan Sumi. Kakak jangan bilang ini sama mama. Sumi takut kalau mama marah. Sumi mau nurut apa kata kakak, déh".
Mengetahui kalau diatas angin, maka Domina segera menjawab, "Makanya dik, kita sama-sama diam. Kamu sekarang jadi model lagi saja. Seneng kan kamu ? Bisa pakai kain kebaya sama sanggulan. Kamu cantik banget lho dik. Lekuk tubuh kamu terlihat jelas kalau pakai pakaian kayak gini ", Adiknya menjawab, "Tapi lepasin ikatannya dong, kak. Ini kan bukan pramuka yang lagi main tali temali. Lagi pula kata kakak, Sumi mau dijadiin model". Adiknya mencoba merajuk. Tapi kakaknya menjawab dengan serius sambil memegang dagu Sumi serta mendekatkannya ke wajahnya, "Dengar, dik. Ini model submissive yang kakak maksud. Kamu tahu kan apa itu model submissive. Apa kamu cuma berlagak bodoh". Sumi jadi kéder begitu melihat kakaknya jadi galak.
Melihat adiknya jadi takut, Domina menenangkannya, "Dik, kamu jangan takut kayak gitu. Aku kan kakakmu sendiri. Masak mau macam-macam sama kamu. Sekarang kita janjian dulu, ini jadi rahasia kita berdua ya dik. Gimana ? Setuju nggak ?". Sumi imengangguk. Domina berkata lagi, "Kita toss dulu". Sumi menjawab, "Iyyéé, kakak. Kan tangan Sumi kakak ikat ke belakang. Mana bisa Sumi toss sama kakak. Lepasin dulu dong ikatannya, biar Sumi bisa toss sama kakak". Domina segera menimpali , " Ah, ya tangan kamu kakak ikat di belakang ya. Biar kakak yang muter ke belakang kamu". Domina pun berputar ke belakang Sumi. Kemudian tangan Domina ditepukkan ke tangan Sumi yang terikat.
"Dik, sekarang kamu naik ke ranjang. Istirahat di ranjang yuk. Biar kakak bantu kamu naik ke ranjang". Domina membantu Sumi naik ke ranjang dan membaringkannya dalam posisi tengkurap. Sumi segera tahu kalau ia mau dihogtied. Dan memang betul dugaan Sumi. Domina mulai mengikat kedua kaki Sumi. Setelah selesai, Domina mulai menghubungkan ikatan kaki dan ikatan tangan Sumi dengan tali yang lain. Karena Domina mengikatnya dalam posisi dimana kaki dan tangan demikian dekatnya hingga hampir bersentuhan, maka Sumi pun merasakan terlalu kencang hingga ia berkata, "Kak, jangan kenceng-kenceng dong, kak. Sumi sakit". Tapi Domina tidak menggubrisnya. hingga Sumi mengulangi lagi perkataannya, "Kak, tolong kak dikendorin dikit ikatannya biar Sumi nggak sakit". Kakaknya menjawab, "Dasar anak manja, sedikit-sedikit bilang sakit. Kalau rewel terus, nanti kakak laporkan ke mama", Sumi menjawab, "Kak, tolong jangan beritahu mama. Tapi ini Sumi sakit, ikatan kakak kekencangan soalnya".
Tiba-tiba terdengar suara mobil masuk ke halaman, mereka segera mengetahui kalau ibu mereka datang. Domina segera cepat-cepat membuka ikatan Sumi. Mengetahui kalau ikatannya cukup rumit, maka ia mencari gunting atau pisau. Sayangnya ia tidak menemukannya. Untungnya ikatan hogtiednya sudah lepas sama sekali, cuma tinggal ikatan tangan dan kaki. Akhirnya sang ibu memergoki mereka berdua. Domina sedang memegang ikatan kaki Sumi untuk melepaskannya. Sementara Sumi masih terbaring di atas ranjang dalam posisi tengkurap dan terikat tangan dan kakinya.
Si ibu menjadi marah, "Domina, kamu apakan adikmu ? Buka ikatan tangan dan kakinya !" Domina segera mempercepat membuka ikatan tangan dan kaki Sumi. Ibu mereka berkata lagi, "Sumi, kamu pakai kain batik sama kebaya mama ya. Enggak apa-apa kok. Domina biarkan saja adikmu pakai kain batik sama kebaya mama, asalkan kamu makainya hati-hati. Jangan sampai kotor apalagi robek. Sumi, kamu memakai semuanya itu sendiri ?" Sumi mengangguk. Hatinya lega, karena ibunya tidak marah. Si ibu berkata lagi, "Domina, apa kamu juga pingin pakai kain kebaya kayak adikmu ?" Domina menggeleng dan segera keluar dari kamar.
Setelah Sumi turun dari ranjang dan berdiri di hadapan ibunya, ibunya memeriksa anaknya itu dari atas kepala sampai ke bawah kaki mirip seperti yang dilakukan sebelumnya oleh kakaknya. Ia memeriksa makeup, sanggul dan kemudian turun kebawah ke kain wironnya serta merapikan kebaya dan kain wiron Sumi. Akhirnya si ibu berkata, "Sumi, kamu sudah pandai berdandan dan memakai kain wiron sekarang. Apa kamu ikut kursus ?". Sumi menggeleng. Ibunya berkata lagi, "Sumi, jangan dilepas dulu sanggul sama kain kebayamu. Kebetulan, nak. Sekarang ibu kedatangan tamu. Mereka mau belajar rias tradisional, Kamu mau kan ibu jadikan modelnya ?".
Ibu dan anak itupun berjalan berdampingan menuju ruang tamu. Karena Sumi masih kesulitan berjalan dengan memakai kain wiron dan sandal jinjit, maka ibunya membimbing dan menuntun tangannya. Ternyata begitu sampai di ruang tamu yang luas, disebelah yang lain Domina juga kedatangan teman-temannya. Celakanya, teman-teman yang datang ke rumah itu adalah teman-teman kelompoknya Domina yang hobby memotret model submissive. Begitu Sumi melihat teman-teman Domina dan tahu sebagian dari mereka adalah mereka yang memotret dia waktu jadi model submissive, maka Sumi pun jadi was-was dan hatinya berdebar-debar. Dalam hatinya ia hanya bisa berharap semoga teman-teman Domina pergi lebih dulu bersama kakaknya daripada teman-teman ibunya dan ibunya tidak pergi lagi sebelum Domina serta teman-temannya pergi ke luar rumah. Supaya dengan demikian Domina dan teman-temannya tidak punya kesempatan untuk menjadikan dan memaksa Sumi menjadi model submissive lagi.
Sementara itu Sumi dengan diam-diam ternyata mulai tertarik dengan kain kebaya. Ia dengan sembunyi-sembunyi, bahkan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya ataupun kakaknya mulai belajar tentang sanggul dan cara memakai kain wiron lewat internet. Ia bahkan dengan sembunyi-sembunyi mempraktekkan apa yang ia tonton di video dan ia baca di artikel internet ketika sedang tidak ada orang lain dirumah. Semua property seperti kain wiron, kebaya, stagen, sandal jinjit, sanggul yang ia pakai adalah kepunyaan ibunya.
Berulang kali ia melakukan itu dan ia selamat tidak ketahuan oleh siapa pun. Tapi suatu hari ketika ia sedang berdandan dengan kain kebaya lengkap dengan sanggul dan sandal jinjitnya serta masih bergaya berlenggang lenggok di depan kaca, kakaknya mendadak pulang ke rumah dan Sumi kalah cepat untuk menanggalkan semuanya itu. Si kakak berhasil memergokinya masih dalam dandanan lengkap kain kebaya. Domina pun terperangah dan kaget. Begitupun juga dengan Sumi, ia kaget dan mendadak jadi pucat serta ketakutan.
Domina segera memanfaatkan keadaan ini. Katanya, "Éh, ternyata kamu sekarang sudah bisa mencintai busana nasional kita ya". Domina mendekati Sumi dan memandanginya dari atas kepala sampai ke bawah kaki. Jari-jari tangan Domina kemudian memegangi wajah Sumi di dagunya, memalingkannya ke kanan dan kiri. Makeupnya cukup rapi. Kemudian beralih meraba-raba sanggulnya, di palingkannya ke kanan dan ke kiri. Sanggulnya ternyata cukup kencang. Setelah itu kemudian memegang-megang kain wiron Sumi. Ditarik-tariknya kain jarik Sumi ke kanan dan kiri. Terakhir ia memegang wironnya dan sedikit menariknya sehingga agak membuka kemudian melepaskannya kembali. Ternyata jariknya juga cukup singset. "Cantik, kok. Lumayan rapi untuk seorang pemula. Kain wironnya juga cukup singset. Tapi kok sembunyi-sembunyi gitu makainya. Enggak usah malu-malu dong. Mama sudah tau soal ini belon ?". Sumi tidak bisa menjawab. Hatinya jadi kecut, karena ia tertangkap basah oleh kakaknya.
Kakaknya kemudian pergi ke ruangan lain, tapi segera kembali lagi dengan membawa tali. Domina berkata lagi, "Ditanya kok diam saja. Dik, mama sudah tau soal ini belon ? Belon tau ya, makanya kamu sampai ngumpet-ngumpet gitu makainya. Itu kain batik mama yang kamu pakai kan disayang banget sama mama. Juga kebayanya". Ia berkata demikian sambil mendekati Sumi dan menuju ke belakangnya. Ia segera menarik kedua tangan Sumi ke belakang Sumi sambil berkata, "Dik, kamu ini ternyata nakal juga ya. Ngambil-ngambil barang mama tanpa minta ijin dulu. Kesinikan tangan kamu, mau kakak ikat. Biar jadi bukti buat mama. Supaya kamu kapok". Sumi yang sebelumnya sudah pernah mengalami hal serupa yaitu diikat tangannya oleh teman-teman Domina, tidak berontak. Ia hanya diam saja dan berkata dengan merajuk, "Ya, diikat lagi. Jangan dong, kak. Tolong lepasin Sumi. Kasihan Sumi. Kakak jangan bilang ini sama mama. Sumi takut kalau mama marah. Sumi mau nurut apa kata kakak, déh".
Mengetahui kalau diatas angin, maka Domina segera menjawab, "Makanya dik, kita sama-sama diam. Kamu sekarang jadi model lagi saja. Seneng kan kamu ? Bisa pakai kain kebaya sama sanggulan. Kamu cantik banget lho dik. Lekuk tubuh kamu terlihat jelas kalau pakai pakaian kayak gini ", Adiknya menjawab, "Tapi lepasin ikatannya dong, kak. Ini kan bukan pramuka yang lagi main tali temali. Lagi pula kata kakak, Sumi mau dijadiin model". Adiknya mencoba merajuk. Tapi kakaknya menjawab dengan serius sambil memegang dagu Sumi serta mendekatkannya ke wajahnya, "Dengar, dik. Ini model submissive yang kakak maksud. Kamu tahu kan apa itu model submissive. Apa kamu cuma berlagak bodoh". Sumi jadi kéder begitu melihat kakaknya jadi galak.
Melihat adiknya jadi takut, Domina menenangkannya, "Dik, kamu jangan takut kayak gitu. Aku kan kakakmu sendiri. Masak mau macam-macam sama kamu. Sekarang kita janjian dulu, ini jadi rahasia kita berdua ya dik. Gimana ? Setuju nggak ?". Sumi imengangguk. Domina berkata lagi, "Kita toss dulu". Sumi menjawab, "Iyyéé, kakak. Kan tangan Sumi kakak ikat ke belakang. Mana bisa Sumi toss sama kakak. Lepasin dulu dong ikatannya, biar Sumi bisa toss sama kakak". Domina segera menimpali , " Ah, ya tangan kamu kakak ikat di belakang ya. Biar kakak yang muter ke belakang kamu". Domina pun berputar ke belakang Sumi. Kemudian tangan Domina ditepukkan ke tangan Sumi yang terikat.
"Dik, sekarang kamu naik ke ranjang. Istirahat di ranjang yuk. Biar kakak bantu kamu naik ke ranjang". Domina membantu Sumi naik ke ranjang dan membaringkannya dalam posisi tengkurap. Sumi segera tahu kalau ia mau dihogtied. Dan memang betul dugaan Sumi. Domina mulai mengikat kedua kaki Sumi. Setelah selesai, Domina mulai menghubungkan ikatan kaki dan ikatan tangan Sumi dengan tali yang lain. Karena Domina mengikatnya dalam posisi dimana kaki dan tangan demikian dekatnya hingga hampir bersentuhan, maka Sumi pun merasakan terlalu kencang hingga ia berkata, "Kak, jangan kenceng-kenceng dong, kak. Sumi sakit". Tapi Domina tidak menggubrisnya. hingga Sumi mengulangi lagi perkataannya, "Kak, tolong kak dikendorin dikit ikatannya biar Sumi nggak sakit". Kakaknya menjawab, "Dasar anak manja, sedikit-sedikit bilang sakit. Kalau rewel terus, nanti kakak laporkan ke mama", Sumi menjawab, "Kak, tolong jangan beritahu mama. Tapi ini Sumi sakit, ikatan kakak kekencangan soalnya".
Tiba-tiba terdengar suara mobil masuk ke halaman, mereka segera mengetahui kalau ibu mereka datang. Domina segera cepat-cepat membuka ikatan Sumi. Mengetahui kalau ikatannya cukup rumit, maka ia mencari gunting atau pisau. Sayangnya ia tidak menemukannya. Untungnya ikatan hogtiednya sudah lepas sama sekali, cuma tinggal ikatan tangan dan kaki. Akhirnya sang ibu memergoki mereka berdua. Domina sedang memegang ikatan kaki Sumi untuk melepaskannya. Sementara Sumi masih terbaring di atas ranjang dalam posisi tengkurap dan terikat tangan dan kakinya.
Si ibu menjadi marah, "Domina, kamu apakan adikmu ? Buka ikatan tangan dan kakinya !" Domina segera mempercepat membuka ikatan tangan dan kaki Sumi. Ibu mereka berkata lagi, "Sumi, kamu pakai kain batik sama kebaya mama ya. Enggak apa-apa kok. Domina biarkan saja adikmu pakai kain batik sama kebaya mama, asalkan kamu makainya hati-hati. Jangan sampai kotor apalagi robek. Sumi, kamu memakai semuanya itu sendiri ?" Sumi mengangguk. Hatinya lega, karena ibunya tidak marah. Si ibu berkata lagi, "Domina, apa kamu juga pingin pakai kain kebaya kayak adikmu ?" Domina menggeleng dan segera keluar dari kamar.
Setelah Sumi turun dari ranjang dan berdiri di hadapan ibunya, ibunya memeriksa anaknya itu dari atas kepala sampai ke bawah kaki mirip seperti yang dilakukan sebelumnya oleh kakaknya. Ia memeriksa makeup, sanggul dan kemudian turun kebawah ke kain wironnya serta merapikan kebaya dan kain wiron Sumi. Akhirnya si ibu berkata, "Sumi, kamu sudah pandai berdandan dan memakai kain wiron sekarang. Apa kamu ikut kursus ?". Sumi menggeleng. Ibunya berkata lagi, "Sumi, jangan dilepas dulu sanggul sama kain kebayamu. Kebetulan, nak. Sekarang ibu kedatangan tamu. Mereka mau belajar rias tradisional, Kamu mau kan ibu jadikan modelnya ?".
Ibu dan anak itupun berjalan berdampingan menuju ruang tamu. Karena Sumi masih kesulitan berjalan dengan memakai kain wiron dan sandal jinjit, maka ibunya membimbing dan menuntun tangannya. Ternyata begitu sampai di ruang tamu yang luas, disebelah yang lain Domina juga kedatangan teman-temannya. Celakanya, teman-teman yang datang ke rumah itu adalah teman-teman kelompoknya Domina yang hobby memotret model submissive. Begitu Sumi melihat teman-teman Domina dan tahu sebagian dari mereka adalah mereka yang memotret dia waktu jadi model submissive, maka Sumi pun jadi was-was dan hatinya berdebar-debar. Dalam hatinya ia hanya bisa berharap semoga teman-teman Domina pergi lebih dulu bersama kakaknya daripada teman-teman ibunya dan ibunya tidak pergi lagi sebelum Domina serta teman-temannya pergi ke luar rumah. Supaya dengan demikian Domina dan teman-temannya tidak punya kesempatan untuk menjadikan dan memaksa Sumi menjadi model submissive lagi.
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
Ketangkap basah
Sabtu, 12 Oktober 2013
Room service
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
Room service
Kamis, 10 Oktober 2013
Domina dan Sumi
Perkenalkan, namaku Sumi Sylvia. Aku seorang gadis yang masih hijau dan muda belia. Aku suka manja terhadap kakak dan mamaku.
Ah, mumpung sekarang aku lagi nggak diikat-ikat tangan sama kakiku, aku mau bergaya dulu kayak model. Kalau gini kan enak. Jadi model bisa bergaya bebas dan luwes tanpa diikat-ikat. Masak jadi model diikat-ikat dulu tangan sama kakinya terus disuruh bergaya. Mana bisa luwes. Kakakku sih gara-garanya. Dia menjebakku bersama teman-temannya. Tapi habis itu dia sendiri juga dikerjai teman-temannya. Syukurin deh, kakak.
Semenjak aku memakai kain kebaya di suatu resepsi karena terpaksa dan kemudian menjadi among tamu di pernikahan saudaraku, aku menerima banyak tawaran untuk menjadi model rias tradisional. Tapi aku takut kalau sampai ketahuan kakak sama teman-temannya . Bisa-bisa mereka akan memaksa aku menjadi model submissive lagi.
Sekarang aku dalam kontradiksi hati apakah akan menerima tawaran itu ataukah akan menolaknya. Situasisasi dan kondisisasi ini sekontradiksi hatiku akan pakaian kain kebaya. Pakaian yang kata mama harus kucintai, karena merupakan busana nasional bangsa kita.
Tapi begitu memakainya aku laksana seperti terpenjara. Aku tidak bisa bebas bernafas dan tidak bisa makan-minum seenaknya, sebab badanku terlilit oleh kencangnya stagen. Kakiku tidak bebas lagi melangkah, melainkan harus mematuhi norma-norma sebagai gadis Jawa yang sopan santun dan lemah gemulai. Kalau kebelet pipis, tidak bisa tidak harus ditahan kalau tidak mau ngulang pakai kain kebaya lagi. Apa pakai pampers dewasa dulu kali ya enaknya. Sekalian biar pantat bisa semakin tambah bahenol. Belum lagi kata orang yang tidak suka kebaya, bisa-bisa aku ditertawai dan dikatai sebagai orang udik, kayak ibu-ibu.
Tapi memang iya sih, begitu aku pakai kain kebaya dan berkaca, aku sendiri pangling akan diriku. Tubuhku menjadi aduhai. Lekuk tubuhku menjadi terlihat jelas oleh ketatnya kain dan kebaya. Payudaraku bisa naik, karena stagen yang dililitkan dengan kencang dipinggang dan perut. Pinggangku juga bisa menjadi ramping. Demikian juga dengan pantatku bisa naik tinggi, karena kain yang melingkar ketat dikakiku.
Memang betul juga sih kalau aku pakai kain kebaya, aku terlihat lebih anggun dan lebih dewasa serta tentu saja lebih cantik daripada waktu aku memakai pakaian casual macam kaos dan jeans. Tidak salah memang kata kakak kalau aku lebih cantik pakai kain kebaya entah ia berkata jujur atau bohong sekedar untuk membujukku waktu kami dulu rebutan untuk memakai straples mini dress daripada memakai kain kebaya. Jadi kalau kupikir-pikir aku harus berterimakasih juga karena aku kalah dan terpaksa harus memakai kain kebaya.
Aku ingat betul waktu pergi resepsi dulu bersama kakakku, orang-orang lain memandang aku dari atas sampai kebawah dari kepala sampai ke ujung kaki dan berbisik-bisik satu sama lain serta sebentar-bentar memandang ke arahku. Aku seperti orang udik, aku jadi grogi, malu dan salah tingkah. Kalau kakak sih enak dulu pakai straples mini dress. Lagi pula di resepsi itu sejauh mataku memandang tidak ada orang lain yang memakai kain kebaya, kecuali beberapa orang ibu-ibu. Tapi justru karena itulah aku mendapat tawaran untuk menjadi model rias tradisional.
Terus terang aku malu untuk mengakui hal ini dihadapan kakakku, karena ia adalah seorang gadis yang sangat modern dan kebarat-baratan. Apa katanya nanti jika mengetahui adiknya suka pakaian tradisional Jawa. Aku juga takut untuk mengakuinya dihadapan kakakku, karena bisa-bisa ia akan menjebak dan memaksa aku menjadi model submissive lagi.
Sementara mama terus menerus mewejangi aku dan kakakku supaya kami belajar mencintai busana tradisional kami. Tapi kakak kelihatannya cuek dan tidak mau memberi contoh kepada adiknya mengenai kecintaan akan busana ini. Yah bagaimana ini ? Kalau aku menuruti kemauan mama, kakak akan mengejekku dan mungkin juga memanfaatkanku sebagai model submissive. Kalau aku tidak menuruti kemauan mama, aku sendiri kepingin juga tampil lebih cantik, anggun dan dewasa. Kontradiksi hati, bagaimanakah caranya menuju harmonisisasi ?
Perkenalkan namaku Domina Nancy. Aku seorang gadis yang sangat terbuka terhadap kemajuan jaman dan tidak takut akan era globalisasi. Orang lain yang melihat hubunganku dengan adikku ada yang mengatakan kalau aku mendominasi adikku, tapi aku tidak merasa berbuat seperti itu. Aku sangat menyayangi adikku.
Sebagai seorang gadis yang hidup di jaman modern sekarang ini tentu saja aku selalu memakai busana-busana modern yang mengikuti jaman. Walaupun tentu saja harus kusesuaikan dengan bentuk postur tubuhku agar aku tidak menjadi korban mode dan tercipta harmonisisasi serta tidak terjadi kontradiksisisasi.
Aku sangat mencintai dan menghormati mamaku. Tapi mamaku adalah seorang yang sangat memegang teguh norma-norma adat istiadat dan konservatif, juga dalam hal busana. Ia selalu mewejangi dan mengingatkan kami agar kami bisa mencintai busana tradisional dan sekaligus busana nasional bangsa kita yaitu kain kebaya.
Memang betul kata mama, bangsa yang kuat adalah bangsa yang memegang teguh adat istiadatnya dan suatu bangsa akan seperti tumbuhan yang tercabut dari akarnya bila melupakan adat istiadatnya. Memang betul pula dulu waktu aku terpaksa memakai kain kebaya di hari wisudaku dan waktu menjadi among tamu, aku terlihat sangat berbeda bila dibandingkan waktu memakai busana-busana modern. Lebih njawani dan lebih tradisional.
Tapi aku ? Seorang gadis metropolis modern harus memakai kain kebaya tradisional ? No way ! Enggak déh, biar adikku saja yang memakainya. Dia mungkin saja cocok dengan busana itu. Dia kan seorang gadis yang masih hijau, lugu, manja, lemah, suka merajuk dan tidak bisa mandiri serta selalu bergantung pada kakak dan mamanya. Sesuai dengan pakaian kain kebaya yang membuat orang sulit untuk bergerak dengan bebas dan mandiri. Sekalian saja nanti aku jadikan dia model submissive, soalnya memang sesuai sudah antara sifat adikku dan pakaiannya. Jadi untuk adikku, pesanku turutilah kata mama. Belajarlah mencintai busana tradisional Jawa, nanti jika ada kesempatan dan waktu yang tepat aku akan mengorbitkanmu sebagai seorang model. Model submissive !
Anda semua boleh mentertawai aku, karena paling tidak aku akhirnya terpaksa harus memakai kain kebaya juga sampai 2 kali. Tapi itu semata-mata karena aku menghormati mamaku. Dan biarpun telingaku sampai panas, karena diwejangi mama untuk belajar mencintai kain kebaya. Aku akan tetap menolak dan teguh pada pendirianku.
Anda juga boleh mentertawai aku, karena kebodohanku aku sampai 2 kali dikerjai jadi model submissive. Tapi untuk yang selanjutnya aku tidak akan mau lagi jadi model submissive.
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
MALAM FINAL MOJANG JAJAKA BANDUNG 2013
Label:
jajaka
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain wiron
,
kebaya
,
mojang
Selasa, 08 Oktober 2013
Wisuda teman
Ini adalah lanjutan kisah kakak beradik Domina dan Sumi setelah keduanya menjadi among tamu. Dimana akhirnya keduanya harus mengakhiri malam dengan tidur kelelahan dalam keadaan terikat tangan dan kakinya di kursi serta masih berpakaian kain kebaya. Esok paginya barulah mereka dilepaskan dari hukuman itu oleh ayah mereka.
Waktu pun terus berjalan. Suatu ketika salah seorang teman karib Domina akan diwisuda. Mengetahui kalau ibu Domina pintar merias tradisional, maka si teman Domina tersebut meminta tolong kepada ibu Domina untuk merias dan sekalian memakaikan kain kebayanya. Maka pada hari dan jam yang ditentukan, si teman itu pun datang. Teman Domina itu bertubuh agak kecil hingga sering dinamai Si Mini.
Ibu Domina pun mulai merias Mini. Sumi malah ikut melihat dan membantu ibunya sedikit-sedikit mulai dari memasang sanggul, memakaikan kain wiron dan stagen. Berbeda dengan Domina yang tidak ikut melihat sama sekali ibunya merias temannya. Si ibu jadi agak keheranan melihat putrinya ikut membantu. Melihat hal ini, maka ia pun segera menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan tata cara rias tradisional. Antara lain ia berkata, "Sumi, kalau mau nyanggul, rambut harus diberi hair spray dulu biar kaku, kemudian baru disasak ke belakang dan dikuncir dengan tali karet." Lalu ia juga menerangkan cara memakai kain wiron untuk wanita, katanya, "Kain yang ujungnya tidak berwiru itu dipegang dipinggang sebelah kiri dan ujungnya agak naik keatas membentuk segitiga. Baru kemudian kainnya diputar ke arah depan kanan. Wironnya dipas agar jatuhnya ditengah agak ke kanan sedikit". Sumi pun mengangguk dan mengiyakan omongan ibunya.
Singkat cerita Mini pun sudah selesai dirias dan juga sudah berpakaian kain kebaya. Ia menitipkan pakaiannya yang ia pakai dari rumah kepada Domina. Sesudah itu mereka bertiga, Domina, Sumi dan Mini pergi ke tempat wisuda. Wisuda berjalan lancar. Setelah selesai acaranya, Mini kembali ke rumah Domina untuk mengembalikan property kain kebaya kepada ibu Domina sekaligus berganti dengan pakaian semula.
Teman Domina ini adalah salah satu teman Domina yang hobbynya mengambil gambar-gambar model submissive. Ia termasuk salah satu dari teman-teman Domina yang juga ikut mengambil gambar-gambar Domina dan Sumi waktu keduanya jadi model submissive. Bahkan ia juga ikut mengikat Domina. Maka Domina bermaksud membalas dendam secara diam-diam. Apalagi situasi dan kondisi rumah cukup memungkinkan ia untuk melakukan hal ini, karena kedua orang tua mereka pergi menginap. Domina yang pada mulanya bermaksud memberitahu rencana ini kepada adiknya membatalkan membertahu adiknya perihal ini. Karena ia ragu-ragu dengan adiknya apakah adiknya tega dan berani melakukan hal ini kepada temannya atau jangan-jangan ia malah memberitahu hal ini kepada temannya.
Begitu sampai dirumah Domina, maka Mini meminta kembali pakaiannya yang tadi dititipkan dan bermaksud untuk ganti pakaian. Tapi mulailah Domina melaksanakan rencananya. Ia mengunci pintu ruang tamu, kemudian menyergap Mini dari belakang dan menarik kedua tangan Mini serta mengikat tangannya dibelakang punggung. Mini segera berkata, "Ampun Domina, jangan balas dendam dong. Lagian kan bukan aku saja yang ngikat kamu. Main bondagenya nanti saja. Aku sekarang mau ganti pakaian dulu.". Sumi yang melihat peristiwa itu jadi bingung. Domina yang melihat hal itu segera memprovokasi adiknya, "Dik, kamu apa nggak ingat. Ini Mini yang dulu ikut ngikat kita berdua sampai akhirnya kita harus tidur dikursi samalaman. Bantuin kakak dong buat ngikat dia". Sumi pun segera bergegas membantu kakaknya mengikat Mini. Mini pun menjerit-jerit, tapi Domina segera berkata, "Mini, kalau kamu menjerit-jerit terus, mulut kamu akan ku lakban !". Mini pun jadi diam.
Setelah tangan Mini selesai diikat, mereka membawa Mini menuju kamar mandi dan Domina menunjukkan pakaian Mini yang tadi dititipkan kepadanya sambil berkata, "Nih pakaianmu ! Sekarang sudah basah kuyub kena air". Ia berkata demikian sambil menyemprot pakaian Mini dengan air. "Sekarang kamu tidak bisa ganti pakaian lagi. Soalnya aku dan adikku tidak mau meminjami kamu pakaian kami. Biar kamu bisa semakin merasakan menjadi seorang submissive yang total dengan pakaian kain kebaya". Teman Domina pun menangis sesenggrukan sambil meronta-ronta. Tapi Domina malah mengajak Sumi meninggalkan temannya itu tergeletak di lantai kamar mandi dan menguncinya dari luar.
Tak lama kemudian Domina dan Sumi kembali menjenguk Mini. Ternyata Mini masih menangis perlahan-lahan. Maka Domina membentaknya, "Kalau nangis terus nanti kuguyur dengan air sekalian !". Mini pun mulai mereda tangisannya. Sumi yang tidak tega melihat itu mendekatinya dan memeluk serta menenangkan Mini. Akhirnya mereka membawa Mini keluar kamar mandi.
Di ruangan tengah Mini mengiba-iba dan memohon supaya Domina melepaskan ikatan tangannya, katanya, "Ampun Domina. Tolong lepaskan ikatan tanganku. Aku minta maaf atas perbuatanku waktu itu. Sekarang ijinkan aku meminjam pakaianmu untuk pulang ". Domina pun menjawab, "Yah, Mini. Kamu tidak perlu minta maaf kok. Aku tidak balas dendam, cuma aku pingin lihat kamu jadi model submissive yang total dengan kain kebaya. Lagian baru 1 kali aku lihat model submissive pakai kain kebaya, Itu pun adikku sendiri selain diriku sendiri. Tolong aku dong, sekarang gantian kamu yang jadi model submissive dan kami berdua yang akan memotret kamu. Gimana ? Nggak keberatan kan". Merasa kalau rayuannya tidak berhasil meluluhkan hati Domina, maka Mini pun hanya bisa diam saja. Dalam hatinya ia mulai berpkir nanti ia mau diapakan lagi.
Tak lama kemudian Domina dan Sumi bermaksud meninggalkan Mini untuk makan. Tapi kemudian Domina kepikiran kalau Mini masih bisa berjalan-jalan, maka mereka mengikat kaki Mini. Setelah itu Domina masih sempat berkata, "Nah, sekarang kamu sudah semakin sempurna menjadi submissive. Mini, kamu duduk manis saja ya di situ. Kami berdua mau makan". Tapi lagi-lagi Sumi tidak tega terhadap Mini dan kembali dengan sepiring makanan dan minuman. Ia bermaksud menyuapi Mini makan dan minum, tapi Domina mencegahnya. Katanya, "Dik, jangan disuapi dulu. Kakak mau ngambil gambarnya. Kita make up dia dulu dan membenahi rambutnya". Setelah di make up dan ditata rambutnya, maka mereka menelungkupkan Mini dengan wajah menghadap ke depan dan di depannya tergeletak piring makan dan gelas minumnya. Domina berkata, "Coba kamu makan dan minum dalam keadaan seperti itu". Tentu saja Mini tidak bisa makan dan minum dengan keadaan seperti itu, tapi Domina tetap saja mengambil foto Mini beberapa kali.
Setelah itu barulah Domina memperbolehkan Sumi memberi Mini minum dan makan. Tapi rupanya Domina benar-benar bermaksud mengerjai temannya. Ternyata makanannya dibubuhi dengan bubuk merica dan cabai yang cukup banyak, sehingga Mini pun jadi tersedak dan batuk-batuk. Tapi Domina malah mengambil foto Mini dalam keadaan tersedak. Barulah setelah itu Domina segera mengambil gelas minum, tapi sekali lagi ia mengerjai Mini dengan memain-mainkan gelasnya dengan tangan maju mundur mendekati mulut Mini sehingga Mini harus memonyong-monyongkan mulutnya untuk mengejar gelas minum. Akhirnya barulah Domina memberi minum Mini setelah dilihatnya Mini putus asa.
Rupanya Domina masih belum puas, ia sengaja berkata dengan lantang, "Sumi, kakak pipis dulu ya. Kamu kebelet pipis nggak ?" Sumi pun mengiyakan perkataan kakaknya. Domina melanjutkan, "Gantian ya. Mini, kalau kamu kebelet pipis nggak ? Kalau kebelet, nanti aku pasangi perlak dulu ya buat kamu ngompol". Setelah itu Domina tertawa, Sumi pun tidak dapat menahan tawanya dan ikut tertawa. Tapi kemudian timbul ide iseng lagi dari Domina, ia menyuruh Mini untuk duduk di closet kamar mandi dan kemudian mengambil gambarnya.
Senja pun tiba, kedua kakak beradik itu mandi. Sumi yang tidak tega melihat Mini yang dari tadi terikat tangan dan kakinya, berkata, "Kak, bagaimana dengan Mini ? Biar dia mandi dulu. Nanti kita ikat lagi". Tapi kakaknya jadi sewot dan menyeret Mini ke kamar mandi serta berkata dengan judes, "Kita mandiin saja dia" sambil menyemprot Mini dengan semprotan air. Tapi beruntung hal ini hanya ia lakukan sekejap saja sehingga Mini hanya basah sedikit. Kemudian Domina mendapat ide dan mengajak Sumi untuk menggotong Mini ke dalam bath tub untuk diambil gambarnya. Domina pun berkata, "Senyum yang manis dong !".
Sesudah hari mulai malam, lagi-lagi Sumi tidak tega terhadap keadaan Mini dan berkata kepada kakaknya, "Kak, sudahlah. Kita sudah cukup menahan dia. Sekarang biarkan dia pulang, kasihan sudah sejak tadi siang dia kita ikat". Tapi kakaknya menjawab, "Sumi ! Apa kamu tidak ingat, gara-gara dia kita jadi dihukum sama papa tidur terikat di kursi semalaman sampai kamu kebelet pipis. Sekarang kita balas dia, kakak mau dia semalaman terikat tangan dan kakinya. Biar impas".
Akhirnya mereka membiarkan Mini tergeletak berbaring di sofa panjang dengan tangan dan kaki terikat. Paginya sekali lagi Domina mengerjai Mini dengan menyiram air ketika dilihatnya Mini masih tertidur. Mini pun bangun gelagapan. Ia mau menggerakkan tangannya untuk mengelap mukanya , tapi ia baru sadar kalau ternyata tangannya masih diikat dibelakang punggungnya. Dan pada saat yang bersamaan ia juga mau beranjak bangun dari sofa. tapi karena kakinya juga terikat, maka ia pun jadi jatuh ke lantai. Untungnya sofanya tidak begitu tinggi. Domina malah tertawa-tawa. Sementara Sumi jadi panik dan segera menolong membangunkan Mini.
Sesudah itu Domina berkata, "Yah, acara MOS, Masa Orientasi Submissivenya sudah selesai. Sekarang kamu boleh mandi". Kemudian mereka membuka ikatan tangan dan kaki Mini serta membiarkan Mini mandi.
Setelah Mini mandi dan berganti pakaian dengan pakaian yang dibawanya dari rumah, Domina berkata kepadanya, "Mini, kita masih berteman kan ? Terimakasih ya telah bersedia menjadi model submissive. Kamu sudah lulus kok menjadi seorang model submissive dengan predikat cum laude". Dan Domina memeluk serta menciumnya.
Label:
BDSM
,
bondage
,
jarik
,
kain kebaya
,
kain panjang
,
kain wiron
,
kebaya
,
Wisuda
,
Wisuda teman
Langganan:
Postingan
(
Atom
)