tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Sabtu, 25 Januari 2014

A lady and her pets

Once upon a time there was a lady who kept several dogs. The lady was so humble. Beside that, she can accept whatever a thing  is as it is and likes to  surrender. Her husband was very lucky to have a wife like her.

She likes in a helpless state that could only surrender. Maybe because it's the nature of Javanese tribe. To feel completely helpless and surrender, she likes to ask her husband to tie her hands,  feet and neck. After that she also wants the ropes that tie her hands,  feet and neck  to be controled by each of her dogs.

She even likes to imitate the behaviour of her dogs by eating and drinking from dog drinking and eating place to feel how to be a pet. She also likes to bark like a dog "guk, guk, guk !".  Before she drinks or eats, she pretends that her dog says "Please drink,  Madam !" or "Please eat, Madam !". Then she barks, "guk, guk , guk !"

Her husband feels sorry and concerned about her behaviour. But he can do nothing. Because her wife feels happy with her behaviour.

Bahasa Indonesia
Sekali waktu ada seorang wanita yang memelihara beberapa anjing. Wanita itu begitu rendah hati. Selain itu, dia bisa menerima apa pun seperti apa adanya dan suka pasrah. Suaminya sangat beruntung memiliki istri seperti dia.

Ia suka berada dalam keadaan yang tidak berdaya sehingga hanya dapat pasrah menyerah. Mungkin karena itu sifat suku Jawa. Untuk merasakan  benar-benar tak berdaya dan pasrah, dia suka meminta suaminya untuk mengikat tangan, kaki dan lehernya. Setelah itu ia juga ingin tali yang mengikat tangan, kaki dan lehernya untuk dikontrol oleh setiap anjing.

Dia bahkan suka meniru perilaku anjing dengan makan dan minum dari tempat makan dan  minum anjing untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi peliharaan. Dia juga suka menyalak seperti anjing "guk, guk, guk!". Sebelum ia minum atau makan, dia berpura-pura bahwa anjingnya mengatakan "Silahkan minum, Nyonya !" atau "Silahkan makan, Nyonya!". Kemudian dia menyalak, "guk, guk, guk!"

Suaminya merasa kasihan dan prihatin tentang perilakunya. Tapi tidak dia bisa melakukan apa-apa. Karena istrinya merasa bahagia  dengan perilakunya.

Senin, 13 Januari 2014

Lempar martil

lempar martil
Pesta olah raga se Asia Tenggara, SEA Games di Myanmar sudah usai. Indonesia menduduki peringkat 4. Kalau dilihat sekilas memang cukup membanggakan, karena masuk 4 besar. Tapi ternyata hal itu masih dibawah target KONI. Entah siapa yang harus disalahkan atas kemerosotan perolehan medali ini. Perselisihan antara KONI dan KOI sempat disebut-sebut sebagai salah satu penyebabnya.
Tapi selain itu mungkin para atlet sendiri perlu digembleng dengan latihan-latihan yang lebih keras dan disiplin lebih tinggi. Seperti latihan dengan diberi hambatan. Atlet lari berlatih dengan tambahan beban di kaki. Atau mungkin seperti atlet lempar martil yang tangannya harus diikat ke belakang dan dengan pakaian yang juga menghambat seperti pakaian kain kebaya ini.

Kamis, 09 Januari 2014

Zinah

Ini terjadi di suatu daerah di Indonesia yang masih memegang teguh adat istiadat. Adalah seorang wanita yang sudah menikah, parasnya cantik, tubuhnya aduhai. Ia menikah dengan seorang pria yang jantan. Tapi ternyata kejantanannya hanya diluarnya saja sebatas penampilan.  Akibatnya sang isteri jadi kecewa. Akhirnya ia selingkuh dengan suami orang lain.
Diam-diam hal ini rupanya sudah diketahui oleh lingkungan sekelilingnya. Hingga akhirnya para warga sekitar memasang perangkap. Mereka berembug dan mengambil keputusan untuk menangkap pasangan selingkuh  itu pada suatu resepsi. Mereka memilih untuk menangkap  pasangan selingkuh itu di suatu resepsi, karena pada saat itu tentu saja hampir semua warga datang. Selain itu mereka bermaksud menggunduli pasangan selingkuh itu. Mereka membayangkan betapa lucunya melihat seorang wanita berkain kebaya , tapi kepalanya gundul.
Tibalah harinya. Si wanita sudah berdandan cantik dengan kain kebaya. Tapi ternyata si pria pasangan selingkuhnya tidak datang. Setelah diselidiki, ternyata si pria sudah mencium jebakan itu dan melarikan diri.
Jadilah hanya si wanita yang ditangkap oleh warga. Tentu saja si wanita itu memberontak dan membantah kalau ia berzinah dengan suami orang lain. Terpaksalah para warga mengikat tangan dan kakinya. Mereka bermaksud menggunduli si wanita itu. Ternyata  masih tetap sulit untuk menggunduli kepala wanita itu dalam keadaan  kaki dan tangan yang terikat, karena si wanita masih bisa meronta-ronta. Akhirnya mereka menghubungkan ikatan tangan dan kaki si wanita dengan tali yang lain dalam posisi bersimpuh. Barulah si wanita itu dapat digunduli.
Ternyata si wanita itu memakai sanggul palsu, walaupun rambutnya cukup panjang. Tapi masih kurang panjang untuk disanggul. Seorang wanita yang memangkas rambutnya kemudian berkata mengejek, "Jangan kuatir, sanggul kamu  kita simpan baik-baik, tidak akan kita rusak. Nanti habis diarak keliling kampung, kamu boleh ambil dan ditempelkan lagi dikepalamu. Soal kepalamu tidak  ada rambutnya lagi, gampang nanti sanggulnya dibagian kiri dan kanannya diikat sama karet gelang terus ditempelkan ke telingamu. Praktis kan ?". Si wanita gundul itu semakin merana hatinya mendengar ejekan itu.
Si wanita yang memotong rambut kemudian berulah lagi. Diciuminya gumdul si wanita itu sambil berkata, "Ehm ... aah, lembutnya kayak kepala bayi. Kamu bisa jadi penerusnya Sinead O Connor dong. Tinggal nyanyi doang. Ini ciuman untuk keberuntungan. Semoga arak-arakannya bisa berjalan dengan lancar, meriah dan sukses. Ditonton oleh sejuta orang. Gimana ? Gitu kan doanya. Biar kamu bisa jadi cepat terkenal."
Lalu dipandanginya si wanita gundul itu dari depan. Sesudah itu ia berkata, "Betul kok. Walaupun kamu gundul plontos. Kamu terlihat cantik kok. Percaya deh".
Tepat sebelum ia mulai diarak, si wanita yang memotong rambut itu menasihatinya. "Sudah, kamu yang pasrah dan tabah saja.  Jangan berontak atau melarikan diri. Lagi pula kan ribet, soalnya kamu pakai jarik sama sandal jinjit. Lagipula ini semua kan salahmu. Daripada cemberut sama ogah-ogahan, lebih baik kamu pasang senyum sana-sini, tebar pesona. Jalannya yang luwes, tangannya diikat dibelakang kan gak masalah toh ? Anggap saja kamu lagi jalan di catwalk. Siapa tau ada yang ngambil foto apa video. Terus video apa fotonya di upload di internet dan dilihat sama pemandu bakat. Kamu kan bisa jadi bintang film"
Akhirnya  si wanita itu pun diarak keliling desa. Duh, betapa malunya si wanita cantik itu. Coba bayangkan, sudah berdandan cantik dengan kain kebaya dan makeup, tapi kepalanya gundul licin.
Kemudian ada seseorang yang berniat jahil, ia meletakkan sebuah bakul dari bambu di atas kepala si wanita itu. Ia bermaksud mengejek  si wanita itu  dengan nyanyian Gundul-gundul pacul. Pada mulanya beberapa orang menolak permintaan itu. Tapi akhirnya mereka meluluskan permintaan itu, karena bakul itu kosong dan ringan. Orang-orang yang menonton kemudian berseru dan bernyanyi "Gundul-gundul pacul" dengan syair yang sudah diubah seuaikan menjadi : Gundul-gundul pacul karo jarikan. Nyunggi-nyunggi wakul karo jarikan. Mlakune kesrimpet, segané dadhi sak ratan.
Zinah1
Zinah2
Zinah3
Semua peristiwa diatas ditonton oleh Sumi dan Domina serta ibunya yang kebetulan juga diundang ke acara itu. Mereka semua memakai kain kebaya. Sumi yang melihat semuanya itu jadi ngeri. Berbeda dengan Domina yang bukannya ngeri melihat tontonan itu, tapi malah asyik menikmati pemandangan itu.
Di dalam hati,  Sumi berpikir betapa ngeri dan malunya menjadi wanita yang digunduli itu. Untungnya, di acara itu tidak ada satupun teman sekomplot kakaknya yang diundang atau terlihat. Kalau tidak, bisa-bisa gawat. Karena hal ini bisa mengilhami mereka untuk melakukan hal yang sama kepada korban submissive mereka. Dan ia sendiri sering dijadikan korban submissive.
Di dalam perjalanan pulang Sumi duduk di kursi belakang mobil bersama Domina. Sementara ibunya berada di kursi depan. Sumi sebentar-sebentar memandangi kakaknya dengan tatapan antara takut dan aneh. Domina yang mengetahui hal ini kemudian berkata dengan lirih sambil mendekatkan kepalanya ke kepala adkinya, karena takut didengar ibunya. "Dik, kenapa kamu memandangi kakak seperti itu ? Kamu seperti takut sama kakak. Oh, kakak tahu. Kamu mesti membayangkan peristiwa di resepsi tadi ya ? Kamu takut kalau kakak melakukan hal itu kepada kamu. Dik, dik. Tentu saja kakak tidak tega melakukan hal itu pada kamu. Bagaimanapun kakak kan sayang sama kamu. Memang kamu sering kakak ikat tangan sama kakimu, tapi kan cuma sebatas itu. Bagaimanapun juga kakak tidak tega menyiksa kamu. Kakak sangat berterimakasih, kamu mau menuruti kemauan kakak selama ini.". Lalu diciumnya Sumi.