tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Kamis, 30 Juni 2011

sensasi baru

Semenjak saya pertama kali punya hobby cding,  dari dahulu pakaian saya yang saya kenakan selalu kain kebaya. Sudah sepuluh tahun lebih saya melakukannya. Sampai akhirnya tahun-tahun terakhir ini saya menjadi kurang atau sulit bernafsu. Memang kebaya saya ada cukup lumayan banyak,  demikian juga dengan kainnya. Sehingga bisa dikombinasi untuk menghasilkan variasi baru dan menghilangkan kebosanan. Tapi tetap saja saya kurang bernafsu dan mulai timbul kebosanan.
Beberapa bulan kemarin saya memperhatikan sebuah gaun wanita yang bermotif polkadot putih dan lingkaran hitam yang terpajang disebuah toko pakaian. Kebetulan hampir setiap hari saya melewati toko itu. Dari memperhatikan  kemudian timbul keinginan untuk  memakainya. Dari hari kehari  keinginan itu semakin menguat. Akhirnya saya putuskan untuk menanyakan lebih lanjut gaun itu dan bila cocok saya bermaksud untuk membelinya. Tapi pada saat saya memutuskan dan  pergi ke toko tersebut, gaun tersebut sudah laku. Sayapun sedikit kecewa.
Beberapa hari kemudian rasa kecewa dan gambaran tentang gaun sudah menghilang dari pikran saya.  Tapi selang beberapa hari kemudian mulai timbul lagi keinginan untuk mencoba cding dengan gaun. Dan kebetulan suatu  ketika  saat  saya membeli lauk, disebelahnya ada toko pakaian. Maka sayapun melihat-lihat pakaian yang ada ditoko itu. Saya tertarik dengan terusan berukuran mini berwarna hitam. Tapi waktu itu tidak langsung saya beli. Baru beberapa hari kemudian waktu saya kembali kesana akhirnya saya beli.  Setelah saya coba, saya jadi sedikit kecewa. Karena bawahnya ternyata agak terlalu lebar dan modelnya tidak simetris. Kemudian untuk menyempurnakan penampilan saya, sayapun membeli wig. Berkali-kali saya mencoba foto-foto dengan pakaian itu hasilnya saya selalu tidak puas. Sampai akhirnya saya sampai pada kesimpulan, kalau saya tidak cocok dengan memakai gaun. Saya lebih cocok pakai kain kebaya.
Selang kira-kira sebulan lebih mulai timbul pemikiran mungkin gaunnya yang tidak cocok atau wignya yang tidak cocok. Bagaimana kalau dengan gaun yang bawahnya span atau mungkin wignya yang agak simpel. Kemudian kebetulan juga suatu ketika saya melewati toko pakaian yang lain lagi dan saya melihat ada terusan rok mini yang bawahnya span. Seketika itu juga saya langsung melihat-lihat pakaian-pakaian yang ada ditoko itu. Setelah pilih-pilih akhirnya saya menjatuhkan pilihan saya pada terusan rok mini yang berwarna putih yang bawahnya span dan sepanjang badannya ada elastiknya. Pada waktu itu sebetulnya saya masih ragu-ragu apakah pilihan saya tepat dan saya akan terlihat pantas dengan gaun ini.
Kemudian ketika tiba hari libur, maka sayapun mencoba gaun terusan mini yang berwarna putih itu dan berfoto-foto. Hasilnya menakjubkan. Saya bukan saja puas tapi betul-betul takjub dan sampai tidak percaya pada diri saya saya sendiri.  Saya bukan saja terlihat pantas dengan gaun putih itu tapi betul-betul terlihat cantik dan sexy. Tidak puas-puasnya  saya  berkaca berulang kali.  Demikian juga saya melihat hasil foto-foto saya berulang kali. Bukan itu saja, tapi saya juga merasakan gairah nafsu dalam diri saya pertama kali sewatu cding dengan tidak  berkain kebaya. Ternyata dengan memakai gaunpun saya juga terlihat pantas dan bisa merasakan gairah nafsu. Foto-foto cding saya ada dalam posting yang berjudul "snow white"

Selasa, 21 Juni 2011

Selasa, 14 Juni 2011

PERSEBAYA

Dari kecil kepingin jadi pemain sepak bola, akhirnya jadi juga pemain PERSEBAYA ( PERsatuan SEpak bola berkainkeBAYA ). Tapi mesti ati-ati nih terutama kalau lari sama nendang bola, takut kalau kesrimpet jarik, apalagi kalau sampai sanggulnya lepas bisa-bisa disoraki penonton .... malu deh.

Senin, 13 Juni 2011

3 in 1

Wah, ternyata yg 3 in 1 itu bukan cuma So Klin atau Kawasan saja ya. On Line juga bisa 3 in 1. Tadi siang saya kerja sambil OL sama 3 teman saya serentak di FB. Yang 1 sama tenaga edukasi, yg 1 sama temen cewe : girls talk, yg terakhir ML. Rasanya luar biasa, bukannya kerjaan jadi kacau berantakan tapi satu kerjaan yang terbengkalai dari kemarin jadi terselesaikan hari ini. Disamping itu  kerjaan berat rasanya jadi ringan, persoalan ruwet jadi hilang. Pikiran rasanya jadi terang. Terimakasih buat teman-teman  saya di FB. Sebuah terobosan baru,  sebuah cara pragmatis untuk menyelesaikan pekerjaan.

Sabtu, 04 Juni 2011

Deja Vu atau Utopia ?

Di masa sekarang ini, komputer dan internet adalah sudah menjadi suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat untuk komunikasi dan informasi. Mulai dari untuk keperluan penting bisnis, informasi berita sehari-hari, kebutuhan sosial sampai untuk kesenangan. Salah satunya yang merebak untuk kebutuhan sosial adalah facebook.  Dengan situs ini kita bisa berkomunikasi dengan teman-teman kita dimanapun mereka berada.

Dan inipun terjadi pada diri saya, untuk kebutuhan sosial mencari teman. Maka sayapun membuka account facebook. Dan pada awal-awalnya hasilnya cukup mengagetkan bagi saya. Saya hampir saja menjalin hubungan serius dengan seseorang tapi tidak jadi. Kemudian sampai sekarang ini saya   berhubungan cukup dekat dengan beberapa teman. Hubungan sejenis. Semua ini karena saya sering mengunggah foto-foto saya. Pada mulanya saya hanya mengunggah foto-foto  saya dari leher kebawah.  Saya tidak mengira kalau komentar-komentar dari teman-teman adalah pujian-pujian positif  entah betul-betul serius atau cuma bercanda. Tapi ini  membuat saya semakin terpacu untuk sering mengunggah foto-foto saya. Bahkan kemudian setelah cukup berani, saya mengunggah foto-foto saya sampai kewajah saya. Disamping itu kadang saya juga mengobrol dengan teman-teman. Mulai dari obrolan biasa sampai yang ke hubungan intim bahkan bercumbu secara imaginer. Saya betul-betul tidak mengira kalau saya ( entah apa kata yang tepat untuk ini ) digila-gilai oleh mereka.  Ada yang secara halus tapi terang-terangan memuji saya. Kata mereka saya ini sexy dan merangsang. Ada yang model tembak langsung.

Keadaan ini yang berlangsung terus menerus  membuat saya seakan hidup dalam dua dunia.  Yang pertama, dunia nyata yang saya jalani sehari-hari. Yang kedua adalah dunia maya internet. Kemudian timbul  pikiran dalam diri saya bagaimana kalau saya menjalin hubungan serius. Tapi apakah saya berani melakukan ini ?

Kemudian saya jadi teringat keadaan sekitar puluhan tahun lalu.  Waktu itu saya masih kecil masih sekolah, tapi saya sudah mempunyai kebiasaan berkain kebaya. Tentu saja tidak serapi seperti foto-foto saya sekarang, bahkan tidak bermakeup dan bersanggul. Dulu saya pernah punya angan-angan bagaimana kalau hidup sebagai seorang wanita dan hidup dengan seorang pria. Betapa romantisnya kayalan saya waktu kecil dulu. Tapi waktu itu saya belum mengenal komputer dan internet. Jadi kayalan itu hanya tinggal sekedar kayalan,  samasekali belum menjadi nyata walaupun hanya sekedar maya.  Berbeda dengan sekarang, walaupun tidak nyata. Tapi cuma maya imaginer, tapi  betul-betul saya nikmati.

Pisangku

Pisangku besar dan melengkung. Gimana ? mantab kan ? Cuma sayang tinggal satu-satunya. Akan kurawat dan kupelihara serta kujagai dia dengan sebaik-baiknya. Kalau jerukku,( éh tapi yang tepat mestinya baksoku ya ) masih dua. Siapa mau ?
 

Kebaya merahku dengan kain sidomukti

Jumat, 03 Juni 2011

Betul-betul mirip ?

Waktu kecil dulu, kami sekeluarga mempunyai kebiasaan untuk ziarah ke makam leluhur. Pada suatu ketika  saat itu saya masih duduk di SMP dan kami sekeluarga sedang berziarah, penjaga makam berkata pada orang tua saya : ” wah anaknya putri semua ya “. Kejadian itu hanya saya simpan dalam hati.

Selang beberapa waktu kemudian kejadian ini berlangsung. Keluarga dari ibu kami adalah keluarga besar,  sebagian tinggal sekota dengan kami dan sering berkunjung ke rumah kami.  Termasuk salah satunya adalah kakak perempuan sepupu kami. Waktu itu melihat saya dan berkata kepada kakak saya kalau saya mirip dengan anak perempuan tapi dibantah oleh kakak saya. Kejadian itu terjadi lebih dari sekali.  Saya hanya berpikir dalam hati apakah betul yang dikatakan kakak sepupu saya.

Setelah saya dewasa dan bekerja, saya hidup mandiri dan keperluan harian serta bulanan saya beli di supermarket, kadang sekalian membeli lauk di supermarket juga. Pada waktu itulah saya beberapa kali dipanggil ibu oleh pelayan supermarket, walaupun pada akhirnya saya dipanggil bapak juga. Saya senang-senang saja dengan kekeliruan itu.

Dilain waktu pas saya dirumah, malam-malam tapi lampu depan rumah saya nyalakan sehingga keadaan cukup terang.  Ada orang bertanya dimanakah rumah seseorang yang bernama X dan saya pun dipanggil ibu.

Juga waktu saya naik travel malam-malam, saya ditanya oleh seseorang yang duduk dibelakang,  katanya : ” mau kemana, bu ? “. Padahal waktu itu lampu dalam mobil hidup dan rambut saya tidak terlalu panjang.

Serta terakhir teman kerja saya  seorang cewek juga mengatakan kalau saya mirip seorang cewek entah cuma bercanda entah serius.  Mungkin karena perawakan saya yang kecil dan ramping.

Penasaran

Setelah beberapa hari kemarin teman kerja yang duduk disebelah saya sempat memergoki foto profil saya di facebook waktu saya OL dan tanya : “foto siapa itu ? ibu-ibu ?”. Éh, tadi siang dia tanya lagi katanya : “nék awan-awan ngéné kowé kan biasa buka facebook sing gambar wong wédhok jarikan, kuwi sopo to ? ( kalo siang-siang gini kamu biasanya kan buka facebook yang ada fotonya wanita pakai kain kebaya, itu siapa  ?) ” padahal waktu itu saya lagi tidak buka facebook. Wah rupanya masih penasaran juga dia, belum tau atau jangan-jangan  malah dia sudah tau… Saya jadi bingung. Sekedar informasi.  Dia itu wanita normal yang sudah berkeluarga dan kelihatannya berniat  mau mencarikan saya jodoh

Viveri veri coloso

Nyerempet-nyerempet bahaya.  Orang bilang kalau belum nyerempet-nyerempet bahaya belum asyik. Malah ada pepatah dalam bahasa Inggeris yang berbunyi : “danger is my business”.
Suatu siang waktu saya membuka facebook  di profilku yang ada foto wajahku, teman kerja yang duduk disebelahku sempat melihat sekilas dan bertanya : “foto siapa itu ? ibu-ibu ?”.  Saya hanya tersenyum dan sedikit deg-degan juga.

Kamis, 02 Juni 2011

Eyes and lip

Ini adalah foto closeup mata dan bibirku



Sandal dan kacamataku

Terimakasih

Saya ucapkan banyak terimakasih kepada para pengunjung blog saya yang telah bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk melihat-lihat blog saya, baik karena memang sengaja bertujuan untuk melihat blog saya ataupun karena tersesat dirimba belantara dunia maya.
Silahkan dan saya mohon tinggalkan pesan di masing-masing tulisan postingan saya.
Salam damai dan sekali lagi terimakasih. Pamit mundur

Rabu, 01 Juni 2011

Ironi

Aku hendak mendongak menatap langit, tapi kepalaku tertahan beratnya sanggul.
Aku hendak menggeliat menyegarkan tubuh, tapi badanku terbalut ketatnya stagen dan korset.
Aku hendak melangkahkan kaki, tapi kakiku terbebat sempitnya kain panjang.
Sekali lagi au mencoba melangkah, tapi aku malah kesrimpet jarik.
Inikah yang namanya burung dalam sangkar ?
Kepalaku dihias dengan indahnya sanggul, tapi aku tak leluasa mendongak.
Badanku dibalut dengan anggunnya kebaya, tapi aku tak leluasa  menggeliat.
Kakiku ditutup dengan indahnya kain panjang, tapi aku tak leluasa melangkah.
Belum lagi kakiku yang memakai sandal jinjit.
Inikah yang namanya emansipasi wanita ?
Dalam rangka hari Kartini tahun 2011.

Insomnia

Malam ini, dingin terasa kamarku. Aku gelisah tidak bisa tidur, berguling ke kanan ke kiri. Ada rasa kekosongan dalam diriku, tiba-tiba ada hasrat untuk menjadi wanita yang sempurna. Kulepaskan semua pakaianku. Kupakai sandal hak tinggi, kupasang sanggulku. Kuambil sehelai kain wiron. Kurapatkan kedua kakiku, lalu kain mulai kulilit dengan ketatnya dari kiri ke kanan. Sesudah itu, kuambil tali kuikat pinggangku dengan tali kencang-kencang supaya kain wironnya tidak kedodoran nanti. Lalu kuambil stagen dan kulilitkan ke tubuhku kuat-kuat. Kemudian kuambil korset dan terakhir kupakai kebaya ke tubuhku. Lalu aku berkaca, kurasakan masih ada yang kurang. Make up !, maka aku mulai bedakan, lalu kupakai pemerah pipi, lipstik, alis mata dan bulu mata palsu. Sekali lagi aku berkaca di depan cermin. Astaga, ada siapa itu di cermin, seorang bidadari cantik dari sorga. Akupun tersenyum puas, bahagia …. kendati aku kembali lagi terkungkung dalam nafsu dan tubuhku pun terkungkung, tertawan dan tersiksa dalam stagen,  korset dan kain wiron yang ketat.

Gara-gara selimut

Dirumah kami waktu kecil dulu adalah beberapa selimut yang warnanya garis-garis hitam putih yang kami gunakan untuk tidur jika cuaca dingin. Kami tiga bersaudara, saya adalah yang bungsu. Kami adalah anak-anak yang normal dari keluarga yang harmonis. Sebagaimana  layaknya anak-anak, maka kami juga bermain-main.  Kadang-kadang kami bermain rumah-rumahan dan biasanya kakak-kakak saya kedua-duanya atau salah satunya memakai selimut tersebut seperti memakai kain jarik dengan ketatnya.  Dan saya melihatnya dengan perasaan yang sedikit aneh, sebetulnya saya ingin meniru kakak saya itu tapi saya malu. Jadi keinginan itu saya pendam dalam hati.
Disamping bermain-main sebagaimana layaknya kanak-kanak.  Kami juga hobby nonton tv. Waktu itu yang ada hanya stasiun televisi  milik pemerintah dan kebanyakan acaranya adalah fragmen. Didalam fragmen tersebut biasanya  wanita-wanita yang berstatus ibu muda berpakaian kain kebaya dan secara tak sengaja saya memperhatikan tingkah laku dan gerak-gerik  tokoh-tokoh ibu muda yang berpakaian kain kebaya tersebut. Saya perhatikan betapa terbatasnya gerak-gerik ibu tersebut, mau  jalan harus pelan-pelan. Begitu pula kalau mau duduk.
Pikiran itu terus  mengganggu pikiran saya. Hingga akhirnya saya  secara sembunyi-sembunyi di kamar mulai mencoba  memakai selimut tersebut  seperti layaknya memakai kain. Dari hari ke hari sampai minggu ke  minggu mungkin sampai berbulan-bulan saya beberapa kali melakukannya. Hingga kali yang kesekian akhirnya saya masturbasi dengan selimut itu. Tapi waktu itu saya tidak tahu kalau itu masturbasi. Yang saya tahu adalah alat vital rasanya sakit bukan main. Saya kira alat vital saya keluar darahnya. Saya jadi takut. Tapi setelah saya lihat sendiri kalau yang keluar adalah bukan darah tapi cairan putih. Maka sayapun jadi lega. Dan kemudian akhirnya saya tahu kalau itu adalah masturbasi. Malah setelah itu saya jadi seperti ketagihan setiap beberapa hari saya melakukannya dengan sembunyi-sembunyi

Dari selimut menjadi kain kebaya

Ini merupakan lanjutan dari tulisan saya yang berjudul  “Gara-gara selimut”.  Dimana pada akhir tulisan saya akhirnya kecanduan masturbasi  dengan memakai selimut seperti memakai kain jarik.
Pada waktu itu dikampung saya banyak anak-anak kecilnya dan kebetulan juga dekat dengan Sekolah Dasar serta SMP. Pada tahun-tahun itu,  tidak seperti sekarang setiap  tanggal 21 April disekolah-sekolah perayaan hari Kartini selalu dirayakan dengan meriah. Tak terkecuali disekolahan dekat kampung saya, perayaan hari Kartini selalu dirayakan dengan meriah.  Pada saat  seperti itulah yaitu setiap tanggal 21 April saya selalu menyempatkan diri ( kalau boleh dibilang begitu ) menunggu di halaman kalau-kalau ada gadis-gadis kecil anak sekolah yang berpakaian ala Kartini ( kain kebaya ) lewat didepan rumah saya. Dan memang kenyataannya banyak yang lewat. Sayapun menikmatinya, saya memandangi dari atas ke bawah tapi yang terutama saya perhatikan adalah kainnya. Saya dalam hati akan memuji, jika kain wiron yang dipakai rapi dan singset serta tidak kedodoran. Pada saat-saat seperti itu kadang alat vital saya jadi tegang.
Dari kebiasaan diatas sayapun kemudian mulai berpikir bagaimana jika saya memakai kain batik asli dan bukan selimut. Kebetulan dirumah ortu saya juga ada beberapa lembar kain batik, sebagian diletakkan  diluar untuk selimutan dan sudah agak lama, sebagian masih lumayan baru dan disimpan didalam lemari. Sayapun kemudian memberanikan diri untuk mengambil secara diam-diam kain batik yang ada diluar. Kemudian saya pakai dan onani. Tapi setelah beberapa kali, saya jadi kurang tertarik. Saya ingin kain yang bisa diwiru, karena menurut pikiran saya akan lebih indah jika ujungnya diwiru. Maka sayapun mulai diam-diam memberanikan diri mengambil kain batik yang masih agak baru yang disimpan dilemari dan saya pakai untuk onani juga. Setelah itu semakin berkembang sayapun ingin memakainya lengkap dengan kebayanya dan memang dirumah ortu juga ada kebaya. Jadi terpenuhilah keinginan saya. Saya melakukan semua ini dengan sembunyi-sembunyi di kamar tidur atau kalau semua orang rumah pergi. Tapi sampai sekarang saya sebetulnya ragu apakah ada saudara-saudara saya yang tahu kalau saya punya kelainan ini.

Metamorfosa yang sempurna

Ini merupakan akhir dari trilogy tulisan saya. Yang pertama berjudul “Gara-gara selimut”. Kedua berjudul “Dari selimut menjadi kain kebaya“.
Setelah saya bekerja, sayapun membeli kain batik dan kebaya sendiri. Saya ingat betul pertama kali saya membelinya mula-mula hanya 1 kain batik dan 1 kebaya. Kemudian saya membeli 1kain batik, 1 kebaya dan 1 selendang. Berhubung saya masih tinggal dirumah ortu, maka sayapun memakainya masih terbatas di kamar tidur atau kalau pas orang rumah pergi semua. Jadi kalau saya cding kelengkapannya sudah bertambah menjadi kain, kebaya, dan selendang. Saya juga mengambil sandal jinjit kepunyaan ibu yang agak kekecilan dan juga tas tangan yang sudah tidak kepakai serta kipas. Begitulah cara saya cding. Saya sering mematut-matut didepan cermin dan berlenggang lenggok. Rasanya puas sekali.
Setelah bertahun-tahun saya kerja, akhirnya saya punya rumah sendiri. Rasanya senang sekali saat itu bisa beli rumah dari hasil keringat sendiri. Dan efek lainnya adalah saya jadi bisa bebas bercding kapan saja selama masih didalam rumah dan bahkan kadang-kadang secara sembunyi-sembunyi saya juga berjalan-jalan di halaman depan rumah tidak hanya di malam hari tapi juga kadang-kadang nekat di siang hari sambil  waspada. Beberapa hari setelah menempati rumah saya sendiri sayapun mulai membeli kebaya 4 buah. Pertama kali 2 buah dan selang beberapa hari 2 buah lagi. Setelah itu saya beli bh, sandal jinjit dan seterusnya saya jadi kebablasan membeli kain batik dan kebaya 1 demi 1 saya kumpulkan hingga sekarang kira-kira ada 1 lusin kain batik dan 9 kebaya.
Pertama kali hari Minggu saya dirumah sendiri , saya merasa senang sekali karena bisa saya gunakan untuk cding seharian dari pagi sampai sore. Saya merasa puas sekali. Saya bahkan dalam sehari kadang sampai berganti-ganti kebaya ataupun kain. Berhubung saya di rumah sendiri, maka saya masak dan  mencuci sendiri dan dihari itu saya lakukan sambil berkain kebaya.  Rasanya bahagia dan feminin sekali.
Setelah berulang-ulang hal itu saya kerjakan, sayapun semakin menuntut diri saya sendiri untuk menjadi wanita yang sesempurna mungkin dalam hal lahiriah waktu bercding. Maka sayapun membeli kelengkapan yang belum saya punyai yaitu  stagen dan sanggul serta peralatan makeup walaupun yang murahan mulai dari bedak, lipstick, eye shadow, pensil alis hingga yang terakhir adalah bulu mata palsu. Saya kadang-kadang merasa kagum pada diri saya sendiri waktu berkaca setelah bermakeup, betapa cantik nian diriku. Kemudian saya amati-amati diri saya dalam cermin seluruh tubuhku yang terbalut kain kebaya dilengkapi dengan sandal jinjit, selendang dan memakai sanggul. Alangkah mirip diriku dengan perempuan cantik yang anggun dan njawani. Betul-betul sebuah metamorfosa yang sempurna.
Setelah itu sayapun masih merasa ada yang kurang yaitu dokumentasi. Maka sayapun membeli kamera digital. Kemudian setiap cding saya sempatkan untuk mengambil foto diri dengan selftimer dengan aneka macam gaya bak foto model. Setelah saya punya foto-foto diri waktu cding, sayapun tertantang untuk menunjukkan kepada dunia luar tapi dengan tetap menyembunyikan identitas asli saya. Kebetulan dirumah ada computer dan internet. Maka sayapun mencari-cari situs mana yang kira-kira cocok  dan salah satunya adalah situs indocrossdresser. Dari situs ini juga saya baru tahu kalau saya ternyata tidak sendirian mempunyai kelainan ini, tapi banyak rekan-rekan saya di situs ini. Terimakasih untuk situs ini karena bisa menjadi tempat untuk kita saling curhat dan tukar info.