tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Jumat, 04 Oktober 2013

Among tamu

Ini adalah lanjutan kisah tentang Domina dan Sumi. Setelah Domina diperdaya oleh teman-temannya dan dipaksa menjadi model submissive, ia tetap saja berteman dengan teman-temannya yang memperdayanya serta masih tetap mengambil foto-foto model submissive. Tapi ia dan Sumi tidak pernah lagi menjadi model submissive. Hubungan antara Domina dan Sumi juga masih baik-baik saja.

Suatu ketika saudara dari ibu mereka menikahkan anaknya.  Malang bagi mereka, karena saudara ibu yang punya hajat meminta mereka menjadi among tamu dan upacara pernikahannya memakai adat Jawa serta tentu saja sebagai konsekuensi dan akibatnya mereka pun harus memakai kain kebaya.

Tentu saja mereka berdua  berusaha keras mencari akal untuk menghindari tugas itu. Tapi tentu saja mereka tidak bisa menghindar. Apalagi ibu mereka juga diberitahu oleh saudaranya tersebut bahwa ia akan meminta kedua anaknya untuk menjadi among tamu. Mereka pun akhirnya pasrah setelah sang ibu mewejangi mereka untuk mulai belajar mencintai pakaian tradisional Jawa dan sekaligus busana nasional Indonesia. Sang ibu juga malah mengingatkan kalau suatu ketika mereka juga akan menikah dan tentu saja tidak bisa menghindar untuk memakai kain kebaya serta malah harus ditambah dengan hiasan kepala cunduk mentul dan ronce. Kakak dan adik itu pun hampir serempak berkata, "Ya, mama. Jadi kita harus pakai kain kebaya lagi ya ma ?". Begitulah kata-kata mereka menanggapi wejangan ibu mereka.

Pada hari H nya mereka kembali didandani oleh ibu mereka.  Untuk kedua kalinya pula mereka merasakan tersiksa dan disiksa oleh pakaian kain kebaya dan sanggul yang dipasangkan oleh ibu mereka. Setelah selesai didandani, mereka saling menatap satu sama lain dan tersenyum geli. Menyadari bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa, maka mereka pun malah  bercanda. Si adik berkata, "Monggo jeng, dipun lampah. Ingkang atos-atos nggih mengkih dawah kesrimpet kalian jarikipun. Nopo purun panjenengan  kulo gendong kemawon.  Ngoten mawon kok repot". Si kakak menjawab, "Pun mboten usah repot-repot. Niki badhe kulo cincing dhuwur-dhuwur  jarikipun supoyo dados rok mini. Ngoten mawon kok repot. Nopo jenengan ajeng nantang mlayu kulo". Tapi si ibu yang mendengar perkataan Domina langsung menimpali dengan serius, "Hayo,  jangan dicincing ya jariknya ! Awas ya kalau sampai nyincing jarik. Nanti mami jewer kamu ! Bisa rusak wironnya, bisa lungset jariknya,  jalannya yang pelan-pelan. Melangkahnya yang sempit-sempit. Jangan dipaksakan melangkah lebar-lebar,  biar nggak kedodoran jariknya". Kemudian si ibu menghampiri kedua anaknya dan memeriksa serta meneliti lagi kain wiron mereka, karena kuatir kalau sudah tidak rapi dan singset lagi. Setelah melihat kalau kain wironnya masih rapi, si ibu mengancam, "awas ya kalau nyincing, nanti mama ikat tangan kamu kebelakang biar nggak bisa nyincing!".

Tidak cukup sampai disitu, Rupanya si ibu menganggap perlu kembali untuk mewejangi mereka, katanya, "Kamu berdua itu sudah dewasa. Mestinya sebagai gadis yang sudah beranjak dewasa bisa bersikap anggun dan bertingkah laku yang sopan. Bukannya biayayakan kayak gini. Apalagi sekarang kamu berdua kan baru pakai kain  kebaya". Mereka berdua pun dengan khidmat dan menunduk mendengarkan wejangan ibu mereka.

Akhirnya mereka berangkat ke tempat resepsi. Acara resepsi berlangsung lancar hingga selesai. Lega pulalah Domina dan Sumi, karena telah menyelesaikan tugas mereka dengan tuntas dan sempurna. Tapi ketika mereka sampai di halaman gedung resepsi tempat parkir mobil dan terpisah dari orang tua mereka, teman-teman Domina mendadak berdatangan. Maka ramailah mereka bercakap-cakap dan tentu saja mengejek Domina karena penampilannya dengan kain kebaya. Sebentar kemudian mereka mengajak  Domina dan Sumi dengan memaksa untuk ikut ke mobil mereka. Maka Domina dan Sumi yang ingat kejadian terdahulu dimana Domina diperdaya dan dipaksa menjadi model submissive, mulai menjerit-jerit dan berlari menjauhi mereka. Tapi karena kain wiron mereka yang sempit,  mereka hanya bisa melangkah kecil-kecil.  Maka dengan mudah teman-teman Domina menangkap Domina dan Sumi serta membawa mereka masuk ke dalam mobil. Orang banyak yang melihat kejadian ini tidak ada yang mengira kalau ini penculikan, karena sebelumnya mereka sudah bercakap-cakap dan terlihat akrab.

Di dalam mobil teman Domina bertanya, "Kenapa sih kok menjerit jerit kayak gitu ?". Ternyata mereka bermaksud menghilangkan trauma dan kecurigaan kakak beradik itu dengan membawa mereka  ke tempat terbuka yaitu diskotik. Domina dan Sumi pun jadi kikuk dan salah tingkah, karena salah kostum. Dalam pikiran mereka berkata kalau teman-temannya sengaja mengerjainya. Tak lama kemudian salah seorang teman Domina berkata, "Nggak enak kan ke disco pakai kain kebaya kayak gitu. Mau jojing juga gak bisa. Mendingan ngadem dirumah yuk". Kemudian mereka pun pergi ke rumah salah seorang teman Domina.

Tapi begitu sampai dan masuk  ke rumah salah seorang teman, mereka kembali disambut dengan jebakan. Ternyata ruangan itu sudah dipersiapkan untuk pengambilan foto lengkap dengan lightingnya. Kakak beradik itu pun segera mendapat firasat kalau mereka bakal dipaksa menjadi foto model submissive lagi.

Firasat mereka ternyata betul. Salah seorang teman mereka memperkenalkan Domina dan Sumi kepada orang-orang yang telah menunggu didalam dengan berkata, "Perkenalkan ini Domina dan Sumi, foto model submissive kita yang cantik-cantik kali ini dengan dandanan istimewa dan berkain kebaya. Beri tepuk tangan yang meriah". Mereka pun bertepuk tangan dengan meriah. Domina dan Sumi pun tercengang kaget dan diam tidak bisa berbuat apa-apa. Salah seorang teman Domina segera mendekat diantara Domina dan Sumi serta berkata dengan lirih, "Nah, anda berdua sudah kami perkenalkan dengan hormat. Sekarang terserah anda berdua mau menolak dan berontak atau pasrah menyerah. Anda sudah mengetahui resikonya jika menolak dan berontak. Teman-teman baru yang sudah menunggu anda disini semuanya juga profesional  seperti kami dan akan memegang janji kalau kami hanya akan mengambil foto-foto anda. Jangan merasa dijebak atau diperdaya. Anda berdua kami pilih, karena sampai sekarang kami belum pernah dapat model submissive kakak beradik dengan dandanan kain kebaya. Mestinya anda berdua merasa sangat terhormat ".

Kali ini Domina tidak menolak dan berontak, karena ingat akan peristiwa dahulu ketika ia di lakban dan dihogtied. Demikian juga dengan Sumi. Kedua kakak beradik itu hanya bisa pasrah menyerah ketika tangan dan kaki mereka diikat oleh teman-teman mereka. Mereka berdua hanya saling memandang, tapi wajah mereka sudah tidak tegang lagi. Bahkan mereka kemudian saling melempar senyum dalam kepasrahan untuk membesarkan hati saudara sekandungnya. Sebentar kemudian kaki dan tangan mereka sudah terikat dengan rapi dan erat, mereka pun siap beraksi di depan kamera.

" Tiga, dua, satu, action !", terdengar komando agar mereka beraksi. Dan mungkin karena pernah mengalami hal ini sebelumnya, maka kali ini mereka sudah tidak kaku lagi di depan kamera. Domina dan Sumi pun bisa tersenyum dengan manis walau semuanya karena terpaksa pasrah menyerah lantaran tidak bisa berbuat apa-apa. Pengambilan gambar berjalan dengan lancar. Mereka menghendaki keduanya terlihat intim dan mesra. Bahkan mereka menghendaki keduanya saling berciuman.

Setelah berulang kali pengambilan gambar dengan berbagai macam gaya, maka mereka pun berhenti mengambil gambar. Kedua kakak beradik itu pun berpikir bahwa pengambilan gambar sudah selesai. Tapi ternyata masih belum selesai dan mereka berdua harus berpose dalam keadaan yang esktrim, berbahaya dan mendebarkan. Di dalam ruangan itu ada sebuah balok di atas yang melintang. Mereka meletakkan tali melewati balok itu. Kemudian kaki Domina yang masih terikat dihubungkan dengan tali ke atas melewati balok itu. Domina menjadi tegang. Tubuh Domina kemudian diangkat dan dibalik sehingga kakinya berada diatas dan kepalanya di lantai. Karena Domina makin tegang dan mulai bertanya, "Apa-apaan ini ?". Maka mereka mengerubungi Domina dan menenangkannya. Di leher Domina juga diikatkan seutas tali yang dihubungkan ke kaki Sumi yang berdiri agak jauh. Sebagian teman yang lain juga mengerubungi Sumi untuk menenangkannya. Tali yang diikatkan di kaki Domina dan naik keatas melewati balok kemudian juga dihubungkan ke leher Sumi. Ketegangan pun semakin memuncak. Seorang teman Domina berkata, "Domina, Sumi. Anda berdua diam saja ya, Jangan ada yang bergerak. Ini sangat berbahaya. Kalau Domina menggerakkan kakinya sedikit, leher Sumi bisa tercekik. Sebaliknya jika Sumi menggerakkan kakinya sedikit, leher Domina bisa tercekik. Kami hanya mau mengambil adegan ini sebentar. Sesudah itu kami akan segera melapaskan anda berdua". Sumi dan Domina pun jadi semakin tegang wajahnya, demikian pula dengan semua orang yang di ruangan itu. Kemudian mereka mengambil gambar Sumi dan Domina. Barulah setelah itu mereka melepaskan kedua tali yang mengbubungkan Sumi dan Domina serta akhirnya mereka melepaskan ikatan tangan dan kaki Sumi serta Domina.
dobelhang
Ketika kedua kakak beradik itu sudah terlepas tangan dan kakinya dari ikatan mereka, maka teman-teman mereka memberi kedua kakak beradik itu applaus berupa tepuk tangan dan teriakan-teriakan, "bravo ! bravo !". Kemudian mereka menyalami Sumi dan Domina. Bahkan ada yang memeluk dan mencium pipi mereka. Kedua kakak beradik itu kacau balau perasaannya. Antara lemas dan masih tegang, karena adegan tadi serta kaget dan bangga, karena applaus dan sambutan dari teman-teman yang berupa salam dan pelukan hangat.

Mereka pun makan minum sambil ngobrol. Tiba-tiba salah seorang teman mereka bertanya kepada Domina dan Sumi, "Bagaimana rasanya jadi model submissive ? Sensasional ya ? Anda berdua betul-betul berbakat lho jadi model. Besok-besok kami jadikan model submissive lagi mau ya ?". Sumi dan Domina sama-sama menggeleng. Tapi teman tadi masih merajuk, "Ayolah, tolong kami. Imbalan kami nanti kami tambah". Domina dan Sumi merasa terpepet. Tapi untunglah seorang teman yang lain datang mendekat dan menghentikan pembicaraan tadi. Kemudian mengingatkan kedua kakak beradik itu untuk segera pulang, karena hari sudah larut malam.

Sebelum pulang ke rumah, Sumi mengingatkan kakaknya untuk merapikan sanggul, kebaya dan kain jarik serta wironnya. Karena takut dan ingat akan wejangan ibunya.

Sampai di rumah rupanya derita mereka masih berlanjut. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.  Mereka dihukum, karena pulang lewat tengah malam dan tidak dapat menjawab ketika ditanya kenapa mereka sampai pulang lewat tengah malam. Kata ayah mereka, "Kamu berdua pulang lewat tengah malam dan tidak bisa menjawab pertanyaan papa kenapa kamu pulang lewat tengah malam. Tapi dari seluruh badan kamu, kamu berdua sehat-sehat saja. Jadi papa menyimpulkan kamu tidak mengalami kesulitan pulang ke rumah. Seandainya kamu kesulitan, mestinya kamu cerita. Jadi sebagai hukuman, kamu berdua akan papa ikat ke kursi. Kecuali kamu bersedia cerita sebabnya " . Ayah mereka segera mengambil tali dan mengikat tangan mereka ke belakang kursi dan kaki mereka masing-masing ke kursi sehingga mereka tidak bisa beranjak dari kursi. Sang ibu yang melihat hal itu memohon-mohon kepada suaminya supaya membatalkan hukuman itu. "Pa, biarkan mereka salin dulu. Kan mereka masih pakai kain kebaya sama sanggulan". Tapi ayah mereka tetap bersikeras. Setelah sang ayah selesai mengikat Domina dan Sumi ke kursi, maka sang ayah meninggalkan kedua putrinya. Tapi sang ibu masih tetap menemani putri mereka. Katanya, "Itulah nak ayahmu. Kamu yang sabar dan pasrah saja ya. Lagi pula kamu memang bersalah. Masak anak gadis pulang ke rumah lewat tengah malam. Kemana saja kamu ?". Kedua kakak beradik itu tetap tidak berani menjawab pertanyaan ibu mereka. Sang ibu kemudian berkata lagi, "Ya, sudah. Sekarang kamu diam saja ya disini. Istirahat saja di kursi itu. Tidak usah berontak dan coba-coba membuka ikatan tangan dan kakimu. Kalau ketahuan papa nanti bisa-bisa makin marah". Kemudian ibu mereka memeriksa ikatan tangan dan kaki kedua putrinya. Karena dirasa cukup kencang, maka ia mengendorkan sedikit ikatan di tangan dan kaki mereka. "Nah, sekarang sudah tidak kencang lagi ikatannya. Sekarang istirahat saja di kursi. Kalau bisa tidurlah". Kemudian sang ibu meninggalkan mereka.

Tiba-tiba Sumi berkata dengan lirih, "Yah, kak. Kita jadi model submissive lagi. Cuma sayang kok nggak ada yang motret kita ya". Domina menjawab, "Sumi ! Keadaan begini kamu masih bisa bercanda". Tapi kemudian sang ibu datang lagi dan memotret mereka, katanya "Ini buat peringatan kamu supaya jangan pulang larut malam lagi". Sang ibu juga membawakan mereka minuman dan selimut. Ibu mereka memberi mereka minum, karena tangan mereka terikat dan bermaksud menyelimuti kaki mereka.  Tapi kata Domina, "Tidak usah diselimuti, ma. Kain jarik ini saja sudah cukup buat ganti selimut. Nanti malah kegerahan". Kemudian ibu mereka mencium kedua anaknya sebelum meninggalkan mereka.

Sebentar kemudian Sumi berkata, "Kak, aku kebelet pipis. Bagaimana ini ?". Kakaknya menjawab, "Jangan bercanda terus, ah". Tapi adiknya menjawab, "Beneran, kak. Aku kebelet pipis". Kakaknya bingung, "Nggak tau, dik. Aku juga kebelet pipis. Ditahan saja apa ngompol saja dicelana. Kan masih ada kain jariknya bisa buat nahan pipis". Adiknya lalu berkata, "Ya, kak. Semua ini gara-gara kita disuruh pakai kain kebaya. Kita jadi korban lantaran pakaian yang kita pakai. Gimana kita bisa mencintai busana nasional kita kalau kayak gini ". Tapi si kakak menjawab, "Tapi bagaimanapun juga memang betul omongan mama, kita memang harus mencintai busana nasional kita". Si adik pun jadi bingung, "Jadi kakak sekarang sudah mulai senang pakai kain kebaya ?". Kakaknya diam.

Tak lama kemudian Sumi menyenderkan kepalanya ke kepala Domina dan sebaliknya Domina juga memiringkan kepalanya ke kepala Sumi. Mereka duduk dikursi yang bersebelahan dan tanpa jarak.  Karena kelelahan akhirnya mereka tertidur dalam keadaan masih berbusana kain kebaya serta terikat ke kursi mereka masing-masing.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar