tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Kamis, 01 Agustus 2013

Bondage Jawa atau bondage alamiah ?

Tahukah anda kalau orang Jawa juga senang bondage sejak jaman dulu kala ? Dan sesuai dengan sifat orang Jawa yang halus, maka sifat bondagenya pun juga sangat halus dan tidak kelihatan atau dalam bahasa Indonesia istilahnya tersirat bukan tersurat. Juga sesuai dengan awal mulanya yaitu jaman dulu, maka sifat bondagenya pun alamiah tanpa terlihat unsur-unsur buatan apalagi pemaksaan.

Sifat bondagenya dalam hal ini lebih bersifat  ke pakaian wanitanya. Kalau di negara-negara Barat dikenal corset yang dipakai dengan kencang untuk membentuk pinggang yang ramping, maka di Jawa dikenal stagen yang berupa kain sempit dan panjang yang dipakai dengan melingkarkannya dengan ketat disekitar pinggang. Tujuannya adalah untuk menahan kain jarik yang dipakai supaya tidak melorot.

Tapi tidak itu saja kain jariknya sendiri juga merupakan bondage bagi pemakainya. Ada beberapa tingkat kelonggar sempitan dalam memakai kain jarik dan ini sesuai dengan selera pemakainya. Sebagai akibatnya kalau dilihat, maka bentuk jarik waktu dipakai bisa berbeda-beda sebagai berikut :
  1. Jarik melebar sedikit kebawah. Bentuk ini merupakan bentuk jarik yang dipakai dengan longgar. Tentu saja bentuk ini paling enak buat pemakainya untuk melangkah. Seperti foto-foto Kartini dahulu. Tapi dari segi estetika, si pemakai  jadi kurang anggun dan juga memberi kesan kurang rapi serta kedodoran.
  2. Jarik lurus kebawah. Bentuk ini merupakan bentuk moderat, jarik dipakai dengan tidak terlalu longgar dan juga tidak terlalu sempit. Pemakai masih bisa berjalan dengan nyaman, walaupun tentu saja tidak bisa melangkah selebar jika memakai rok atau celana. Jika dilihat, pemakainya dapat kelihatan anggun. Tapi tentu saja kurang menonjolkan bentuk pinggul dan kaki, karena jariknya tidak dipakai dengan ketat.
  3. Jarik meruncing kebawah dan pada waktu memakainya salah satu kaki maju kedepan. Bentuk ini  merupakan bentuk jarik yang dipakai dengan ketat. Alhasil, si pemakai waktu berjalan langkahnya akan sempit-sempit dan tentu saja kurang nyaman.  Tapi dari segi estetika, si pamakai akan terlihat anggun dan sexy.  Karena menonjolkan bentuk pinggul dan kaki yang terbungkus oleh jarik yang meruncing kebawah.
  4. Jarik meruncing kebawah dan pada waktu memakainya kadua kaki disilangkan. Bentuk ini merupakan bentuk jarik yang dipakai dengan ekstra ketat. Pada saat tepat selesai proses memakainya bisa jadi salah satu kaki tidak bisa diluruskan dari keadaan bersilang dan jadi sulit untuk berjalan walaupun dengan langkah kecil-kecil. Jika pada waktu memakainya, jarik ditarik dengan sedemikian eratnya.  Berjalan dengan jarik semacam ini seperti berjalan merembet-rembet. Tapi tentu saja si pemakai akan terlihat anggun dan sexy, karena bentuk pinggul yang menonjol dan kaki yang meruncing serta merapat.
Selain soal pakaian, sebetulnya wanita Jawa pada hakikatnya mirip dengan submissive. Karena seorang wanita Jawa akan selalu tunduk dan patuh pada suaminya. Bahkan ada kebiasaan dijaman dulu seorang wanita Jawa dipingit sebelum menikah.

Tapi jika anda mencari-cari foto atau gambar tentang bdsm Jawa di internet, maka hampir bisa dikatakan kalau tidak ada atau belum ada. Yang ada adalah bdsm dengan pakaian barat. Atau  Jepang  dan Cina walaupun mungkin masih sedikit.  Dan sekalipun yang melakukan adalah orang Asia, tapi mereka kerap kali melakukannya dengan pakaian barat.

Seperti yang pernah kuceritakan diposting yang terdahulu, kalau dulu aku hobby menggambar terutama dengan obyek wanita yang berkain kebaya. Dan entah sengaja atau tidak, salah satu gambarku adalah seperti yang dibawah ini. Padahal waktu itu aku masih belum bisa mengakses internet.
DCIM100MEDIA
Gambar diatas adalah merupakan karyaku  yang dibuat dengan ballpoint hitam diatas kertas putih. Menggambarkan keadaan seorang wanita dominant yang sebelah tangannya sedang memegang tali yang diikatkan ke leher seorang wanita submisive sementara tangannya yang lain sedang memegang pistol yang diarahkan ke si submisive. Si submisive sendiri tangannya diikat kebelakang. Demikian juga dengan kakinya. Kedua-duanya baik si dominant maupun si submisive memakai kostum tradisional Jawa kain kebaya lengkap dengan sanggul dan selop jinjitnya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar