tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Selasa, 12 November 2013

Korban dan ujian

Kejadian 22:1-19 Kepercayaan Abraham diuji
Setelah semuanya itu Allah mencoba  Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Aku, Sumi Sylvia setelah membaca ayat Alkitab itu jadi ingat akan diriku sendiri dan kakakku yang selalu mengincar serta menginginkan aku menjadi korban submissivenya jika aku sedang berkain kebaya. Aku pun seperti Ishak tidak melawan saat tangan dan kakiku diikat oleh kakakku maupun oleh teman-teman kakak. Aku seperti  seekor domba yang dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya,
Bedanya kalau Abraham diuji imannya oleh Tuhan untuk mempersembahkan anaknya, Ishak sebagai korban bagi Tuhan. Maka kakak digoda oleh hawa nafsunya sendiri untuk mengorbankan adiknya sebagai submissive. Sementara bagi diriku sendiri, aku seperti diuji ketabahan hatiku dan kepatuhanku untuk mematuhi dan memenuhi permintaan kakakku serta menghormatinya sebagai orang yang lebih tua dariku. Terlebih dari itu aku diuji kerelaanku untuk berkorban bagi orang lain yang merupakan saudara yang lebih tua dariku.
Tapi jika aku terus menuruti kemauannya bukankah itu seperti meninabobokkannya dalam kebiasaan yang merupakan kelainan ? Bukankah bondage merupakan suatu kebiasaan yang juga merupakan suatu kelainan ? Biarpun  sebuah penelitian mengatakan orang yang suka akan BDSM akan lebih sehat kehidupan sexualnya.
Aku jadi bingung. Mau terus menuruti kemauannya atau menolak dan melaporkan hal ini kepada mama dan papa. Inilah yang merupakan ujian bagiku. Ujian untuk menentukan manakah keputusan yang lebih tepat yang harus ku ambil sehubungan dengan hal ini. Mungkin  para pembaca bersedia memberi aku saran ?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar