tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Kamis, 30 Oktober 2014

Old fashioned lady vs mental revolution gentleman

Tahun ini rekyat Indonesia baru saja  selesai merayakan pesta besar-besaran. Pesta demokrasi memilih pemimpin negara kita yang tercinta. Dan hasilnya seperti yang sudah kita ketahui bersama. Jokowi terpilih menjadi presiden RI. Sosok pemimpin yang masih muda dan lahir dari rakyat. Meski pada awalnya banyak yang ragu karena minimnya pengalaman beliau. Banyak juga yang  sinis, pesimis  dan ada yang berkata kalau ia hanya bermodal wajah lugu saja bahkan ada yang mengatakan  kalau ia tidak lebih dari seorang tukang mebel. Tapi karir politiknya melejit begitu cepat. Dari wali kota Solo menjadi gubernur DKI.  Dan belum genap 5 tahun sudah menjadi Presiden RI.

Gayanya yang khas yaitu blusukan, suka berlari dan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi ke arah perubahan yang lebih baik hingga sering disebut-sebut  sebagai revolusi mental. Mungkinkah ia ini adalah satria piningit yang kita tunggu-tunggu ? Ratu adil yang akan menciptakan  kesejahteraan bagi segenap rakyat Indonesia ? Semoga saja, begitulah paling tidak harapan kita semua.

Tapi dibalik semua itu, dibalik setiap pria yang hebat selalu ada wanita kuat yang mendukungnya. Dan itu adalah ibu negara kita, Iriana. Beliau selain cantik juga anggun serta pandai dalam memilih busana yang cocok dikenakan untuk  mendampingi suami tercintanya. Dan tahukah anda apa busana pilihan beliau untuk mendampingi sang presiden di acara-acara resmi ?

Tentu saja seperti yang  telah anda lihat  ia memilih busana nasional kita kain kebaya. Tapi tidak main-main dan bukan sembarang kain kebaya atau asal kain kebaya. Disaat wanita yang lain lebih memilih kebaya yang sudah dimodifikasi menjadi kebaya modern, beliau malah memilih kebaya tradisional. Dan disaat bersamaan pada waktu wanita yang lain lebih memilih sarung atau kain batik yang sudah dijahit menjadi rok, beliau malah memilih kain batik berwiru yang pemakaiannya lebih ribet. Beliau bahkan melengkapinya dengan selendang yang disampirkan di pundak. Serta tidak lupa  sanggul tradisional menghias kepala beliau.

Kalau melihat hal ini dapat ditarik kesimpulan ternyata revolusi  tidak cocok diterapkan di segala bidang. Bidang kebudayaan khususnya busana tidak cocok untuk di revolusi. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati budayanya. Disamping itu jika suatu bangsa lupa akan budayanya maka akan menjadi seperti tanaman yang tercabut dari akarnya.  Sekalipun dengan demikian dapat dikatakan kalau busana yang dikenakan beliau adalah busana jaman dulu yang ketinggalan zaman. Tapi memang begitulah busana nasional wanita Indonesia yang masih pakem dan tidak dimodifikasi. Kalaupun dimodifikasi terutama kalau sudah melenceng jauh sudah tidak dapat dikatakan sebagai busana nasional lagi.

Cara berbusana beliau bahkan oleh pers dibanding-bandingkan  dan disebut-sebut sangat mirip dengan cara berbusana almarhumah ibu Tien yang juga selalu memakai kain kebaya. Kebaya kutu baru dengan bawahan kain wiron dan dilengkapi dengan selendang.  Sangat klasik dan elegan serta anggun. Pada pelantikan suaminya menjadi presiden, beliau memakai kebaya orange dengan motif bunga.  Dan ketika ditanya wartawan kenapa beliau memilih kebaya warna orange, beliau mengatakan kalau itu adalah pilihan dari suaminya.

irianaberkebayaorange

Di acara berikutnya yaitu pelantikan para menteri, beliau memakai kebaya panjang warna biru dengan motif bintik-bintik.
irianaberkebayabiru

Satu pesan buat Bapak Presiden kalau sedang menghadiri acara formal dan sang ibu sedang memakai kain kebaya, tolong jangan disuruh lari-lari. Karena kebiasaan Presiden baru kita yang suka berlari-lari. Seperti juga pada waktu acara pengumuman dan pengenalan para menteri, para menteri pun juga berlari-lari kecil begitu namanya disebut oleh sang Presiden. Ingat kalau sang ibu negara sedang memakai kain kebaya dan adalah bukan suatu hal yang normal kalau seorang wanita yang memakai kain kebaya berlari-lari. Sebab kain wiron yang dipakai biasanya sempit dibagian bawah. Belum lagi  gambaran yang sudah melekat pada wanita Jawa kalau para wanita Jawa selalu lemah lembut, anggun dan gemulai. Bahkan ada pameo yang mengatakan "alon-alon waton kelakon". Artinya biar lambat asal terlaksana.  Lagi pula ibu negara kita adalah wong Solo. Karena itu biarlah yang berlari para menteri, staf dan seluruh jajaran pemerintahan. Demi tercapainya kesejahteraan negara kita tercinta.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar