tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Senin, 13 Mei 2013

Seragam sekolah

Entah kenapa sebuah tayangan tentang seragam sekolah di acara Suka-suka Kompastv ini bisa menarik perhatian saya. Dimulai dengan seragam sekolah pertama di dunia yang dipelopori oleh negara Inggris. Kemudian ulasan berlanjut untuk kawasan Asia tepatnya Jepang dimana dulu seragam sekolahnya berupa kimono. Baru setelah ada pengaruh dari Barat, maka seragam untuk siswi berubah menjadi mirip seperti pelaut. Dan akhirnya tentu saja juga dibahas seragam sekolah di negara kita tercinta Indonesia.

Kalau jaman sekarang seragam sekolah pada umumnya adalah rok dan baju untuk para siswi. Atau celana dan baju untuk para siswa. Maka seragam sekolah untuk siswi  pribumi di jaman penjajahan Belanda dahulu adalah kain jarik dan kebaya serta tentu saja dengan rambut yang disanggul. Sedangkan untuk para siswi yang keturunan Belanda, pakaiannya adalah rok.

Bisa dibayangkan betapa feminin dan anggunnya para siswi pribumi dahulu. Betapa gandes luwesnya mereka. Tiap hari berjalan dari rumah ke sekolah dengan memakai kain dan kebaya, mungkin mereka memegang payung di sebelah tangan dan juga selendang serta tas atau buku-buku. Atau mereka malah naik sepeda walaupun mungkin agak kesulitan kalau kain jariknya kesempitan memakainya hingga perlu dicincing atau dinaikkan ke atas sedikit. Tapi melihat foto-foto dokumentasi atau video-video hitam putih jaman dulu rata-rata mereka memakai kain jarik dengan agak longgar dan tidak begitu menyempit atau meruncing kebawah. Sehingga mereka mungkin tidak begitu kesulitan jika harus mengayuh sepeda dengan memakai kain jarik.

Cuma untuk pelajaran olahraga, kalau dahulu ada. Saya masih sulit untuk membayangkan bagaimana para siswi yang memakai kain dan kebaya ini harus berolah raga. Kalau untuk upacara bendera sebagai petugas pengibar bendera mungkin masih mudah. Karena cuma harus berjalan dengan langkah tegap walaupun berkain kebaya. Atau senam juga mungkin tidak kesulitan, paling pada waktu harus membuka kedua kaki lebar-lebar terhalang oleh kain jariknya. Juga pada waktu gerakan menendang, kaki jadi tidak bisa terlalu keatas. Karena terhalang oleh kain jarik. Kecuali kainnya dicincing atau dinaikkan terlebih dahulu. Tapi jika harus lari dengan memakai kain kebaya, bisa-bisa mereka kesrimpet-srimpet kain jarik mereka sendiri dan akhirnya kain jarik mereka jadi kedodoran. Yang lebih parah mereka mungkin bisa jatuh kesrimpet kain jarik mereka sendiri. Padahal dulu ada sebuah permainan olahraga yang terkenal waktu jaman Belanda yaitu kasti dan di dalam permainan itu para pemainnya harus berlari dari suatu tempat ke tempat lain serta harus menghindar dari lemparan bola yang ditujukan kepada yang bersangkutan kalau perlu dengan berguling-guling di tanah. Belum lagi kalau harus loncat tinggi atau lompat jauh. Atau mungkin dulu juga sudah ada pakaian olah raga berupa kaos dan celana olahraga seperti sekarang.

Kemudian tayangan ini ditutup dengan komentar dari hostnya yang kurang lebih begini, bagaimana  kalau sekarang  kain kebaya itu diterapkan menjadi seragam para siswi di sekolah-sekolah di Indonesia ? Bisa dibayangkan setiap pagi harus bangun subuh-subuh untuk pasang sanggul. Belum lagi makai kain jarik wironnya. Terus nanti kalau berangkat ke sekolahnya naik bus. Apalagi kalau di sekolah kebelet pipis.

Tapi pakaian nasional kain kebaya ini sudah dijadikan sebagai pakaian yang wajib dikenakan oleh para pegawai negeri di Solo walaupun cuma seminggu sekali waktu pak Jokowi masih menjabat sebagai wali kota Solo. Itu pun sudah mengundang pro dan kontra. Sekarang apakah kewajiban itu masih berjalan ?

Kesimpulannya ternyata sekarang fungsi kain kebaya sudah berkurang. Dulu dijadikan sebagai  seragam sekolah, sekarang digantikan oleh baju dan rok. Kemudian pada waktu jaman Orde Baru masih menjadi pakaian pesta nasional. Sekarang sudah tergantikan oleh pakaian pesta yang berasal dari negara Barat.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar