tJeSiLC_vQ4EjbqutLiN10g1b3k

Jumat, 24 Mei 2013

tailor-made

Jaman sekarang memang serba praktis. Semua orang mintanya serba cepat,  serba instan. Kalau mie namanya mie instan. Tidak cuma mie saja, spagethi sekarang juga sudah ada yang instan. Demikian  juga dengan bumbu.

Pakaian pun sekarang sudah ada yang dibuat versi instannya. Maksud saya adalah kain batik yang biasa digunakan sebagai bawahan dari kebaya kalau menurut pakem aslinya sebelum mengalami modifikasi dan modernisasi. Kain batik yang sebelah ujung luarnya di lipat-lipat seperti kipas atau diwiru.

Sekarang atau tepatnya sudah bertahun-tahun bahkan mungkin sudah lebih  dari 1 dasawarsa, kain batik sudah bisa dijahit menjadi seperti rok bahkan depannya juga diwiru. Sehingga pemakaiannya jadi praktis. Tinggal dipakai seperti rok, dimasukkan dari bawah. Jadi si pemakai tidak usah repot-repot menyilangkan kedua kaki atau merapatkan kedua kaki atau memajukan sedikit salah satu kakinya untuk mulai memakai kain batik. Kedua tangan pun tidak usah repot-repot memegangi ujung kain dan memutar kain batik mengelilingi pinggang  sambil menarik-narik dengan kuat atau menggeser-geser bila ujung luar kain jatuhnya tidak pas ditengah agak ke kanan sedikit. Belum lagi masih perlu mengikat kencang-kencang pinggang dengan tali supaya kain tidak melorot.

Semua hal diatas tidak perlu dilakukan bila kain batik sudah dijahit menjadi rok atau sarimbit. Cukup dimasukkan dari bawah. Waktu yang diperlukan untuk memakai otomatis jadi lebih singkat.

Kain batik yang dijahit menjadi rok pun macamnya ada banyak lebih dari satu. Ada yang sama sekali tidak dipotong, sehingga paling mirip dengan kain wiron asli yang masih lembaran. Ada yang dipotong dan dijahit disamping-sampingnya dengan demikian jika diamat-amati dari sisi-sisinya akan kelihatan kalau sudah dijahit. Ada pula yang wironnya tidak bisa membuka sampai ke atas, sehingga bila berjalan akan ketahuan kalau kainnya sudah dijahit. Bahkan ada pula yang bagian wiron sebelah bawah sengaja diberi bukaan dengan maksud untuk memudahkan si pemakai melangkah lebih lebar. Atau malah lebih ekstrim lagi dibuat rok yang melebar ke bawah atau pun yang sampai model duyung.

Kain batik yang sudah dijahit dari segi waktu pemakaian memang akan lebih hemat. Demikian juga sesudah dicuci, kita tidak perlu mewirunya lagi. Tapi dari segi ekonomi otomatis memerlukan biaya untuk menjahitkan. Dan logikanya, sesuatu yang dijahit akan bisa robek atau lepas jahitannya. Demikian juga dengan kain batik yang sudah dijahit. Jadi lebih awet jika masih berupa kain batik lembaran.

Rupanya kecenderungan untuk serba praktis tidak hanya terjadi pada orang awam kebanyakan yang sebenarnya tidak senang memakai kain kebaya tapi terpaksa memakai kain wiron untuk acara tertentu. Penyanyi-penyanyi campursari yang nyambi jadi pesinden pun sebagian memilih memakai kain batik yang sudah dijahit untuk bawahan kebayanya pada waktu pentas. Terutama untuk generasi yang masih muda.

Lucunya ada seorang pesinden yang biasa menjahitkan kain batiknya dengan model dipotong sisi-sisinya mengeluh kain jariknya ( yang sudah dijahit ) jadi mudah rusak atau robek dan minta alamat dari penjahit yang bisa menjahitkan kain batik tanpa memotongnya sama sekali. Saya pun memberi komentar begini, apa tidak lebih baik dibiarkan berupa kain batik lembaran saja. Jadi bisa awet lebih lama. Cuma kalau habis dicuci langsung di wiru. Memakainya tinggal di putar ke sekeliling pinggang kita ( walaupun pada kenyataannya lebih sulit ). Sekalian belajar ngadi salira ngadi busono.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar